Yogyakarta, zekriansyah.com – Misi luar angkasa kini bukan lagi sekadar impian dalam film fiksi ilmiah. Dengan percepatan rencana perjalanan ke Mars yang diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan, muncul satu pertanyaan besar yang bikin penasaran banyak orang: bagaimana jika ada yang hamil dan bahkan melahirkan di sana? Pertanyaan ini bukan hanya spekulasi, melainkan isu serius yang diulas oleh berbagai pihak, termasuk Kompas.com, berdasarkan penelitian ilmiah terbaru. Mari kita bedah bersama apa saja tantangan dan risiko yang mungkin terjadi jika ada bayi lahir di luar angkasa.
Ilustrasi ini menggambarkan tantangan unik kehamilan dan persalinan di luar angkasa, sebagaimana dibahas oleh Kompas.com, termasuk risiko mikrogravitasi dan radiasi kosmik bagi ibu dan bayi.
Bisakah Kehamilan Terjadi di Luar Angkasa?
Secara teori, jawabannya adalah “mungkin”. Para ilmuwan meyakini bahwa pembuahan di luar angkasa memang akan lebih sulit terjadi karena kondisi mikrogravitasi atau keadaan hampir tanpa bobot. Bayangkan saja, semua melayang! Namun, setelah embrio berhasil menempel pada rahim, kehamilan bisa saja berlanjut seperti di Bumi. Selama di dalam rahim, janin terlindungi dalam cairan ketuban yang netral, sehingga secara teori aman dari guncangan langsung.
Namun, bagian yang menjadi tantangan besar justru adalah tahap persalinan dan bagaimana merawat bayi setelah ia lahir.
Tantangan Utama: Gravitasi Nol dan Radiasi Kosmik
Dua faktor lingkungan di luar angkasa menjadi penghalang utama bagi kehamilan dan persalinan yang aman: tidak adanya gravitasi dan paparan radiasi yang berbahaya.
Melahirkan dalam Kondisi Melayang
Bayangkan proses persalinan di mana semua benda, termasuk tubuh ibu dan cairan, akan melayang bebas. Ini tentu membuat proses kelahiran menjadi jauh lebih kompleks dibandingkan di Bumi. Para astronot atau tim medis harus berjuang keras untuk memegangi ibu dan bayi agar tidak melayang ke mana-mana. Selain itu, ada kekhawatiran terkait tulang pinggul ibu yang bisa menjadi rapuh akibat mikrogravitasi, meningkatkan risiko patah tulang saat melahirkan. Apalagi jika diperlukan tindakan operasi caesar, tantangannya akan berkali lipat karena organ dalam juga bisa melayang.
Ancaman Sinar Radiasi Berbahaya
Berbeda dengan Bumi yang dilindungi oleh atmosfer tebal, luar angkasa mengandung paparan sinar radiasi kosmik yang sangat berbahaya. Sinar ini bergerak mendekati kecepatan cahaya dan bisa menyebabkan kerusakan sel jika bertabrakan dengan tubuh manusia.
- Kerusakan Sel dan DNA: Sinar radiasi bisa menghancurkan sel atau bagian sel, bahkan menembus DNA dan menyebabkan mutasi yang meningkatkan risiko kanker.
- Respons Inflamasi: Radiasi juga bisa memicu respons inflamasi berlebihan, membuat sistem imun bereaksi dan melepaskan zat kimia yang merusak jaringan serta mengganggu fungsi organ.
- Masa Rentan Kehamilan: Bulan pertama setelah pembuahan adalah masa paling rentan. Satu hantaman sinar kosmik berenergi tinggi bisa berakibat fatal bagi embrio, berpotensi menyebabkan keguguran tanpa disadari.
- Risiko Persalinan Prematur: Pada trimester akhir kehamilan, sinar kosmik lebih mungkin mengenai otot rahim yang bisa memicu kontraksi dan persalinan prematur. Kelahiran dini ini tentu saja akan meningkatkan risiko komplikasi, apalagi jika terjadi di luar angkasa.
Dampak pada Pertumbuhan dan Kesehatan Bayi Luar Angkasa
Jika pun seorang bayi lahir di luar angkasa dan berhasil selamat dari proses persalinan yang ekstrem, tantangan belum berakhir. Lingkungan gravitasi mikro dan paparan radiasi akan sangat memengaruhi tumbuh kembangnya.
- Gangguan Perkembangan Motorik: Naluri bayi untuk mengangkat kepala, duduk, merangkak, hingga berjalan sangat bergantung pada gravitasi. Tanpa rasa “naik” dan “turun”, kemampuan-kemampuan ini mungkin berkembang dengan cara yang sangat berbeda. Penelitian pada tikus yang lahir di luar angkasa pada tahun 1983 menunjukkan bahwa bayi tikus tersebut lebih lemah, lebih kurus, dan kesulitan menentukan arah.
- Perubahan Fisik: Tubuh bayi yang lahir di lingkungan nol gravitasi diperkirakan akan jauh lebih lemah. Mereka mungkin memiliki kaki yang lebih kurus, otot yang lemah, penglihatan yang buruk, dan wajah yang lebih bulat atau bengkak karena cairan tubuh yang mengalir bebas.
- Kerusakan Jangka Panjang: Paparan sinar radiasi kosmik dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan permanen pada bayi, yang berpotensi memengaruhi kognisi, memori, perilaku, serta kesehatan mereka di kemudian hari.
Kesimpulan Para Ilmuwan: Eksperimen Berisiko Tinggi
Melihat semua tantangan ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kelahiran di luar angkasa, secara teori, memang bisa terjadi. Namun, seperti yang diulas oleh Kompas.com, itu adalah eksperimen dengan risiko yang sangat, sangat tinggi. Sampai embrio bisa dilindungi secara total dari radiasi berbahaya, persalinan prematur bisa dicegah, dan bayi dipastikan bisa tumbuh dengan aman di gravitasi mikro, gagasan kehamilan di luar angkasa tetap menjadi mimpi yang penuh tantangan.
Melahirkan di Bumi saja sudah memiliki risikonya sendiri, bayangkan jika risiko ini meningkat berkali-kali lipat di tengah kondisi ekstrem luar angkasa. Semoga penelitian terus berkembang agar masa depan manusia di luar angkasa bisa lebih aman dan sehat bagi semua.
FAQ
Tanya: Apakah pembuahan bisa terjadi secara alami di luar angkasa?
Jawab: Secara teori mungkin, namun para ilmuwan meyakini pembuahan akan lebih sulit terjadi karena kondisi mikrogravitasi.
Tanya: Apa saja risiko utama bagi bayi yang lahir di luar angkasa?
Jawab: Risiko utama berasal dari tidak adanya gravitasi dan paparan radiasi kosmik yang berbahaya.
Tanya: Bagaimana kondisi janin di dalam rahim saat berada di luar angkasa?
Jawab: Janin secara teori aman dari guncangan langsung karena terlindungi dalam cairan ketuban.