Gagal Ginjal Stadium 5 di Usia Muda: Belajar dari Kisah Sema Chintyadeni

Dipublikasikan 26 Juni 2025 oleh admin
Kesehatan

Penyakit gagal ginjal seringkali identik dengan usia lanjut atau mereka yang punya riwayat penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi. Tapi, bagaimana jika kondisi serius ini justru menyerang di usia yang masih produktif? Kisah Sema Chintyadeni, seorang perempuan asal Bekasi, menjadi pengingat penting bagi kita semua.

Gagal Ginjal Stadium 5 di Usia Muda: Belajar dari Kisah Sema Chintyadeni

Di usianya yang baru 32 tahun, ia harus menerima kenyataan pahit divonis gagal ginjal stadium 5. Pengalaman Sema ini viral di media sosial dan menyadarkan banyak orang bahwa penyakit ginjal bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia. Melalui artikel ini, mari kita pahami lebih dalam apa yang dialami Sema, gejala awalnya, penyebabnya, serta pelajaran berharga agar kita bisa lebih menjaga kesehatan ginjal kita.

Gejala Awal Gagal Ginjal yang Dirasakan Sema Chintyadeni

Pada Maret 2024, di usianya yang menginjak 31 tahun, Sema mulai merasakan gejala aneh. Awalnya, ia mengalami kehilangan nafsu makan selama berbulan-bulan. Disusul kemudian dengan mual dan muntah hebat yang sulit ditahan.

“Saya merasakan mual dan muntah yang tidak tertahankan,” ujar Sema, seperti dikutip dari Kompas.com.

Selain itu, ia juga menyadari ada perubahan fisik yang mencolok: kantong matanya membesar dan muncul lebam-lebam di sekujur tubuhnya. Khawatir dengan kondisi ini, Sema pun memutuskan memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam.

Dokter yang memeriksanya sudah curiga melihat kondisi kantong mata Sema yang membesar, karena ini tidak lazim terjadi pada usianya. Setelah menjalani pemeriksaan darah, hasilnya cukup mengejutkan. Ada gangguan serius pada fungsi ginjalnya.

Berikut perbandingan hasil laboratorium Sema dengan kadar normal menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes):

Indikator Hasil Sema (Maret 2024) Kadar Normal (Menurut Kemenkes)
Ureum 234 mg/dL 10-40 mg/dL
Kreatinin 13,2 mg/dL 0,5-1,1 mg/dL (wanita dewasa)

Melihat angka yang jauh di atas normal ini, dokter pun menyarankan Sema untuk segera menemui dokter spesialis ginjal. Dari pemeriksaan lanjutan, barulah diagnosis gagal ginjal stadium 5 ditegakkan.

Penyebab Gagal Ginjal Sema: Hipertensi Terabaikan dan Hobi Makanan Asin

Mendengar vonis gagal ginjal stadium 5, Sema mengaku sangat terkejut. Pasalnya, selama ini ia merasa sudah menjalani pola hidup sehat, seperti rutin minum 2-3 liter air mineral setiap hari dan tidak pernah mengonsumsi alkohol atau minuman manis. Ia bahkan rajin berolahraga ringan.

Namun, ada beberapa faktor yang ternyata menjadi pemicu utama kondisi ginjalnya:

  1. Riwayat Hipertensi yang Tidak Terkontrol: Sema memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) sejak usia 25 tahun. Sayangnya, ia sering mengabaikan pentingnya minum obat tekanan darah tinggi secara rutin.
    > “Saya memang ada riwayat hipertensi sejak usia saya 25 tahun, itu juga hanya sesekali minum obat hipertensi, itupun jika diingatkan ibu saya untuk minum,” kenang Sema.
  2. Hobi Mengonsumsi Makanan Tinggi Natrium: Kebiasaan Sema yang jarang memasak di rumah dan sering jajan makanan tinggi garam, seperti bakso, siomay, dan seblak, juga turut memperparah kerusakan ginjalnya.
    > “Nah itulah kesalahan saya yang sesali sampai hari ini. Tidak minum obat darah tinggi, jarang makan masakan rumahan,” ucapnya. Ia menambahkan, “Lebih baik makan makanan rumah, karena kita bisa tahu betul sebanyak apa garam dan gula yang masuk ke makanan kita.”

Dari sini terlihat bahwa meskipun rajin minum air putih, faktor risiko lain seperti hipertensi yang tidak terkontrol dan asupan natrium berlebihan bisa menjadi penyebab utama kerusakan ginjal.

Perjalanan Sema dengan Gagal Ginjal Stadium 5: Cuci Darah dan Perubahan Hidup

Setelah didiagnosis gagal ginjal stadium 5, Sema harus menjalani prosedur hemodialisis atau cuci darah secara rutin. Ia kini harus menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu.

“Sekarang masih cuci darah terus, kondisi muka saya sedikit bengkak, tapi tetap rutin minum air putih juga,” ujarnya.

Kondisi ini tentu mengubah banyak hal dalam hidup Sema. Ia kini lebih fokus memperbaiki pola makannya dengan memasak sendiri, agar bisa mengontrol kadar garam dan gula yang dikonsumsi. Ini adalah langkah penting untuk menjaga kondisi ginjalnya agar tidak semakin memburuk dan menjalani hidup dengan lebih baik.

Pelajaran Berharga dari Kisah Sema: Jaga Ginjal Sejak Dini!

Kisah Sema Chintyadeni menjadi alarm bagi kita semua, terutama anak muda. Gagal ginjal bukan lagi penyakit yang hanya menyerang orang tua. Ada beberapa poin penting yang bisa kita pelajari dari pengalamannya:

  • Jangan Anggap Sepele Hipertensi: Tekanan darah tinggi adalah “silent killer” yang bisa merusak organ vital, termasuk ginjal, tanpa disadari. Jika Anda memiliki riwayat hipertensi, patuhi anjuran dokter dan minum obat secara rutin.
  • Waspada Asupan Garam: Makanan olahan dan jajanan kekinian seringkali tinggi natrium (garam). Batasi konsumsi makanan asin untuk menjaga kesehatan ginjal. Lebih baik masak sendiri di rumah agar bisa mengontrol bumbu dan bahan makanan.
  • Kenali Gejala Awal: Jangan tunda periksa ke dokter jika merasakan gejala seperti mual, muntah tanpa sebab jelas, nafsu makan hilang, kantong mata bengkak, atau sering memar. Tubuh memberikan sinyal, jangan abaikan.
  • Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Terkadang, gejala tidak langsung terlihat jelas. Pemeriksaan darah rutin bisa mendeteksi masalah ginjal lebih awal, sehingga penanganan bisa dilakukan sebelum mencapai stadium akhir yang lebih sulit.
  • Gaya Hidup Sehat Menyeluruh: Minum air putih yang cukup memang baik, tapi harus diimbangi dengan kontrol penyakit bawaan, pola makan seimbang, dan olahraga teratur. Kesehatan adalah satu paket utuh.

Kesimpulan

Kisah Sema Chintyadeni adalah bukti nyata bahwa penyakit ginjal bisa menyerang siapa saja, bahkan di usia muda. Ini adalah pengingat keras untuk kita semua agar tidak menyepelekan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan pola hidup dan riwayat penyakit seperti hipertensi. Mari jadikan pengalaman Sema sebagai motivasi untuk lebih peduli pada tubuh kita. Dengan menjaga pola makan, rajin beraktivitas fisik, dan tidak mengabaikan gejala sekecil apa pun, kita bisa melindungi ginjal kita dari kerusakan dan menjalani hidup yang lebih sehat.