Yogyakarta, zekriansyah.com – Pasti banyak dari kita yang langsung teringat fogging atau pengasapan begitu mendengar kata Demam Berdarah Dengue (DBD). Seolah-olah, asap tebal itu adalah satu-satunya jaminan untuk bebas dari ancaman nyamuk Aedes aegypti. Namun, bagaimana jika ternyata anggapan itu kurang tepat, bahkan di Kudus sendiri? Wakil Bupati Kudus, Ibu Bellinda Putri, dengan tegas menyatakan bahwa fogging tak efektif tanggulangi DBD, dan menekankan pentingnya peran kita semua dalam gerakan 3M Plus. Yuk, kita gali lebih dalam mengapa pencegahan berbasis masyarakat jauh lebih ampuh!
Wakil Bupati Kudus menekankan 3M Plus sebagai solusi efektif pemberantasan DBD, menyikapi keterbatasan fogging dalam menekan populasi nyamuk Aedes Aegypti.
Mengapa Fogging Bukan Solusi Utama Demam Berdarah?
Meskipun sering diminta oleh masyarakat saat kasus DBD melonjak, fogging ternyata punya banyak keterbatasan. Bayangkan, Anda menyemprotkan insektisida ke udara. Nyamuk dewasa mungkin akan tumbang, bahkan pingsan. Tapi, bagaimana dengan telur dan jentiknya yang bersembunyi di sudut-sudut rumah atau wadah air?
Kepala Dinas Kesehatan Kudus, dr. Andini Aridewi, menjelaskan bahwa hasil penelitian yang bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga menunjukkan fakta mengejutkan: nyamuk DBD di Kudus sudah kebal terhadap insektisida berbahan melation yang biasa dipakai dalam fogging.
Bukan hanya itu, penggunaan fogging juga bisa:
- Hanya membuat nyamuk pingsan, lalu mereka berpindah tempat dan kembali aktif.
- Menimbulkan resistensi nyamuk terhadap bahan kimia, membuat mereka makin sulit dibasmi.
- Berisiko pada kesehatan manusia. “Paparan jangka panjang bisa menyebabkan gangguan pernapasan, kerusakan ginjal, hingga risiko kanker,” ungkap dr. Andini. Jadi, bukan hanya tidak efektif, tapi juga berbahaya bagi petugas dan masyarakat yang terpapar.
Amad Mochammad, Kepala Puskesmas Jati, juga senada. Ia menyebutkan, masyarakat seringkali salah kaprah menganggap fogging sebagai solusi utama, padahal Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) jauh lebih efektif.
Kudus Hadapi Kasus DBD: Peran Penting PSN dan 3M Plus
Data menunjukkan bahwa kasus DBD di Kabupaten Kudus masih menjadi perhatian serius. Hingga pekan ke-27 di tahun 2025, tercatat ada 315 kasus DBD, dengan 10 kasus kematian berdasarkan laporan kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS). Mayoritas kasus ini bahkan menyerang anak-anak usia 5-14 tahun. Angka ini menegaskan bahwa langkah pencegahan harus diperkuat.
Bupati Kudus Sam’ani Intakoris juga mengajak seluruh stakeholder untuk tidak hanya bergantung pada fogging. Beliau menekankan bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah cara yang jauh lebih efektif dan berkelanjutan. PSN berfokus pada sumber masalah: tempat nyamuk berkembang biak.
Lalu, apa itu 3M Plus yang digadang-gadang sebagai kunci utama? Ini dia penjelasannya:
- Menguras: Membersihkan tempat-tempat penampungan air secara rutin, minimal dua kali seminggu. Contohnya bak mandi, ember, tempat penampungan air minum, hingga penampung air lemari es. Jangan sampai ada jentik yang bersembunyi!
- Menutup: Pastikan semua tempat penampungan air seperti drum, kendi, atau toren air tertutup rapat. Ini mencegah nyamuk bertelur di sana.
- Mendaur Ulang/Memanfaatkan Kembali: Barang bekas seperti ban, botol, atau kaleng yang bisa menampung air harus dikelola dengan baik. Lebih baik didaur ulang atau dibuang agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Selain 3M, ada juga langkah Plus yang bisa kita lakukan:
- Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
- Menggunakan kelambu saat tidur atau obat nyamuk.
- Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air, seperti ikan cupang atau ikan cere.
- Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, sereh, atau zodia.
- Mengatur ventilasi dan cahaya rumah agar tidak lembap dan gelap, kondisi yang disukai nyamuk.
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian terlalu banyak di dalam rumah, karena bisa menjadi tempat nyamuk bersembunyi.
Gerakan Masyarakat: Kunci Memutus Rantai DBD di Kudus
Pemerintah Kabupaten Kudus, melalui Wakil Bupati Bellinda Putri dan Dinas Kesehatan, terus mendorong edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama.
Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo, pun pernah berpesan agar masyarakat bisa menjadi “jumantik” (juru pemantau jentik) di rumahnya sendiri. Peran ibu-ibu, khususnya, sangat vital dalam gerakan ini. Dengan satu rumah satu jumantik, kita bisa memutus rantai penyebaran DBD mulai dari lingkungan terkecil.
“Seringkali masyarakat merasa tidak puas jika terjadi kasus DBD tanpa adanya fogging. Padahal, dari hasil penelitian disebutkan bahwa fogging sebenarnya tidak efektif. Oleh karena itu, mari kita galakkan PSN secara rutin di lingkungan masing-masing.” — Bellinda Putri, Wakil Bupati Kudus.
Sudah jelas, bahwa fogging tak efektif tanggulangi DBD secara menyeluruh, seperti yang ditekankan oleh Wabup Kudus dan berbagai pihak kesehatan. Kunci utamanya ada pada kesadaran dan partisipasi aktif kita semua dalam menjaga kebersihan lingkungan melalui 3M Plus. Yuk, jadikan rumah dan lingkungan kita bersih dari jentik nyamuk Aedes aegypti! Mulai dari diri sendiri, dari rumah kita.
FAQ
Tanya: Mengapa fogging tidak efektif lagi dalam memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD)?
Jawab: Fogging hanya membasmi nyamuk dewasa, bukan telur dan jentiknya, serta nyamuk DBD di Kudus dilaporkan sudah kebal terhadap insektisida yang umum digunakan.
Tanya: Apa alternatif pencegahan DBD yang lebih efektif selain fogging?
Jawab: Pencegahan yang lebih efektif adalah dengan menerapkan gerakan 3M Plus, yang fokus pada pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan gigitan nyamuk.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan 3M Plus dalam pencegahan DBD?
Jawab: 3M Plus adalah Menguras, Menutup, Mendaur Ulang barang bekas, ditambah dengan tindakan pencegahan lainnya seperti menggunakan kelambu atau repellent.