Yogyakarta, zekriansyah.com – Fenomena pemain keturunan yang memilih berkarier di Liga Indonesia, khususnya setelah membela Tim Nasional, memang sering menjadi perbincangan hangat. Nama-nama seperti Rafael Struick dan Jens Raven yang kini bermain di Liga Indonesia (atau yang kini disebut Super League) tak luput dari sorotan. Banyak yang bertanya, mengapa mereka memilih liga domestik ketimbang bertahan di Eropa? Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, punya pandangan jelas mengenai hal ini, dan menurutnya, keputusan tersebut sangat wajar serta strategis. Mari kita selami lebih dalam penjelasan Erick Thohir dan apa saja dampak positif dari langkah ini.
Erick Thohir menilai kepindahan Rafael Struick dan Jens Raven ke Liga Indonesia merupakan langkah strategis dan wajar, seiring meningkatnya kualitas kompetisi domestik.
Mengapa Erick Thohir Anggap Wajar? Prioritas Menit Bermain!
Bagi seorang pesepak bola profesional, kesempatan bermain atau menit bermain adalah aset paling berharga. Tanpa itu, bakat sehebat apa pun akan sulit berkembang. Inilah poin utama yang ditekankan oleh Erick Thohir terkait kepindahan Rafael Struick dan Jens Raven ke Liga Indonesia.
“Pemain pasti tidak hanya ingin bermain di Timnas. Mereka ingin bermain di klub yang benar-benar membutuhkan mereka, di mana pun itu,” ujar Erick Thohir. Ia menambahkan bahwa menjadi pesepak bola, sama seperti pekerjaan lain, perlu memperhitungkan penghasilan dan keberlangsungan karier.
Erick juga memberikan analogi menarik dengan pemain Jepang. Negara yang kini menempati peringkat 17 dunia ini punya banyak pemain yang tersebar di berbagai liga, mulai dari Liga Inggris, Jerman, Italia, hingga liga-liga yang secara kualitas berada di bawahnya, termasuk ada juga yang bermain di Liga Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan liga adalah bagian dari profesionalisme dan pencarian peluang terbaik.
Bukan Penurunan Level, Justru Ada Dampak Positifnya!
Keputusan Rafael Struick dan Jens Raven untuk bergabung dengan klub Super League memang sempat menuai kritik, dianggap sebagai penurunan level. Namun, Erick Thohir dan banyak pihak lain melihat bahwa langkah ini justru membawa dampak positif yang signifikan, baik bagi karier mereka maupun bagi Timnas Indonesia.
Berikut beberapa dampak positifnya:
- Menit Bermain yang Reguler: Dengan aturan wajib memainkan pemain U-23 minimal 45 menit di Liga 1, Struick dan Raven berpotensi besar mendapatkan menit bermain yang stabil. Rafael Struick kini di Dewa United dan Jens Raven di Bali United, memungkinkan mereka terus mengasah kemampuan di level kompetitif.
- Adaptasi dengan Pelatih Senegara: Menariknya, Dewa United dan Bali United saat ini dilatih oleh pelatih asal Belanda—Jan Olde Riekerink dan Johnny Jansen. Kehadiran pelatih senegara mempermudah komunikasi dan pemahaman taktik, yang selaras dengan standar sepak bola Eropa dan mempercepat proses adaptasi mereka di liga lokal.
- Kemudahan Pemanggilan Timnas U-23: Salah satu kendala terbesar pemanggilan pemain abroad adalah masalah administrasi dan izin dari klub. Dengan bermain di Liga Indonesia, Struick dan Raven akan jauh lebih mudah dipanggil untuk agenda Timnas Indonesia U-23 yang padat, seperti SEA Games 2025, Piala Asia U-23, dan Kualifikasi Olimpiade 2028. Ini sangat penting untuk mempersiapkan tim dengan strategi yang lebih matang.
Kontribusi Pemain Keturunan untuk Kualitas Liga dan Timnas
Erick Thohir juga melihat kepulangan sebagian pemain keturunan ke Liga Indonesia sebagai nilai tambah bagi kualitas kompetisi domestik. “Kalau mereka masih bisa main di Eropa, kita bersyukur. Tapi kalau sebagian kembali ke Indonesia, itu juga bagus. Liga kita jadi lebih berkualitas,” ujarnya.
PSSI sendiri terus berupaya mendorong regenerasi pemain muda lokal dengan regulasi wajib memainkan pemain U-23 di Liga 1 dan U-20 di kasta kedua. Kehadiran pemain berkualitas seperti Rafael Struick dan Jens Raven dapat menjadi contoh dan standar baru bagi pemain muda lokal, sehingga proses regenerasi tidak hanya bergantung pada pemain asing dengan kualitas yang kurang memadai. Kebijakan naturalisasi pemain keturunan ini juga dianggap wajar karena sudah lazim dilakukan di banyak negara lain seperti Italia dan Spanyol, selama mengikuti aturan FIFA dan memiliki darah Indonesia.
Tantangan dan Harapan: Fokus dan Konsistensi Pemain Muda
Meski Erick Thohir memandang positif kepindahan ini, ia juga tak luput memberikan perhatian khusus pada konsistensi para pemain muda. Terbukti, menjelang semifinal Piala AFF U-23 2025 melawan Thailand, Erick Thohir sempat menelepon langsung Jens Raven.
“Jens Raven juga saya telepon ya, kamu harus siap. Tapi please, please fokus,” ujar Erick, mengingatkan agar Raven tidak terlena dengan pencapaian sebelumnya, seperti saat mencetak enam gol ke gawang Brunei Darussalam. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka sudah bermain di liga domestik, tantangan untuk menjaga performa dan terus berkembang tetap ada.
Kesimpulan
Pandangan Erick Thohir tentang Rafael Struick dan Jens Raven yang memilih berkarier di Liga Indonesia bukan sekadar pembelaan, melainkan sebuah analisis realistis tentang profesionalisme dalam sepak bola. Ini adalah pilihan strategis demi menit bermain yang krusial bagi perkembangan karier mereka, sekaligus membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas Liga Indonesia dan kemudahan persiapan Timnas Indonesia dalam berbagai ajang penting. Jadi, mari kita dukung para pemain ini untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik bagi sepak bola Tanah Air!