Ducati Mulai Kehilangan Dominasi MotoGP 2025: Ancaman Rival Semakin Nyata!

Dipublikasikan 22 Juli 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Selama beberapa musim terakhir, nama Ducati seolah menjadi sinonim dengan dominasi di ajang balap motor paling bergengsi, MotoGP. Motor Desmosedici mereka selalu menjadi acuan performa, dan para pembalapnya kerap mendominasi podium. Namun, di pertengahan musim MotoGP 2025 ini, ada suara alarm yang mulai berdering kencang di markas tim asal Bologna tersebut. Tanda-tanda kehilangan dominasi mulai terlihat, dan para rival tak segan-segan unjuk gigi.

Ducati Mulai Kehilangan Dominasi MotoGP 2025: Ancaman Rival Semakin Nyata!

Persaingan MotoGP 2025 Memanas: Ducati Terancam Kehilangan Dominasi Akibat Keperkasaan Rival.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa posisi Ducati mulai goyah, siapa saja rival yang bangkit, dan bagaimana dampaknya terhadap perebutan gelar juara dunia MotoGP 2025 yang semakin sengit. Bersiaplah, karena peta persaingan tampaknya akan berubah drastis!

Kebangkitan Rival: Podium Tak Lagi Monopoli Ducati

Bukti paling nyata dari goyahnya dominasi Ducati terlihat jelas di seri MotoGP Ceko 2025 yang baru saja usai. Meskipun Marc Marquez berhasil mencetak double winner kelima secara beruntun—menunjukkan betapa kuatnya sang “Baby Alien” di atas Desmosedici GP25—komposisi podium tidak lagi didominasi penuh oleh motor merah kebanggaan Ducati.

Dalam balapan Sprint, misalnya, Pedro Acosta dan Enea Bastianini yang mengendarai motor KTM berhasil naik podium bersama Marquez. Ini adalah sinyal kuat bahwa pabrikan Austria tersebut punya kecepatan yang tak bisa diremehkan. Tak hanya itu, di balapan utama, giliran Marco Bezzecchi dari Aprilia dan kembali Pedro Acosta dari KTM yang menempel ketat Marquez hingga garis finis.

Situasi ini sangat berbeda dengan awal musim di mana hampir setiap podium dikuasai oleh pembalap Ducati. Bahkan, di balapan utama MotoGP Ceko, hanya Marc Marquez (P1) dan Francesco Bagnaia (P4) yang berhasil finis di 10 besar dari seluruh pembalap Ducati, jauh dari kebiasaan dominasi mereka.

Pengakuan Jujur dari Petinggi Ducati: Gigi Dall’Igna Angkat Bicara

Melihat kondisi ini, General Manager Ducati Corse, Gigi Dall’Igna, tidak menampik kenyataan pahit tersebut. Ia mengakui bahwa keunggulan teknis yang mereka miliki di awal musim kini mulai menyusut.

“Tim-tim lain mulai bangkit, jadi ini saat yang tepat untuk kembali bekerja daripada memikirkan liburan,” ucap Dall’Igna, dikutip dari Crash. Ia menambahkan, “Keunggulan yang kami miliki di awal musim kini menyusut. Jadi saya rasa saatnya kami kembali belajar selama jeda musim panas ini.”

Pengakuan ini menunjukkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi Ducati. Ada dua faktor utama yang disebut-sebut menjadi penyebab utama penurunan performa ini.

Dampak Konsesi Pengembangan untuk Rival

Salah satu faktor kuncinya adalah sistem konsesi pengembangan di MotoGP. Ini adalah aturan yang dibuat oleh Dorna dan FIM untuk membantu pabrikan yang performanya kurang kompetitif agar bisa mengejar ketertinggalan. Nah, karena Ducati dinilai sangat kompetitif sejak musim-musim sebelumnya, mereka menjadi satu-satunya pabrikan yang tidak mendapatkan konsesi ini.

Sebaliknya, pabrikan lain seperti Yamaha, Honda, dan terutama Aprilia serta KTM, kini menikmati lebih banyak keistimewaan. Mereka mendapatkan jatah ban lebih banyak untuk pengujian pribadi, serta kebebasan yang lebih luas dalam pengembangan mesin dan aerodinamika motor. Hal ini memungkinkan mereka untuk bereksperimen dan menemukan solusi lebih cepat, menyalip keunggulan yang sebelumnya dimiliki Desmosedici.

Strategi Konservatif Jadi Bumerang

Dall’Igna juga menyoroti keputusan Ducati yang “sangat konservatif” dalam hal pengembangan motor di awal musim ini. Mereka cenderung bermain aman, mungkin karena merasa sudah unggul. Namun, strategi ini kini menjadi bumerang.

“Musim ini kami memang sangat konservatif dalam hal pengembangan di awal tahun, jadi sudah bisa diprediksi akan terjadi penyamaan performa di pertengahan musim. Saya pikir sekarang waktunya mencari solusi yang lebih baik dari yang sudah kami miliki,” jelas Dall’Igna. Ini berarti, sementara rival terus berinovasi berkat konsesi, Ducati justru tertahan dengan pengembangan yang minim di awal tahun, membuat mereka kini harus bekerja ekstra keras untuk mengejar.

Marc Marquez Tetap Menggila, Bagaimana dengan Pembalap Ducati Lain?

Menariknya, di tengah situasi ini, Marc Marquez justru tetap tampil luar biasa. Ia adalah satu-satunya pembalap Ducati yang masih konsisten mencetak kemenangan demi kemenangan. Adaptasinya dengan Desmosedici GP25 patut diacungi jempol, bahkan banyak yang menyebut ia berhasil “menjinakkan” motor yang justru membuat Francesco Bagnaia kesulitan.

Ya, juara dunia dua kali, Francesco Bagnaia, kini menghadapi tantangan berat. Ia kerap kehilangan kepercayaan diri, terutama saat melakukan pengereman dan masuk tikungan—dua area yang sebelumnya menjadi kekuatannya saat menunggangi GP24. Perbedaan karakter GP25 membuat Pecco kesulitan menemukan feeling yang pas, dan ini tercermin dari posisinya di klasemen yang kini terpaut 169 poin dari Marquez. Tekanan besar kini berada di pundak Bagnaia dan timnya untuk segera menemukan setelan yang optimal.

Menanti Strategi Ducati Selanjutnya di Paruh Kedua Musim

Dengan sisa seri yang semakin menipis dan kebangkitan para rival yang semakin nyata, peluang Ducati untuk mengunci gelar lebih awal terlihat semakin berat. Meskipun Marc Marquez unggul jauh di klasemen, performa tim secara keseluruhan menjadi pertanyaan besar.

“Kami harus bertarung lagi. Lawan kami kini kuat dan layak diperhitungkan,” tegas Dall’Igna. Jeda musim panas ini akan menjadi momen krusial bagi Ducati untuk melakukan evaluasi mendalam dan menemukan solusi terbaik. Apakah mereka akan menghadirkan pembaruan signifikan pada Desmosedici GP25, ataukah mereka akan fokus pada strategi balapan yang lebih agresif? Semua mata kini tertuju pada tim merah asal Italia ini.

Kesimpulan

Dominasi Ducati di MotoGP 2025 yang selama ini begitu kokoh, kini mulai menunjukkan celah. Kebangkitan pabrikan rival seperti KTM dan Aprilia, yang didukung oleh konsesi pengembangan, ditambah dengan strategi konservatif Ducati di awal musim, menjadi faktor utama goyahnya posisi mereka.

Meski Marc Marquez masih menjadi kekuatan yang tak terbendung, tim Ducati secara keseluruhan harus bekerja ekstra keras. Paruh kedua musim akan menjadi ujian sesungguhnya bagi mereka. Akankah Ducati mampu kembali mendominasi, atau justru harus rela melihat rival merebut kejayaan di akhir musim? Mari kita nantikan bersama drama menegangkan di lintasan MotoGP!