Mengungkap **Determinan Kesehatan Mental Lansia dan Pralansia** di Tengah Bayang-bayang **Komorbiditas COVID-19**

Dipublikasikan 29 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, dan dampaknya terasa sangat dalam, terutama bagi kelompok usia lanjut. Bagi lansia dan pralansia, ditambah lagi dengan adanya komorbiditas atau penyakit penyerta, tantangan yang dihadapi bukan hanya sebatas kesehatan fisik, tetapi juga merambah ke ranah kesehatan mental. Memahami determinan kesehatan mental lansia dan pralansia dengan komorbiditas COVID-19 menjadi sangat krusial agar kita bisa memberikan dukungan yang tepat. Artikel ini akan mengupas tuntas faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kondisi psikologis mereka di masa penuh ketidakpastian ini.

Mengungkap **Determinan Kesehatan Mental Lansia dan Pralansia** di Tengah Bayang-bayang **Komorbiditas COVID-19**

Ilustrasi: Lansia dan pralansia menunjukkan kerentanan kesehatan mental yang meningkat akibat komorbiditas COVID-19, memperdalam pemahaman faktor penentu kesejahteraan psikologis di tengah pandemi.

Mengapa Lansia dan Pralansia Lebih Rentan?

Sejak awal pandemi, dunia telah menyaksikan bagaimana virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, menjadi ancaman serius. Kelompok lansia dan individu dengan komorbiditas (seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit pernapasan kronis) adalah yang paling berisiko mengalami gejala parah bahkan kematian. Mengapa demikian?

  • Penurunan Imunitas: Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh cenderung melemah. Ini membuat lansia lebih sulit melawan infeksi, termasuk COVID-19.
  • Proses Degeneratif: Tubuh mengalami perubahan seiring usia, seperti penurunan fungsi organ dan mobilitas. Ini meningkatkan kerentanan mereka terhadap berbagai penyakit.
  • Komorbiditas yang Ada: Adanya penyakit kronis memperburuk kondisi jika terinfeksi COVID-19, meningkatkan risiko komplikasi serius. Sebuah studi menunjukkan bahwa rata-rata usia lansia yang terdampak COVID-19 adalah 72.43 tahun, dengan perempuan lebih banyak terpengaruh.

Kerentanan fisik ini secara langsung atau tidak langsung juga memengaruhi kesehatan mental mereka. Bayangkan saja, rasa takut tertular dan kekhawatiran akan kematian bisa menjadi beban psikologis yang sangat berat.

Gelombang Psikologis Pandemi: Depresi, Kecemasan, dan Kesepian

Selain ancaman fisik, pandemi COVID-19 juga memicu gelombang masalah kesehatan mental yang signifikan pada lansia dan pralansia. Banyak langkah pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah, meskipun penting untuk mengendalikan penyebaran virus, justru menciptakan lingkungan yang memicu gangguan psikologis.

  • Peningkatan Gejala: Mayoritas penelitian menemukan bahwa pandemi COVID-19 meningkatkan gejala kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian di kalangan lansia. Gejala depresi bisa berupa kesedihan, kelelahan, gangguan tidur, masalah nafsu makan dan konsentrasi, hingga kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai.
  • Isolasi Sosial: Pembatasan interaksi sosial menjadi salah satu pemicu utama. Isolasi sosial berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan, termasuk depresi, kecemasan, penurunan kognitif, dan bahkan perilaku adiktif. Padahal, lansia sangat membutuhkan dukungan sosial.
  • Data Depresi Lansia: Sebuah penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Baru, Kabupaten Ogan Komering Ulu, pada Maret 2022, menemukan gambaran tingkat depresi pada lansia selama pandemi:
Tingkat Depresi Jumlah Lansia Persentase
Depresi Ringan 46 orang 54,76%
Depresi Berat 7 orang 8,33%
Tidak Depresi 31 orang 36,90%

Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memang mengalami depresi ringan selama pandemi, menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap masalah ini.

Determinan Lain yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Lansia

Selain kerentanan fisik dan dampak langsung pandemi, ada beberapa determinan atau faktor lain yang juga berperan dalam membentuk kesehatan mental lansia di masa COVID-19:

  • Penurunan Aktivitas Fisik: Kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah membuat banyak lansia kurang bergerak. Kurangnya aktivitas fisik ini berhubungan erat dengan peningkatan risiko depresi.
  • Dukungan Sosial: Tingkat dukungan sosial yang rendah dan adanya penyakit kronis seringkali dikaitkan dengan peningkatan depresi dan kecemasan pada lansia. Pentingnya peran keluarga dan komunitas tidak bisa diremehkan.
  • Gaya Hidup dan Komunikasi: Perubahan gaya hidup akibat pandemi, seperti ketergantungan pada komunikasi daring, juga memengaruhi. Menariknya, studi di Jepang menunjukkan bahwa penggunaan internet untuk komunikasi justru memiliki efek protektif terhadap kemungkinan berkembangnya depresi pada lansia. Ini menunjukkan adaptasi terhadap teknologi bisa menjadi solusi.
  • Faktor Demografi: Laporan WHO (2017) menyebutkan bahwa depresi dan kecemasan lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria di kelompok usia tua.

Membangun Ketahanan: Langkah Konkret untuk Mendukung Kesehatan Mental Lansia dan Pralansia

Melihat berbagai determinan yang memengaruhi kesehatan mental lansia dan pralansia dengan komorbiditas COVID-19, jelas bahwa pendekatan komprehensif sangat diperlukan.

  • Deteksi Dini dan Asuhan Keperawatan: Penting untuk melakukan penilaian yang komprehensif, seperti Comprehensive Geriatric Assessment (CGA), untuk mengidentifikasi lansia yang berisiko. Optimalisasi asuhan keperawatan gerontik sangat krusial untuk meningkatkan kesehatan lansia di masa pandemi.
  • Mendorong Aktivitas Fisik yang Aman: Meskipun di rumah, lansia dapat didorong untuk melakukan aktivitas fisik ringan seperti senam atau peregangan. Ini membantu menjaga kebugaran fisik dan mental.
  • Menjaga Koneksi Sosial: Meskipun ada pembatasan, koneksi sosial tetap bisa dijaga. Manfaatkan teknologi seperti panggilan video, atau kunjungan dengan protokol kesehatan ketat. Komunitas juga bisa membentuk kelompok dukungan online atau offline yang aman.
  • Edukasi dan Kesadaran: Memberikan informasi yang akurat tentang COVID-19 dan cara penanganannya dapat mengurangi kecemasan. Edukasi tentang pentingnya kesehatan mental juga harus ditingkatkan.
  • Dukungan Keluarga: Keluarga adalah benteng pertama bagi lansia. Peran serta aktif keluarga dalam memberikan perhatian, mendengarkan, dan membantu mengatasi rasa kesepian sangatlah vital.

Kesimpulan

Kesehatan mental lansia dan pralansia dengan komorbiditas COVID-19 adalah isu kompleks yang memerlukan perhatian serius dari kita semua. Faktor-faktor seperti kerentanan fisik akibat usia dan penyakit penyerta, ditambah dengan dampak psikologis dari pandemi seperti isolasi sosial, depresi, dan kecemasan, menjadi determinan penting yang harus dipahami.

Dengan memahami determinan ini, kita bisa lebih proaktif dalam memberikan dukungan, baik melalui intervensi medis, dukungan psikologis, maupun penguatan jejaring sosial. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih peduli dan suportif bagi para lansia dan pralansia kita, agar mereka dapat melewati masa-masa sulit ini dengan kesehatan mental yang lebih tangguh.

FAQ

Tanya: Apa saja determinan utama kesehatan mental lansia dan pralansia di masa pandemi COVID-19?
Jawab: Determinan utama meliputi isolasi sosial, ketakutan akan infeksi, dampak finansial, dan perubahan rutinitas hidup akibat pandemi.

Tanya: Bagaimana komorbiditas memperburuk kesehatan mental lansia dan pralansia yang terinfeksi COVID-19?
Jawab: Komorbiditas dapat meningkatkan kecemasan, depresi, dan stres karena kekhawatiran akan perburukan kondisi kesehatan fisik dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Tanya: Mengapa penurunan imunitas pada lansia membuat mereka lebih rentan terhadap dampak kesehatan mental COVID-19?
Jawab: Penurunan imunitas membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kecemasan dan ketakutan mereka terhadap kesehatan.

Tanya: Apa saja contoh komorbiditas yang umum pada lansia dan pralansia yang perlu diwaspadai terkait COVID-19?
Jawab: Contoh umum komorbiditas meliputi penyakit jantung, diabetes, hipertensi, penyakit pernapasan kronis, dan gangguan ginjal.