Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, warga Palembang! Ada kabar yang bikin hati lega nih. Setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, kita sering mendengar kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang fluktuatif, kini ada angin segar. Angka kasus demam berdarah di Palembang turun drastis, dan ini semua berkat upaya keras yang pemkot gencarkan bersama masyarakat. Artikel ini akan mengajak Anda melihat lebih dekat bagaimana keberhasilan ini dicapai dan apa yang bisa kita pelajari bersama. Yuk, simak sampai tuntas!
Penurunan drastis kasus demam berdarah di Palembang berkat aksi nyata Pemkot melalui distribusi abate gratis dan fogging, bukti keberhasilan program pencegahan penyakit.
Penurunan Drastis Kasus DBD: Sebuah Prestasi yang Patut Diacungi Jempol
Bayangkan, dari puluhan bahkan ratusan kasus dalam sebulan di masa lalu, kini angka penderita DBD di Palembang menunjukkan penurunan yang sangat signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang mencatat data yang menggembirakan: sepanjang bulan Agustus 2025, hanya ada satu kasus DBD yang dilaporkan! Ini adalah pencapaian luar biasa yang patut kita syukuri dan terus pertahankan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Palembang, Yudhi Setiawan, mengklaim bahwa penurunan angka DBD yang drastis ini adalah hasil dari gencarnya petugas dalam membagikan abate dan melakukan fogging secara gratis kepada masyarakat. “Alhamdulillah sepanjang bulan Agustus hanya ada satu kasus DBD, dengan gencarnya petugas membagikan abate dan fogging secara gratis memberikan dampak penurunan angka DBD yang signifikan,” ujarnya.
Strategi Jitu Pemkot Palembang: Dari Abate Hingga “Jemput Bola” Fogging
Keberhasilan menekan angka kasus demam berdarah di Palembang ini bukan tanpa sebab. Pemkot Palembang melalui Dinkes punya strategi berlapis yang terus digencarkan:
1. Pembagian Abate dan Edukasi Lingkungan
Abate atau serbuk kimia pembunuh larva nyamuk dibagikan secara cuma-cuma. Petugas juga tak henti mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Genangan air, yang jadi “hotel bintang lima” bagi jentik nyamuk, harus dihindari. Dengan menaburkan abate di tempat penampungan air, siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, si biang kerok penular DBD, bisa diputus.
2. Layanan Fogging Gratis yang Responsif
Tak hanya abate, tim fogging juga disiagakan untuk memberikan layanan pengasapan gratis. Namun, ini bukan sembarang fogging. Pengasapan baru dilakukan jika ada laporan dan setelah pemeriksaan lingkungan menunjukkan adanya jentik nyamuk di sekitar 20 rumah lokasi laporan. Pendekatan ini memastikan fogging dilakukan secara efektif dan tepat sasaran.
3. Gerakan 3M Plus: Ujung Tombak Pencegahan
Pj. Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, bahkan meminta para Camat untuk “jemput bola” dalam menggencarkan fogging dan edukasi. Ini berarti, pemerintah kota tidak hanya menunggu laporan, tetapi proaktif mendatangi warga.
Program Gerakan 3M Plus menjadi inti dari edukasi kesehatan ini:
- Menguras tempat penampungan air.
- Menutup rapat wadah air.
- Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi jadi sarang nyamuk.
- Plus upaya lain seperti memelihara ikan pemakan jentik, menanam tanaman pengusir nyamuk, dan menggunakan kelambu.
Pentingnya Peran Serta Masyarakat: Kunci Keberhasilan Bersama
Meskipun Pemkot Palembang sudah menggencarkan berbagai upaya, penurunan kasus demam berdarah di Palembang tidak akan terjadi tanpa dukungan penuh dari masyarakat. Kesadaran warga untuk menerapkan 3M di rumah masing-masing adalah fondasi utama dalam melawan DBD.
Seperti yang disampaikan Yudhi Setiawan, “Semua ini tidak akan berhasil tanpa dukungan warga. Mari kita sama-sama jaga lingkungan dan lawan DBD dari rumah masing-masing.” Ini adalah ajakan untuk kita semua, bahwa kesehatan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Tren Kasus DBD di Palembang: Belajar dari Pengalaman
Meski kini demam berdarah di Palembang turun drastis, kita perlu tahu bahwa perjalanan ini tidak selalu mulus. Data menunjukkan fluktuasi kasus yang signifikan di tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai contoh:
- Pada Januari-Oktober 2022, total kasus DBD di Palembang mencapai 735 orang.
- Awal Maret 2024, sempat terjadi peningkatan drastis dengan lebih dari 300 kasus, bahkan 5 di antaranya meninggal dunia.
- Namun, pada Januari-Februari 2025, angka kasus menurun menjadi 90, jauh lebih rendah dari >200 kasus di periode yang sama tahun 2024.
Fluktuasi ini menunjukkan bahwa ancaman DBD selalu ada, terutama saat musim pancaroba atau musim hujan. Namun, penurunan terbaru menjadi bukti bahwa upaya pencegahan yang konsisten dan partisipasi aktif masyarakat benar-benar membuahkan hasil.
Kesimpulan: Terus Waspada, Terus Bergerak!
Penurunan kasus demam berdarah di Palembang yang turun drastis adalah berita yang sangat membanggakan. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara Pemkot Palembang dan masyarakat dalam menggencarkan program pencegahan telah berhasil.
Namun, perjuangan melawan DBD belum usai. Kita tidak boleh lengah. Mari terus terapkan Gerakan 3M Plus, jaga kebersihan lingkungan, dan segera laporkan jika ada gejala DBD di sekitar Anda. Dengan semangat kebersamaan, kita bisa menjadikan Palembang kota yang benar-benar bebas dari ancaman demam berdarah!