Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, warga Bondowoso! Pernahkah Anda bertanya-tanya, penyakit apa sih yang paling banyak menyerang masyarakat kita belakangan ini? Ternyata, ada dua penyakit yang terus menunjukkan angka tinggi, bahkan bisa dibilang mendominasi kasus yang ditangani di rumah sakit daerah kita. Ya, betul sekali, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diabetes Melitus atau yang sering kita sebut kencing manis.
Demam Berdarah dan Diabetes Dominasi Kasus Penyakit di Bondowoso, Warga Diminta Tingkatkan Kewaspadaan Melalui Gaya Hidup Sehat.
Informasi ini bukan sekadar kabar angin, lho. Menurut penuturan dr. Yusdeni Lanaksati, seorang Spesialis Penyakit Dalam di RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso, kedua penyakit ini memang menempati posisi teratas. Mari kita kupas lebih dalam mengapa DBD dan diabetes jadi penyakit paling tinggi di Bondowoso dan bagaimana kita bisa menghadapinya bersama.
Mengapa DBD dan Diabetes Merajalela di Bondowoso?
Dr. Yusdeni menjelaskan bahwa penyakit bisa muncul karena tiga faktor utama yang saling berkaitan: kondisi tubuh manusia itu sendiri, lingkungan tempat kita tinggal, dan keberadaan kuman atau virus. Jika salah satu faktor ini tidak mendukung, daya tahan tubuh kita bisa melemah dan mudah terserang penyakit.
Pola hidup yang kurang sehat, daya tahan tubuh rendah, pola tidur tidak teratur, serta lingkungan yang kotor menjadi pemicu berbagai masalah kesehatan. Ini adalah tantangan besar bagi kita semua di Bondowoso.
Diabetes: Penyakit Metabolik yang Mengintai Semua Usia
Diabetes, atau sering disebut penyakit gula darah tinggi, kini bukan lagi hanya masalah orang tua. Dr. Yusdeni mengingatkan bahwa penyakit ini sudah bisa menyerang semua usia. Ada diabetes tipe 1 yang umumnya muncul sejak usia muda dan memerlukan insulin, serta diabetes tipe 2 yang lebih sering dialami orang dewasa karena pola hidup yang tidak sehat.
Fakta ini diperkuat dengan data global dan nasional. Pada tahun 2021, lebih dari setengah miliar orang di seluruh dunia hidup dengan diabetes. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 19,46 juta orang dewasa (usia 20-79 tahun) mengidap diabetes, artinya 1 dari 9 orang di rentang usia tersebut adalah penyandang diabetes. Bahkan, kasus diabetes pada anak juga menunjukkan peningkatan signifikan.
Gejala dan Faktor Risiko Diabetes
RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso sendiri aktif memberikan edukasi kesehatan tentang diabetes. Gejala umum yang perlu kita waspadai antara lain:
- Mudah haus
- Mudah lapar
- Sering kencing
- Luka sulit sembuh
- Berat badan menurun tanpa sebab
- Mata kabur
- Sering kesemutan
- Mudah mengantuk
Seseorang bisa didiagnosis diabetes jika kadar gula darahnya tinggi. Beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai meliputi:
- Usia di atas 40 tahun
- Kegemukan (obesitas)
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Riwayat keluarga dengan diabetes
- Riwayat diabetes pada kehamilan
- Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram
- Riwayat infeksi tertentu
- Riwayat penggunaan kortikosteroid
Untuk mengendalikan diabetes, ada “5 pilar pengobatan” yang harus diterapkan: penyuluhan, pengaturan makan (diet), latihan jasmani (olahraga), obat-obatan DM, dan kontrol rutin. Penting juga untuk menghindari konsumsi gula berlebihan, abon, dendeng, sirup, es krim, permen, alkohol, serta buah-buahan tinggi gula seperti durian, nangka, alpukat, dan kurma.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga serius menangani ini, bahkan mengusulkan pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) sebagai upaya menekan angka penyakit tidak menular seperti diabetes.
DBD: Ancaman Musiman yang Tak Pernah Padam
Selain diabetes, DBD juga menjadi momok kesehatan di Bondowoso. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini “tidak pernah habis, sepanjang waktu ada,” ujar dr. Yusdeni. Terlebih saat musim hujan atau pergantian musim, risiko penularan DBD akan semakin tinggi karena nyamuk lebih mudah berkembang biak.
Data menunjukkan peningkatan kasus DBD di Bondowoso. Misalnya, pada semester I tahun 2024, kasus DBD di Kecamatan Prajekan saja sudah mencapai 29 kasus, meningkat tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun 2023. Pada awal tahun 2025, tercatat 28 warga Bondowoso positif DBD, tersebar di beberapa kecamatan seperti Tenggarang, Kademangan, dan Wringin.
Pencegahan DBD yang Efektif
Untuk menekan angka kasus DBD, penting sekali untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan strategi 3M Plus:
- Menguras tempat penampungan air.
- Menutup tempat-tempat penampungan air.
- Mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
Tambahan “Plus” meliputi: menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa di jendela, gotong royong membersihkan lingkungan, serta meletakkan pakaian bekas di wadah tertutup.
Meskipun fogging (pengasapan) sering dilakukan, Kepala Puskesmas Prajekan, drg. Lesa Lolita, menekankan bahwa fogging hanya efektif membunuh nyamuk dewasa, sedangkan telur dan larva hanya bisa diberantas dengan PSN 3M Plus. Jadi, peran serta aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sangatlah krusial.
Bahaya Ganda: Ketika Diabetes Bertemu DBD
Yang perlu kita pahami, bahaya DBD bisa menjadi jauh lebih serius bagi penderita diabetes. Mengapa demikian? Karena kondisi diabetes melemahkan tubuh dan membuatnya lebih rentan terhadap komplikasi.
Penderita diabetes memiliki:
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kadar gula darah tinggi mengganggu kemampuan tubuh melawan infeksi.
- Gangguan vaskular dan sirkulasi: Sirkulasi darah yang buruk menghambat tubuh memerangi infeksi dan menyembuhkan luka.
- Risiko hipoglikemia yang meningkat: Gejala DBD seperti mual dan muntah bisa menyebabkan gula darah sangat rendah, yang berbahaya.
- Respons pengobatan yang rendah: Tubuh penderita diabetes mungkin lebih sulit menyerap dan merespons obat.
- Komplikasi kesehatan yang sudah ada: Penyakit penyerta seperti jantung atau ginjal dapat memperburuk kondisi saat terkena DBD.
Intinya, penderita diabetes yang terkena DBD memerlukan perawatan yang lebih intensif dan pemantauan ketat. Komorbiditas seperti diabetes melitus dapat meningkatkan risiko keparahan DBD hingga 3-5 kali lipat!
Langkah Konkret Mencegah Penyakit di Bondowoso
Melihat fakta bahwa DBD dan diabetes jadi penyakit paling tinggi di Bondowoso, ini adalah panggilan bagi kita semua untuk bertindak. Pencegahan adalah kunci.
- Terapkan Pola Hidup Sehat: Konsumsi makanan bergizi seimbang, cukup istirahat, dan olahraga teratur. Ini adalah benteng pertama melawan diabetes dan juga meningkatkan daya tahan tubuh.
- Jaga Kebersihan Lingkungan: Lakukan PSN 3M Plus secara rutin di rumah dan lingkungan sekitar untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
- Edukasi dan Kesadaran: Sebarkan informasi mengenai gejala, faktor risiko, dan cara pencegahan kedua penyakit ini kepada keluarga dan tetangga.
- Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Terutama bagi yang memiliki faktor risiko, cek kesehatan secara berkala ke fasilitas kesehatan terdekat.
Dengan kesadaran dan tindakan nyata dari setiap individu dan keluarga, kita bisa bersama-sama menekan angka kasus DBD dan diabetes di Bondowoso. Mari jadikan Bondowoso kota yang lebih sehat, dimulai dari diri kita sendiri!