Yogyakarta – zekriansyah.com – Pasar modal Indonesia sedang menghadapi tantangan serius. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kita tampak “loyo” belakangan ini, dan salah satu penyebab utamanya adalah dana investor asing yang terus-menerus keluar dari bursa saham. Bayangkan, sepanjang tahun 2025 ini saja, investor asing sudah menarik dananya hingga puluhan triliun rupiah!
Ilustrasi Investor asing menarik dana lebih dari Rp 53 triliun dari IHSG sepanjang tahun 2025, menimbulkan kekhawatiran akan.
Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan: Ada apa sebenarnya? Mengapa dana asing bisa “kabur” sebanyak itu, dan apa dampaknya bagi pasar saham kita serta ekonomi secara keseluruhan? Artikel ini akan mengupas tuntas kondisi terkini pasar saham Indonesia, penyebab di baliknya, dan saham-saham apa saja yang jadi incaran atau justru dilepas oleh investor asing. Jadi, Anda bisa lebih paham dinamika pasar modal dan bagaimana menyikapinya.
Mengapa Dana Asing “Kabur” dari IHSG?
Tren investor asing yang ramai-ramai menarik dananya dari pasar saham Indonesia ini bukanlah hal baru, namun angkanya kini cukup mencengangkan. Sepanjang tahun 2025 (year-to-date), investor asing tercatat melakukan jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp 53,21 triliun. Angka ini dikonfirmasi oleh P.H Sekretaris Bursa Efek Indonesia (BEI), Aulia Noviana Utami Putri. Bahkan, dalam sepekan terakhir (23-26 Juni 2025), dana asing yang keluar mencapai Rp 6,12 triliun.
Beberapa faktor menjadi pemicu utama “kaburnya” dana asing ini:
- Ekspektasi Suku Bunga Tinggi Global: Pasar global masih mencermati kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Harapan akan pemangkasan suku bunga yang berkepanjangan atau bahkan kenaikan kembali bisa membuat investor menarik dananya dari negara berkembang seperti Indonesia, dan mengalihkannya ke aset yang lebih aman di AS.
- Penguatan Dolar AS: Dolar Amerika Serikat yang terus menguat membuat Rupiah melemah. Ini memicu investor asing untuk mencairkan aset mereka di Indonesia demi menghindari kerugian lebih lanjut akibat pelemahan mata uang.
- Sentimen “Wait and See”: Investor global cenderung bersikap hati-hati atau “wait and see” terhadap berbagai isu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, negosiasi perdagangan global yang belum menemui titik terang atau ketidakpastian geopolitik.
- Perang Tarif Global: Konflik dagang antar negara besar, seperti yang sempat dipicu oleh Amerika Serikat, dapat menciptakan ketidakpastian di pasar global dan membuat investor asing menjauhi pasar negara berkembang.
- Kinerja Saham Perbankan yang Melambat: Saham-saham perbankan dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) yang selama ini menjadi andalan IHSG, mulai menunjukkan perlambatan kinerja. Hal ini membuat investor asing melakukan rotasi sektor atau mencari peluang investasi di tempat lain yang menawarkan potensi keuntungan lebih maksimal.
IHSG dan Pasar Saham Ikut Loyo, Ini Data Lengkapnya
Dampak dari derasnya arus keluar dana asing ini sangat terasa pada pergerakan IHSG dan aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG selama sepekan terakhir (23-26 Juni 2025) tercatat melemah 0,14%, ditutup di level 6.897,40. Padahal, pada pekan sebelumnya, IHSG masih berada di level 6.907,13.
Meskipun pada Kamis (26/6/2025) sempat ada aksi beli bersih (net foreign buy) investor asing sebesar Rp 2,02 triliun, hal itu tidak cukup untuk menahan tren jual bersih yang dominan sepanjang tahun.
Berikut adalah gambaran perubahan indikator pasar saham Indonesia selama sepekan (23-26 Juni 2025):
Indikator Pasar | Kondisi Perubahan | Angka Terbaru | Angka Pekan Sebelumnya |
---|---|---|---|
IHSG | Melemah 0,14% | 6.897,40 | 6.907,13 |
Kapitalisasi Pasar BEI | Turun 0,01% | Rp 12.098 T | Rp 12.099 T |
Rata-rata Frekuensi Transaksi Harian | Turun 8,68% | 1,19 Juta Kali | 1,30 Juta Kali |
Rata-rata Volume Transaksi Harian | Turun 9,30% | 22,13 Miliar Lembar | 24,41 Miliar Lembar |
Rata-rata Nilai Transaksi Harian | Turun 12,35% | Rp 13,15 T | Rp 15,00 T |
Penurunan yang paling signifikan terlihat pada rata-rata nilai transaksi harian yang anjlok lebih dari 12%, menunjukkan aktivitas perdagangan yang lesu.
Saham-saham Ini Paling Banyak Dijual dan Dibeli Asing
Ketika investor asing melakukan jual bersih, tentu ada saham-saham tertentu yang menjadi target pelepasan mereka. Sebaliknya, ada juga saham yang justru masih diburu.
Berdasarkan data minggu lalu (per 23 Juni 2025), berikut adalah saham-saham yang paling banyak dijual (net foreign sell) oleh investor asing di seluruh pasar:
- PT. Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
- PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
- PT. Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS)
- PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
- PT. Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO)
- PT. Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN)
- PT. Indofood CBP Tbk. (ICBP)
- PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI)
- PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO)
- PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO)
Terlihat jelas bahwa saham-saham perbankan big caps masih menjadi target utama jual bersih asing. Ini karena saham-saham tersebut memiliki porsi besar dalam portofolio investor asing dan likuiditasnya tinggi.
Namun, di tengah tekanan jual tersebut, ada juga saham-saham yang justru diam-diam diborong (net foreign buy) oleh investor asing pada periode yang sama:
- PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM)
- PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
- PT. Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI)
- PT. Astra International Tbk. (ASII)
- PT. Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU)
- PT. Trijaya Tbk. (AMRT)
- PT. Barito Renewable Energi Tbk. (BREN)
- PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG)
- PT. Pertamina Gas Negara Tbk. (PGAS)
- PT. Indosat Tbk. (ISAT)
Ini menunjukkan bahwa meskipun tren jual bersih mendominasi, investor asing masih mencari peluang di sektor-sektor tertentu, seperti pertambangan, telekomunikasi, dan energi terbarukan.
Kesimpulan
Arus keluar dana asing yang mencapai puluhan triliun rupiah sepanjang tahun 2025 memang menjadi sinyal bagi pasar modal Indonesia. Kondisi ini membuat IHSG cenderung “loyo” dan aktivitas perdagangan ikut menurun. Faktor-faktor global seperti suku bunga The Fed dan penguatan dolar AS, serta sentimen kehati-hatian investor, menjadi penyebab utama di balik fenomena ini.
Namun, di balik tren jual bersih ini, tetap ada saham-saham yang masih menarik minat investor asing. Ini menunjukkan bahwa pasar saham selalu dinamis dan peluang investasi tetap ada, meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan. Bagi Anda yang berinvestasi di pasar saham, penting untuk terus mencermati pergerakan dana asing dan sentimen pasar agar bisa mengambil keputusan yang tepat.