Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sains kembali dihebohkan! Perusahaan bioteknologi ambisius asal Amerika Serikat, Colossal Biosciences, meluncurkan rencana spektakuler: menghidupkan kembali burung moa raksasa yang telah punah ratusan tahun lalu. Burung tanpa sayap setinggi hampir 4 meter ini dulunya adalah penguasa daratan Selandia Baru. Kini, Colossal yakin bisa membawanya kembali. Proyek ini bukan yang pertama bagi mereka; sebelumnya, Colossal sudah punya misi serupa untuk mamut berbulu dan burung dodo. Penasaran bagaimana mereka melakukannya dan apa kata para ilmuwan tentang ambisi luar biasa ini? Mari kita selami lebih dalam.
Colossal Biosciences berupaya menghidupkan kembali burung Moa raksasa Selandia Baru yang telah punah menggunakan rekayasa genetika canggih, mengikuti jejak proyek mamut berbulu dan dodo.
Mengenal Burung Moa: Raksasa Tak Bersayap dari Selandia Baru
Bayangkan seekor burung setinggi jerapah muda, dengan berat setara dua orang dewasa, berjalan gagah di padang rumput. Itulah burung moa, raksasa ikonik yang dulunya mendominasi ekosistem Selandia Baru. Terdapat sembilan spesies moa, dengan yang terbesar seperti Dinornis robustus (moa raksasa Pulau Selatan) yang bisa mencapai tinggi 3,6 meter. Mereka adalah herbivora penting yang membantu menyebarkan benih tanaman dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Sayangnya, sekitar tahun 1400-an, semua spesies moa punah. Kedatangan manusia pertama ke Selandia Baru, yaitu suku Māori, membawa perburuan intensif dan perubahan habitat drastis. Moa yang lambat berkembang biak dan hanya bertelur sedikit, tak mampu bertahan dari tekanan ini. Kepunahan mereka menjadi salah satu contoh paling gamblang dari dampak aktivitas manusia terhadap alam.
Strategi Colossal untuk “Membangkitkan” Moa
Lalu, bagaimana Colossal Biosciences berusaha hidupkan burung moa raksasa ini? Strateginya adalah lewat rekayasa genetika canggih. Mereka berencana mengambil DNA dari fosil moa yang tersisa, kemudian membandingkannya dengan DNA kerabat terdekat moa yang masih hidup, yaitu burung emu dan tinamou dari Amerika Selatan. Tinamou, meskipun kecil dan masih bisa terbang, berasal dari garis evolusi yang sama dengan moa.
Setelah itu, tim Colossal akan mengedit gen dari emu atau tinamou agar semirip mungkin dengan moa menggunakan teknologi seperti CRISPR. Embrio hasil rekayasa ini akan dikembangkan dan ditanamkan pada induk pengganti. Targetnya, anak-anak burung “mirip moa” ini bisa lahir dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Proyek ambisius ini bahkan didukung oleh sutradara terkenal Sir Peter Jackson (pembuat film The Lord of the Rings) dengan pendanaan senilai US$15 juta. Colossal juga bekerja sama dengan Ngāi Tahu Research Centre di Universitas Canterbury, Selandia Baru, untuk memastikan aspek sains dan budaya terintegrasi.
Antara Harapan dan Skeptisisme: Kontroversi “De-Extinction” Moa
Meski terdengar seperti fiksi ilmiah yang jadi kenyataan, proyek Colossal Biosciences ini menuai perdebatan sengit di kalangan ilmuwan. Banyak yang skeptis, bahkan menganggapnya lebih sensasional daripada ilmiah. Dr. Tori Herridge, biolog evolusi dari University of Sheffield, menyebut pendekatan Colossal sebagai “eksperimen genetika belaka.” Ia menegaskan bahwa “De-extinction itu tidak benar-benar mungkin. Yang mereka lakukan adalah menciptakan organisme baru yang mirip dengan spesies punah, bukan menghidupkan kembali spesies aslinya.”
Profesor Philip Seddon dari University of Otago senada, menyebut hasilnya nanti adalah “hibrida”, bukan moa asli yang terbentuk dari ribuan tahun adaptasi dan evolusi. Aspek perilaku dan insting ekologi hewan liar, misalnya, tidak bisa diprogram hanya lewat DNA. Nic Rawlence, pakar DNA purba dari University of Otago, bahkan menyebut proyek ini lebih seperti fantasi film:
“Ini seperti Jurassic Park, tapi dengan peluang keberhasilan yang sangat kecil. Mereka tidak menghidupkan moa, mereka hanya menciptakan versi buatan.”
Rawlence menambahkan bahwa proyek ini hanya akan menghasilkan versi “designer animal”—rekayasa modern yang mungkin menyerupai moa secara fisik, tapi bukanlah burung moa yang sesungguhnya.
Ada juga kekhawatiran ekologis dan etika. Para ahli konservasi cemas proyek semacam ini akan mengalihkan fokus dan dana dari upaya menyelamatkan spesies yang saat ini benar-benar terancam punah. Selain itu, jika burung moa raksasa ini berhasil “dihidupkan”, ke mana mereka akan dikembalikan? Habitat aslinya di Selandia Baru sudah banyak berubah dan mungkin tidak lagi cocok. Aroha Te Pareake Mead, anggota IUCN dalam bidang kebijakan bioteknologi, bahkan menyebutnya “janji palsu yang lebih didorong oleh ego daripada kepedulian lingkungan.”
Namun, Colossal Biosciences tetap optimis. Mereka bersikukuh bahwa teknologi mereka bisa membantu mengembalikan fungsi ekosistem yang hilang dan memperkuat keanekaragaman genetik pada spesies yang hampir punah. “Mengatakan ini tidak mungkin adalah keliru,” ujar Prof. Andrew Pask, peneliti utama proyek moa di Colossal. Mereka juga menekankan bahwa burung-burung ini tidak akan dilepas liar, melainkan dipelihara di lokasi konservasi tertutup.
Masa Depan Burung Moa Rekayasa Genetika
Upaya Colossal Biosciences untuk menghidupkan burung moa raksasa memang merupakan lompatan besar dalam bioteknologi. Proyek ini memicu diskusi penting tentang batas-batas sains, etika, dan tanggung jawab manusia terhadap alam. Apakah kita akan benar-benar melihat “moa” berkeliaran lagi di Selandia Baru, atau hanya versi buatan yang menyerupai?
Terlepas dari kontroversi, proyek ini pasti akan mendorong kemajuan besar dalam pengetahuan tentang DNA purba dan rekayasa genetika, yang mungkin bermanfaat untuk upaya konservasi spesies terancam punah di masa depan. Waktu dan kemajuan sains akan menjawab apakah ambisi ini terwujud, sekaligus mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati yang ada saat ini sebelum terlambat.
FAQ
Tanya: Apa itu Colossal Biosciences?
Jawab: Colossal Biosciences adalah perusahaan bioteknologi yang berambisi menghidupkan kembali spesies-spesies yang telah punah.
Tanya: Bagaimana Colossal Biosciences berencana menghidupkan kembali burung moa?
Jawab: Rencana ini melibatkan rekayasa genetika untuk menciptakan kembali burung moa, meskipun detail teknisnya belum sepenuhnya diuraikan dalam ringkasan ini.
Tanya: Mengapa burung moa punah?
Jawab: Burung moa punah sekitar tahun 1400-an akibat perburuan intensif oleh suku Māori dan perubahan habitat.
Tanya: Apakah ini proyek pertama Colossal Biosciences?
Jawab: Tidak, Colossal Biosciences sebelumnya juga memiliki misi serupa untuk menghidupkan kembali mamut berbulu dan burung dodo.