Bagaimana CDIA ARA 3 Hari Membuat Prajogo Pangestu Kembali Menjadi Orang Terkaya di Indonesia?

Dipublikasikan 11 Juli 2025 oleh admin
Finance

Dunia bisnis Indonesia kembali dihebohkan dengan berita besar: Prajogo Pangestu berhasil merebut kembali takhta sebagai orang terkaya di Indonesia. Keberhasilan ini tidak lepas dari performa luar biasa salah satu perusahaan terbarunya yang melantai di bursa, yaitu PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA). Saham CDIA mencatat fenomena Auto Reject Atas (ARA) selama tiga hari berturut-turut, sebuah pencapaian yang signifikan di pasar modal.

Bagaimana CDIA ARA 3 Hari Membuat Prajogo Pangestu Kembali Menjadi Orang Terkaya di Indonesia?

Penasaran bagaimana debut emiten baru ini bisa langsung melejitkan kekayaan seorang konglomerat sekelas Prajogo Pangestu? Mari kita selami lebih dalam kisah di balik kenaikan spektakuler ini.

Kilas Balik Singkat: Prajogo Pangestu, Sosok di Balik Gurita Bisnis

Nama Prajogo Pangestu tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Dikenal sebagai salah satu “Naga” atau konglomerat paling berpengaruh, perjalanan bisnisnya dimulai dari nol. Pria kelahiran 1944 ini bahkan hanya sempat mengenyam pendidikan hingga SMP, dan pernah menjadi sopir angkutan umum. Titik balik hidupnya dimulai saat ia merintis bisnis perkayuan, yang kemudian berkembang menjadi Barito Pacific Timber dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1993.

Seiring waktu, gurita bisnisnya terus berekspansi. Ia mengakuisisi saham mayoritas perusahaan petrokimia Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan kini memiliki beberapa emiten raksasa lainnya di bawah Grup Barito Pacific, seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), serta PT Petrosea Tbk (PTRO). Kehadiran CDIA kini menambah panjang daftar perusahaan publik miliknya yang terus mencetak sejarah di pasar modal.

CDIA: Bintang Baru di Bursa Efek Indonesia

PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) merupakan anak usaha dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang bergerak di bidang infrastruktur penunjang. Perusahaan ini fokus pada layanan logistik, kepelabuhanan, penyimpanan, jaringan energi, serta pengelolaan air. CDIA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 9 Juli 2025, sebagai emiten ke-17 di tahun tersebut.

Dalam penawaran umum perdana saham (IPO)-nya, CDIA menetapkan harga Rp 190 per lembar saham dan melepas sekitar 12,48 hingga 12,58 miliar saham ke publik, atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi ini, perusahaan berhasil menghimpun dana segar sekitar Rp 2,37 triliun. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis logistik melalui penyertaan modal ke anak usaha seperti PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM) untuk pembelian kapal dan operasional, serta pengembangan sektor kepelabuhanan dan penyimpanan melalui PT Chandra Samudera Port (CSP) dan PT Chandra Cilegon Port (CCP) untuk pembangunan fasilitas tangki dan pipa.

Antusiasme investor terhadap IPO CDIA sangat luar biasa. Tercatat, penawaran saham perdana ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 563,64 kali, dengan partisipasi mencapai lebih dari 400.000 investor.

“Sepertinya oversubscription CDIA kami merupakan yang tertinggi di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini,” ujar Fransiskus Ruly Aryawan, Presiden Direktur PT Chandra Daya Investasi Tbk, dalam seremoni pencatatan saham.

Fenomena ARA CDIA: Mengapa Sahamnya Melesat?

Istilah Auto Reject Atas (ARA) mungkin sering Anda dengar di pasar saham. Ini adalah batas kenaikan harga saham tertinggi dalam satu hari perdagangan yang ditetapkan oleh BEI. Ketika sebuah saham menyentuh ARA, artinya minat beli terhadap saham tersebut sangat tinggi hingga harganya melonjak ke batas maksimal yang diizinkan.

Inilah yang dialami saham CDIA selama tiga hari berturut-turut sejak debutnya:

  • Hari Pertama (Rabu, 9 Juli 2025): Saham CDIA langsung melesat 34,74% atau naik 66 poin ke level Rp 256 per saham di menit pertama perdagangan.
  • Hari Kedua (Kamis, 10 Juli 2025): Kembali mencapai ARA, melesat 25% atau naik 64 poin ke level Rp 320 per saham.
  • Hari Ketiga (Jumat, 11 Juli 2025): Konsisten, CDIA kembali menyentuh batas ARA, naik 25% atau 80 poin ke level Rp 400 per saham.

Performa spektakuler ini menunjukkan tingginya kepercayaan pasar terhadap prospek bisnis CDIA dan tentu saja, reputasi Prajogo Pangestu sebagai pemiliknya. Volume transaksi saham CDIA juga sangat besar, mencapai Rp 845,24 miliar dengan volume 2,11 juta saham pada hari ketiga perdagangannya.

Dampak CDIA Terhadap Kekayaan Prajogo Pangestu

Lonjakan harga saham CDIA secara langsung berdampak signifikan pada kekayaan Prajogo Pangestu. Sebagai pemilik manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dari CDIA melalui kepemilikan mayoritas di TPIA (sekitar 71,32%), setiap kenaikan harga saham CDIA akan menambah pundi-pundi kekayaannya.

Menurut data Real Time Billionaires versi Forbes pada 11 Juli 2025, kekayaan Prajogo Pangestu tercatat sekitar US$27,6 miliar atau setara dengan Rp448 triliun (kurs sekitar Rp16.254/US$). Bahkan, pada 10 Juli 2025, kekayaannya sempat mencapai US$27,9 miliar atau Rp453 triliun. Angka ini meningkat signifikan, sekitar US$717 juta hanya dalam beberapa hari!

Dengan kekayaan tersebut, Prajogo Pangestu berhasil menyalip Low Tuck Kwong, konglomerat batu bara yang sebelumnya sempat menduduki peringkat pertama. Kekayaan Low Tuck Kwong ditaksir sekitar US$27,0 miliar atau Rp438,16 triliun.

Berikut perbandingan singkat tiga orang terkaya di Indonesia per Juli 2025 (berdasarkan data Forbes Billionaires):

Peringkat Nama Konglomerat Kekayaan (US$) Kekayaan (Rp) Bisnis Utama
1 Prajogo Pangestu 27,6 – 27,9 M 448 – 453 T Petrokimia, Energi, Infrastruktur
2 Low Tuck Kwong 27,0 – 27,2 M 438 – 442 T Batu Bara
3 Robert Budi Hartono 21,8 M 354 T Perbankan, Rokok, Telekomunikasi

Selain dorongan dari CDIA, kenaikan harta Prajogo Pangestu juga didukung oleh performa positif saham perusahaan miliknya yang lain, seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang naik 17,4% sepekan, dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang naik 14,24%. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor tidak hanya pada emiten baru, tetapi juga pada seluruh ekosistem bisnis yang dibangun oleh Prajogo.

Kesimpulan

Kisah Prajogo Pangestu yang kembali menjadi orang terkaya di Indonesia adalah bukti nyata bagaimana strategi bisnis yang tepat dan kepercayaan pasar dapat menciptakan lonjakan kekayaan yang fantastis. Debut IPO CDIA dengan fenomena ARA tiga hari berturut-turut tidak hanya menguntungkan perusahaan dan investornya, tetapi juga menegaskan kembali posisi Prajogo Pangestu sebagai salah satu titan di kancah ekonomi Indonesia.

Ini adalah cerita inspiratif tentang bagaimana visi, keberanian, dan kemampuan membaca peluang di pasar modal dapat membawa seseorang ke puncak kesuksesan. Kita tunggu saja, kejutan apalagi yang akan dihadirkan oleh Grup Barito Pacific di masa depan!

FAQ

Tanya: Apa yang dimaksud dengan fenomena “Auto Reject Atas (ARA)” pada saham CDIA?
Jawab: Auto Reject Atas (ARA) adalah batas maksimal kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan yang ditetapkan oleh bursa efek, di mana saham CDIA mencapai batas ini selama tiga hari berturut-turut.

Tanya: Bagaimana performa saham CDIA bisa berdampak pada kekayaan Prajogo Pangestu?
Jawab: Kenaikan signifikan harga saham CDIA, yang merupakan salah satu perusahaan terbarunya, secara langsung meningkatkan nilai kepemilikan Prajogo Pangestu, sehingga mendongkrak posisinya sebagai orang terkaya di Indonesia.

Tanya: Selain CDIA, perusahaan apa saja yang termasuk dalam Grup Barito Pacific milik Prajogo Pangestu?
Jawab: Grup Barito Pacific milik Prajogo Pangestu juga mencakup emiten besar lainnya seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).