Yogyakarta, zekriansyah.com – Mengejutkan! Galaksi Bima Sakti Mungkin Dikelilingi 100 Galaksi Tersembunyi
Penemuan terbaru mengungkap kemungkinan Galaksi Bima Sakti dikelilingi hingga 100 galaksi lain yang selama ini tersembunyi dari pandangan.
Bayangkan, galaksi Bima Sakti yang kita tinggali ini, yang sudah begitu luas dan penuh misteri, ternyata mungkin tidak sendirian seperti yang kita kira. Para astronom dari Universitas Durham, Inggris, baru saja membuat penemuan yang cukup mengguncang dunia antariksa. Mereka memperkirakan bahwa galaksi Bima Sakti kita ini bisa saja dikelilingi oleh hingga 100 galaksi satelit tersembunyi yang selama ini luput dari pengamatan teleskop. Penemuan ini bukan cuma sekadar dugaan, melainkan hasil dari simulasi superkomputer canggih dan pemodelan matematika yang sangat presisi. Jadi, siap-siap untuk melihat alam semesta dengan cara yang benar-benar baru!
Mengungkap Misteri Galaksi Yatim
Selama ini, kita mengenal Bima Sakti sebagai galaksi spiral raksasa yang menjadi rumah bagi miliaran bintang, termasuk Matahari kita. Kita juga tahu ada sekitar 60 galaksi satelit kecil yang setia mengelilinginya. Namun, penelitian terbaru ini membuka mata kita pada sebuah “dunia” yang lebih padat. Simulasi menunjukkan ada 80 hingga 100 galaksi tambahan yang sangat redup, hampir tidak terlihat oleh teleskop konvensional. Mereka dijuluki sebagai “galaksi yatim” karena telah kehilangan sebagian besar halo materi gelapnya akibat tarikan gravitasi kuat dari Bima Sakti. Tanpa materi gelap ini, yang menjadi selubung penting bagi mereka, galaksi-galaksi ini menjadi sangat sulit dideteksi. Penemuan menarik ini diumumkan dalam National Astronomy Meeting 2025, sebuah pertemuan penting bagi para astronom di seluruh dunia.
Mengapa Penemuan Ini Begitu Penting bagi Kosmologi?
Mungkin Anda bertanya, apa pentingnya menemukan galaksi-galaksi kecil yang redup ini? Jawabannya terletak pada salah satu model utama yang digunakan para ilmuwan untuk memahami alam semesta: Model Lambda Cold Dark Matter atau biasa disingkat LCDM. Model ini menjelaskan bagaimana struktur alam semesta terbentuk dalam skala besar, yang terdiri dari sekitar lima persen materi biasa atau atom, dua puluh lima persen materi gelap dingin, dan tujuh puluh persen energi gelap.
Model LCDM ini memprediksi bahwa sebagian besar galaksi di alam semesta seharusnya adalah galaksi katai bermassa rendah, yang umumnya mengorbit galaksi yang lebih besar seperti Bima Sakti. Namun, selama ini, jumlah galaksi satelit yang berhasil ditemukan selalu lebih sedikit dibandingkan prediksi teori ini. Ini menciptakan sebuah “masalah” yang membuat para ilmuwan bertanya-tanya tentang keakuratan model tersebut. Nah, jika galaksi-galaksi yatim ini benar-benar ada dan bisa ditemukan, mereka akan menjadi bukti kunci yang sangat kuat untuk memperkuat teori LCDM. Profesor Carlos Frenk dari Institute for Computational Cosmology, Durham University, menjelaskan bahwa jika populasi galaksi satelit redup ini akhirnya ditemukan, itu akan menjadi kemenangan besar bagi teori LCDM dan bukti kekuatan fisika serta matematika dalam memahami alam semesta.
Di Balik Layar: Simulasi Superkomputer Canggih
Untuk mengungkap keberadaan galaksi-galaksi tersembunyi ini, tim Durham tidak bekerja dengan teleskop biasa. Mereka menggabungkan dua pendekatan canggih. Pertama, mereka menggunakan Simulasi Aquarius, sebuah simulasi halo materi gelap Bima Sakti dengan resolusi tertinggi yang pernah dibuat. Kedua, mereka menerapkan model GALFORM, sebuah kode pemodelan fisik galaksi yang telah dikembangkan selama dua dekade di Durham, yang mampu memetakan proses terbentuknya galaksi secara detail.
Melalui kombinasi dua teknologi ini, para ilmuwan dapat menelusuri evolusi dan distribusi galaksi yatim di sekitar Bima Sakti. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak dari galaksi-galaksi ini telah kehilangan sebagian besar massa bintangnya, sehingga menjadi sangat kecil dan redup. Menariknya, saat ini sudah ada sekitar 30 kandidat galaksi satelit baru yang ditemukan. Objek-objek ini sangat kecil dan redup, sehingga para ilmuwan masih ragu apakah mereka galaksi sejati atau hanya gugus bola, yaitu kumpulan bintang tanpa halo materi gelap. Namun, para peneliti Durham sangat yakin bahwa objek-objek aneh ini bisa jadi bagian dari populasi galaksi yatim yang mereka prediksi.
Menatap Masa Depan dengan Observatorium Rubin
Kabar baiknya, harapan untuk “melihat yang tak terlihat” ini semakin mendekati kenyataan. Dengan hadirnya instrumen modern seperti kamera LSST atau Legacy Survey of Space and Time dari Observatorium Vera C. Rubin, para astronom semakin memiliki kemampuan untuk mengamati galaksi yang sangat redup dan kecil ini. Observatorium Rubin yang baru-baru ini menangkap cahaya pertamanya, dipercaya akan menjadi kunci dalam pencarian ini.
Dr. Isabel Santos-Santos dari Durham University mengungkapkan bahwa suatu hari nanti, kita mungkin benar-benar bisa melihat galaksi-galaksi yang selama ini “hilang”. Menurutnya, itu akan menjadi momen luar biasa yang mengubah pemahaman kita tentang bagaimana alam semesta terbentuk seperti sekarang. Penemuan ini tidak hanya akan memperkaya katalog galaksi di sekitar kita, tetapi juga menjadi pengujian kritis bagi model kosmologi LCDM yang telah lama digunakan untuk memahami evolusi struktur alam semesta.
Penelitian ini menandai langkah besar dalam upaya kita memahami struktur tersembunyi di sekitar Bima Sakti. Jika prediksi tentang keberadaan 100 galaksi yatim ini benar, maka alam semesta yang kita kenal akan terlihat jauh lebih kompleks dan padat daripada yang selama ini kita bayangkan. Ini adalah bukti nyata bagaimana perpaduan antara hukum fisika, simulasi superkomputer, dan model matematika memungkinkan kita membuat prediksi yang bisa diuji langsung oleh teleskop generasi baru. Sungguh, tidak ada yang lebih menggairahkan dari upaya terus-menerus untuk memahami rumah kita di alam semesta ini.