Arumi Bachsin Serukan Ibu Jadi **Garda Terdepan** Lawan **DBD** di **Musim Hujan**: Lindungi Keluarga!

Dipublikasikan 14 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim hujan seringkali membawa kesejukan, tapi juga “tamu tak diundang” yang berbahaya: nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Ancaman ini serius, dan sebagai Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur, Arumi Bachsin serukan ibu jadi garda terdepan dalam upaya pencegahannya. Ia mengajak para ibu untuk menjadi benteng pertama keluarga dari bahaya DBD. Artikel ini akan membahas mengapa peran ibu begitu krusial dan langkah-langkah nyata yang bisa kita lakukan bersama untuk melindungi orang-orang tercinta dari ancaman nyamuk ini.

Arumi Bachsin Serukan Ibu Jadi **Garda Terdepan** Lawan **DBD** di **Musim Hujan**: Lindungi Keluarga!

Arumi Bachsin imbau ibu di Jawa Timur menjadi garda terdepan memerangi DBD di musim hujan dengan memberantas sarang nyamuk demi melindungi keluarga.

Mengapa Ibu Menjadi Garda Terdepan dalam Pencegahan DBD?

Peran ibu dalam keluarga memang tak tergantikan. Dari urusan dapur hingga kebersihan rumah, tangan ibu selalu sigap. Inilah mengapa Arumi Bachsin begitu menekankan pentingnya peran ibu dalam menjaga kesehatan keluarga, khususnya dari ancaman DBD.

“Keluarga adalah benteng pertama melawan DBD, dan kader Jumantik adalah ujung tombak di lapangan,” ujar Arumi Bachsin.

Para ibu, dengan perhatian detailnya, bisa menjadi detektor dini potensi sarang nyamuk. Mulai dari memeriksa genangan air di pot bunga, selokan, hingga bak mandi yang jarang dikuras, semua bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Edukasi DBD dan kesadaran dari tingkat rumah tangga adalah kunci utama.

Ancaman DBD yang Tak Boleh Disepelekan

Data menunjukkan bahwa DBD masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan, hingga Juli 2025, Jawa Timur menempati posisi kedua dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia, mencapai 13.836 kasus.

Di Kota Malang sendiri, situasinya juga mengkhawatirkan. Hingga Mei 2025, tercatat 459 kasus DBD dengan empat kematian. Angka ini memang menurun sedikit dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 727 kasus, namun tetap menjadi peringatan serius.

“Pencegahan melalui edukasi dan kolaborasi lebih penting daripada pengobatan,” tegas Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M. Beliau berharap kesadaran masyarakat, terutama para ibu, akan bahaya DBD bisa semakin meningkat.

Gerakan 3M+ Mengoles: Kolaborasi Menyelamatkan Keluarga

Menanggapi situasi ini, sebuah langkah nyata diambil melalui kolaborasi antara Enesis Group (dengan produk Soffell-nya), Pemerintah Kota Malang, Dinas Kesehatan, dan TP PKK Provinsi Jawa Timur. Mereka meluncurkan program CSR bertajuk “Gerakan Berantas Nyamuk Bersama 3M+ Mengoles: Keluarga Sehat dan Bebas DBD.”

Program ini fokus di dua kecamatan dengan kasus DBD tertinggi di Malang, yaitu Sukun dan Blimbing. Sebanyak 220 kader Jumantik dari 22 kelurahan diberdayakan untuk melakukan edukasi langsung ke lebih dari 47 ribu warga.

Pesan utamanya adalah Gerakan 3M Plus, yang meliputi:

  • Menguras tempat penampungan air secara rutin.
  • Menutup rapat tempat penampungan air.
  • Mendaur Ulang atau memanfaatkan barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.
  • Mengoleskan lotion anti nyamuk sebagai perlindungan tambahan.

Aryo Widiwardhono, CEO Enesis Group, menegaskan bahwa program ini jauh dari sekadar bisnis. “Ini bukan soal bisnis, ini soal kemanusiaan,” ujarnya, menekankan misi sosial di baliknya. Bahkan, efektivitas lotion anti nyamuk didemonstrasikan langsung menggunakan nyamuk dari peternakan steril milik Enesis Group.

Membangun Kebiasaan Sehat untuk Jangka Panjang

Pencegahan DBD bukanlah kegiatan musiman yang hanya dilakukan saat kasus meningkat. Ini harus menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. Program edukasi yang digagas ini dirancang untuk memberikan dampak jangka panjang dan berkelanjutan.

Pengalaman dari program serupa di wilayah lain menunjukkan hasil positif, di mana Angka Bebas Jentik (ABJ) meningkat dari 95% menjadi 99%, dan rumah positif jentik menurun hingga 80%. Harapannya, Kota Malang juga bisa mencapai hasil yang serupa.

Program ini akan berlangsung selama 30 hari, mulai 11 Agustus hingga awal September 2025. Setiap kader Jumantik dilengkapi dengan materi edukasi, produk Soffell, dan alat pelaporan untuk memantau perubahan perilaku warga. Sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan partisipasi aktif masyarakat adalah kunci untuk menciptakan lingkungan bersih yang lebih sehat dan aman dari ancaman nyamuk Aedes aegypti.

Singkatnya, seruan Arumi Bachsin agar ibu jadi garda terdepan dalam melawan DBD adalah panggilan yang sangat relevan. Dengan peran sentral ibu dalam keluarga dan dukungan program kolaboratif seperti Gerakan 3M+ Mengoles, kita bisa bersama-sama membangun benteng yang kokoh melawan nyamuk Aedes aegypti. Mari jadikan pencegahan DBD sebagai bagian dari gaya hidup kita sehari-hari, demi kesehatan keluarga dan lingkungan yang lebih baik.