Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, para pecinta sepak bola Indonesia, khususnya nawak-nawak Aremania! Ada kabar yang cukup mengejutkan datang dari markas Singo Edan. Meski tim kesayangan kita, Arema FC, sedang menunjukkan performa yang menjanjikan di awal musim dengan catatan tak terkalahkan alias unbeaten dalam laga kandang, sebuah fenomena menarik justru terjadi: jumlah penonton Arema turun drastis. Lho, kok bisa? Padahal biasanya dukungan Aremania tak pernah surut. Mari kita bedah lebih dalam apa saja yang menjadi penyebab di balik sepinya stadion saat laga kandang Arema ini.
Animo penonton di Stadion Kanjuruhan alami penurunan drastis meski Arema FC catatkan rekor tak terkalahkan di kandang.
Data Angka: Penurunan yang Mencolok di Kandang
Fenomena jumlah penonton Arema turun ini terlihat jelas dari data kehadiran di dua laga kandang awal Arema FC di Stadion Kanjuruhan (sebelumnya di Blitar, lihat konteks di bawah). Awalnya cukup lumayan, tapi kemudian merosot tajam.
Laga Kandang | Tanggal | Lawan | Jumlah Penonton | Hasil |
---|---|---|---|---|
Pertama | 11 Agustus | PSBS Biak | 2.336 orang | Menang 4-1 |
Kedua | 22 Agustus | Bhayangkara Presisi Lampung FC | 840 orang | Menang 2-1 |
(Sumber: Radar Malang, Beritajatim)
Bayangkan, dari lebih dari 2.300 penonton, angka itu anjlok hingga hanya 840 orang saja pada pertandingan kedua. Padahal, manajemen klub menyediakan kuota tiket sebanyak 5.000 lembar. Angka 840 ini bahkan menjadi yang terendah selama tim kembali bermain di Stadion Kanjuruhan setelah sebelumnya menggunakan Blitar dan Bali sebagai homebase sementara. Tentu ini menjadi sorotan, mengingat Arema FC adalah klub dengan basis suporter yang sangat besar dan fanatik.
Mengurai Benang Kusut: Faktor-faktor Penyebab Turunnya Animo
Penurunan animo penonton Arema ini tentu tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang disinyalir menjadi penyebabnya, mulai dari teknis hingga aspek emosional yang mendalam.
1. Jadwal dan Status Lawan: Bukan Sekadar Pertandingan Biasa
Salah satu analisis dari manajemen klub dan perwakilan suporter, seperti Koordinator Presidium Aremania Utas, Ali Rifki, menyoroti jadwal pertandingan dan status lawan.
- Hari Kerja: Laga kandang kedua melawan Bhayangkara FC digelar pada hari Jumat (22/8). Hari kerja seringkali menjadi penghalang bagi banyak suporter untuk datang langsung ke stadion, terutama bagi mereka yang memiliki rutinitas kantor atau sekolah.
- Bukan Big Match: Bhayangkara Presisi Lampung FC, yang berstatus klub promosi, tidak memiliki rivalitas yang kuat dengan Arema FC. Pertandingan semacam ini, menurut manajemen, belum cukup memancing gairah suporter Arema seperti saat big match melawan rival abadi. Ini berbeda dengan laga-laga di masa lalu yang selalu dipenuhi Aremania tak peduli lawan siapapun.
2. Bayangan Trauma Kanjuruhan: Luka yang Belum Sepenuhnya Pulih
Tidak bisa dimungkiri, Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu masih menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak, terutama Aremania. Peristiwa memilukan yang menewaskan 135 jiwa itu telah mengubah lanskap sepak bola di Malang.
- Renovasi Kanjuruhan: Sejak tragedi itu, Stadion Kanjuruhan direnovasi dan baru kembali digunakan. Ada kerinduan, tetapi juga trauma yang membayangi. Sumber dari Bola.com menyebutkan bahwa animo Aremania jika Arema FC kembali ke Stadion Kanjuruhan masih tanda tanya, karena tragedi tersebut masih membayangi.
- Penyesuaian Mental: Ali Rifki juga menyebut faktor “penyesuaian” sebagai salah satu penyebab. Butuh waktu bagi suporter untuk kembali sepenuhnya nyaman dan bersemangat datang ke stadion setelah pengalaman traumatis tersebut.
3. Tantangan Homebase Sementara
Sebelum kembali ke Kanjuruhan, Arema FC sempat menggunakan Stadion Soepriadi, Blitar, dan bahkan Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, sebagai homebase. Perpindahan kandang ini juga memengaruhi kehadiran penonton.
- Di Blitar: Meski jarak dari Malang ke Blitar hanya sekitar dua jam, kehadiran penonton masih naik turun. Rata-rata seribu Aremania datang saat di Blitar, jauh lebih baik daripada saat di Bali yang hanya sekitar 100 penonton. Namun, stadion di Blitar disebut “kurang angker” bagi tim tamu, karena Arema sering kehilangan poin di sana.
- Efek Jangka Panjang: Perjalanan jauh dan adaptasi dengan stadion baru selama beberapa musim tentu memengaruhi kebiasaan dan loyalitas sebagian suporter Arema.
4. Dampak Ekonomi dan Upaya Efisiensi Klub
Sepinya penonton juga memiliki implikasi finansial bagi klub. Arema FC bahkan sempat memutuskan menggelar laga kandang tanpa penonton di Blitar demi efisiensi anggaran.
- Biaya Penyelenggaraan Tinggi: General Manager Arema, Yusrinal Fitriandi, menjelaskan bahwa biaya penyelenggaraan pertandingan cukup besar, rata-rata mencapai Rp 250 juta per laga. Jika penonton sepi, pemasukan dari tiket Arema tidak bisa menutup biaya operasional.
- Efisiensi Anggaran: Dengan bermain tanpa penonton, klub bisa menghemat sekitar Rp 100 juta dari berbagai unsur kepanitiaan, mulai dari petugas keamanan, match steward, hingga perlengkapan di pintu masuk. Ini menunjukkan betapa krusialnya dukungan finansial dari penonton melalui pembelian tiket.
Harapan dan Strategi Manajemen: Mengajak Aremania Kembali
Meskipun menghadapi tantangan jumlah penonton Arema turun, manajemen Arema FC tidak patah arang. Mereka terus berupaya membujuk Aremania untuk kembali memenuhi stadion.
- Promo Khusus: Salah satu upaya adalah memberikan compliment khusus, seperti snack dan minuman gratis untuk semua kategori tiket, seperti yang dijelaskan oleh Manajer Bisnis Arema FC, Munif Bagaskara Wakid.
- Pentingnya Dukungan: Munif berharap para “pemain ke-12” ini lebih banyak yang menyaksikan laga kandang tim. Menurutnya, dukungan suporter sangat penting untuk meningkatkan motivasi dan semangat juang para pemain.
- Optimisme Kemenangan: Ali Rifki dari Aremania Utas juga optimis. Ia percaya, jika Arema FC terus meraih kemenangan dan menunjukkan performa apik, animo penonton Arema akan kembali. “Kalau terus menang, animo penonton untuk melihat langsung ke stadion akan kembali lagi,” ujarnya.
Kesimpulan: Mengembalikan Gairah Singo Edan
Fenomena berita Arema hari populer jumlah penonton turun ini adalah cerminan dari kompleksitas dinamika sepak bola modern, yang tidak hanya ditentukan oleh performa tim di lapangan, tetapi juga oleh faktor-faktor non-teknis seperti jadwal, kondisi sosial, hingga trauma masa lalu. Arema FC, dengan sejarah panjang dan basis suporter yang luar biasa, tentu memiliki potensi untuk kembali mengisi penuh stadion.
Kunci utamanya adalah sinergi antara tim yang terus berjuang meraih kemenangan, manajemen yang aktif berinovasi, dan tentu saja, Aremania yang tak pernah lelah memberikan dukungan. Mari kita berharap, seiring waktu, luka-luka akan pulih, semangat akan kembali membara, dan Stadion Kanjuruhan akan kembali menjadi lautan biru yang angker bagi lawan, serta rumah yang hangat bagi Singo Edan dan para pendukung setianya. Salam Satu Jiwa!