Yogyakarta, zekriansyah.com – Mendengar kata “hipertensi” atau tekanan darah tinggi? Kebanyakan dari kita mungkin langsung membayangkan orang dewasa atau lansia. Tapi, tahukah Anda bahwa kondisi serius ini juga bisa menyerang anak-anak, bahkan sejak usia dini? Ya, betul sekali! Meskipun sering luput dari perhatian, hipertensi pada anak adalah masalah kesehatan yang perlu diwaspadai karena bisa membawa dampak jangka panjang jika tidak ditangani sejak awal.
Tekanan darah tinggi pada anak dapat menyerang siapa saja, kenali faktor penyebab dan gejalanya sejak dini untuk pencegahan yang efektif.
Perubahan gaya hidup modern, seperti makin banyaknya anak yang kurang bergerak, gemar mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak, serta meningkatnya kasus obesitas, ternyata turut berkontribusi terhadap angka anak mengalami tekanan darah tinggi. Lalu, bagaimana kita bisa mengenali dan mencegahnya? Mari kita selami lebih dalam agar kesehatan si kecil tetap terjaga.
Hipertensi pada Anak: Apa Bedanya dengan Orang Dewasa?
Berbeda dengan orang dewasa yang punya patokan angka tekanan darah yang relatif baku (misalnya 120/80 mmHg sebagai normal), mendefinisikan hipertensi pada anak sedikit lebih kompleks. Pada anak-anak, tekanan darah normal itu sangat bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan mereka. Jadi, seorang dokter akan menggunakan tabel persentil khusus untuk menentukan apakah tekanan darah anak tergolong tinggi atau tidak.
Secara umum, tekanan darah tinggi pada anak bisa dibagi menjadi dua kategori utama:
- Hipertensi Primer (Esensial): Ini adalah jenis yang penyebab pastinya seringkali tidak diketahui. Biasanya, hipertensi primer pada anak lebih sering terjadi pada usia remaja dan berkaitan erat dengan faktor genetik, kelebihan berat badan, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik anak.
- Hipertensi Sekunder: Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit atau kondisi medis lain yang mendasari, seperti masalah ginjal, kelainan jantung bawaan, gangguan hormon, atau bahkan efek samping dari obat-obatan tertentu. Hipertensi sekunder lebih sering ditemukan pada anak-anak usia yang lebih muda.
Faktor-faktor yang Membuat Anak Berisiko Alami Tekanan Darah Tinggi
Ada banyak hal yang bisa menjadi faktor penyebab anak mengalami tekanan darah tinggi. Beberapa di antaranya mungkin terkait dengan kebiasaan sehari-hari, sementara yang lain berhubungan dengan kondisi medis atau keturunan.
Gaya Hidup yang Kurang Sehat: Pemicu Utama Masa Kini
Gaya hidup modern yang serba instan dan kurang gerak ternyata menjadi salah satu penyebab hipertensi anak yang paling dominan saat ini.
- Obesitas atau Berat Badan Berlebih: Ini adalah salah satu faktor risiko hipertensi anak yang paling besar. Lemak tubuh yang berlebihan, terutama di sekitar perut, bisa memicu resistensi insulin dan membuat tekanan darah anak naik.
- Pola Makan Tinggi Garam dan Lemak Jenuh: Siapa yang tidak suka camilan asin, makanan cepat saji, atau minuman manis? Sayangnya, makanan-makanan ini adalah “penyumbang” utama asupan sodium dan kalori berlebih, yang bisa memicu peningkatan volume darah dan membuat jantung bekerja lebih keras.
- Kurangnya Aktivitas Fisik (Sedentari): Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar gawai atau televisi daripada bermain di luar, cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi. Tubuh yang kurang bergerak membuat pembuluh darah dan jantung kurang terlatih.
- Paparan Asap Rokok: Baik secara pasif (menghirup asap rokok orang lain) maupun aktif, paparan asap rokok bisa merusak pembuluh darah anak sejak dini, meningkatkan risiko hipertensi.
- Kurang Tidur: Kualitas dan kuantitas tidur yang tidak memadai juga dapat memengaruhi regulasi tekanan darah dalam tubuh anak.
- Stres: Tekanan psikologis atau stres, meskipun sering diremehkan pada anak, juga bisa memengaruhi respons tubuh yang berujung pada peningkatan tekanan darah.
Kondisi Medis dan Genetik yang Berperan
Selain gaya hidup, ada beberapa faktor yang mungkin tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya, namun tetap penting untuk dikenali.
- Riwayat Keluarga Hipertensi: Jika orang tua atau kakek-nenek memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maka risiko anak untuk mengalami hal yang sama akan lebih besar. Ini menunjukkan peran faktor genetik dalam hipertensi.
- Penyakit Kronis atau Bawaan Sejak Lahir: Seperti yang disebutkan sebelumnya, kondisi medis lain seperti penyakit ginjal, diabetes tipe 2, kelainan jantung bawaan, gangguan hormonal (misalnya hipertiroidisme), atau sleep apnea (gangguan tidur yang menyebabkan henti napas sesaat) bisa menjadi penyebab hipertensi sekunder pada anak.
- Lahir Prematur atau Berat Badan Lahir Abnormal: Anak-anak yang lahir dengan kondisi ini juga memiliki risiko lebih tinggi.
- Jenis Kelamin: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung lebih berisiko mengalami hipertensi.
Waspadai Gejala Tekanan Darah Tinggi pada Anak
Salah satu tantangan terbesar dalam mengenali hipertensi pada anak adalah gejalanya yang seringkali tidak spesifik atau bahkan tidak muncul sama sekali. Tak heran jika hipertensi sering dijuluki “pembunuh diam-diam”. Banyak anak yang terlihat sehat, namun ternyata memiliki tekanan darah tinggi saat pemeriksaan rutin.
Meskipun demikian, ada beberapa gejala hipertensi anak yang patut Anda waspadai, terutama jika anak menunjukkan satu atau lebih tanda berikut:
- Sakit kepala yang sering muncul, terutama di pagi hari atau di area belakang kepala.
- Mimisan tanpa sebab yang jelas.
- Mudah lelah atau lesu.
- Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur.
- Detak jantung terasa cepat atau tidak teratur (palpitasi).
- Nyeri dada atau sesak napas.
- Sulit konsentrasi atau mudah marah.
- Mual dan/atau muntah.
- Kejang (pada kasus yang lebih parah atau krisis hipertensi).
- Pada bayi baru lahir, gejala bisa berupa sesak napas, berkeringat, gelisah, pucat, atau muntah dan kejang.
Jika anak Anda menunjukkan salah satu atau beberapa gejala di atas, jangan tunda lagi untuk segera melakukan pemeriksaan tekanan darah dan konsultasi dengan dokter anak.
Deteksi Dini dan Diagnosis Hipertensi pada Anak
Mengingat minimnya gejala, deteksi dini hipertensi pada anak menjadi sangat krusial. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar setiap anak berusia 3 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan tekanan darah secara rutin, setidaknya setahun sekali.
Proses diagnosis tekanan darah tinggi pada anak tidak bisa dilakukan hanya dalam satu kali pemeriksaan. Tekanan darah harus diukur beberapa kali (minimal tiga kali) dalam waktu yang berbeda, menggunakan alat tensi yang ukurannya sesuai dengan lengan anak. Jika hasil pengukuran konsisten tinggi, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan seperti:
- Pemeriksaan darah (untuk fungsi ginjal, gula darah, profil lipid).
- Urinalisis (pemeriksaan urine).
- Elektrokardiogram (EKG) untuk melihat aktivitas listrik jantung.
- USG ginjal.
- Evaluasi hormonal.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah hipertensi bersifat primer atau ada kondisi medis lain yang mendasarinya.
Langkah Mengatasi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi pada Anak
Kabar baiknya, cara mengatasi hipertensi pada anak umumnya dimulai dengan perubahan gaya hidup. Ini adalah langkah paling penting, terutama untuk kasus hipertensi primer.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan sebagai orang tua:
-
Perubahan Pola Makan Sehat:
- Batasi asupan garam: Usahakan tidak lebih dari 1.500 mg per hari untuk anak di atas 3 tahun. Ini berarti mengurangi makanan cepat saji, makanan olahan, camilan asin, dan minuman manis.
- Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan biji-bijian: Terapkan pola makan seimbang seperti diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang kaya serat dan nutrisi.
- Pilih protein tanpa lemak: Seperti ikan, ayam tanpa kulit, atau kacang-kacangan.
- Cukupi asupan air putih: Hindari minuman berkalori kosong seperti jus kemasan atau soda.
-
Aktivitas Fisik Teratur:
- Dorong anak untuk aktif bergerak minimal 60 menit setiap hari, dengan intensitas sedang hingga berat. Ini bisa berupa bersepeda, berenang, bermain bola, atau sekadar berlari dan melompat di luar ruangan.
- Batasi screen time untuk mengurangi perilaku sedentari.
-
Pengelolaan Berat Badan Ideal:
- Jika anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, bantu mereka mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal sesuai grafik pertumbuhan anak. Ini adalah salah satu cara mencegah hipertensi pada anak yang paling efektif.
-
Hindari Paparan Asap Rokok:
- Pastikan anak Anda berada di lingkungan bebas asap rokok, baik di rumah maupun di tempat umum.
-
Cukupi Waktu Tidur:
- Pastikan anak mendapatkan waktu tidur yang cukup sesuai usianya untuk mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.
-
Manajemen Stres:
- Bantu anak mengelola stres dengan kegiatan positif, waktu bermain yang cukup, dan lingkungan yang mendukung.
Jika perubahan gaya hidup ini belum cukup untuk menurunkan tekanan darah anak, dokter mungkin akan mempertimbangkan pemberian obat-obatan antihipertensi dengan dosis yang tepat dan pengawasan ketat. Obat ini bisa berupa ACE inhibitor, calcium channel blocker, atau diuretik.
Kesimpulan
Hipertensi pada anak bukanlah sekadar angka tinggi di alat tensi; ini adalah sinyal penting dari tubuh anak yang perlu perhatian serius. Jika diabaikan, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan organ jangka panjang seperti jantung, ginjal, dan otak, bahkan meningkatkan risiko komplikasi serius di kemudian hari.
Sebagai orang tua, Anda memegang peran kunci dalam membentuk gaya hidup sehat anak. Berikan asupan nutrisi yang seimbang, pastikan mereka aktif secara fisik setiap hari, dan yang tak kalah penting, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Ingat, deteksi dini adalah kunci untuk menjaga kesehatan anak sejak dini. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan si kecil.
FAQ
Tanya: Apa saja faktor penyebab tekanan darah tinggi pada anak?
Jawab: Faktor penyebabnya antara lain perubahan gaya hidup modern seperti kurang bergerak, konsumsi makanan tinggi garam dan lemak, serta meningkatnya kasus obesitas pada anak.
Tanya: Bagaimana cara mengetahui apakah anak mengalami tekanan darah tinggi?
Jawab: Dokter akan menggunakan tabel persentil khusus berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan anak untuk menentukan apakah tekanan darahnya tergolong tinggi.
Tanya: Apakah hipertensi pada anak sama dengan hipertensi pada orang dewasa?
Jawab: Tidak, definisi tekanan darah tinggi pada anak lebih kompleks karena bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan, tidak seperti patokan baku pada orang dewasa.