Terungkap! **Psikolog Ungkap Alasan Mengejutkan Kenapa Kita Masih Berteman dengan Mantan**

Dipublikasikan 4 Agustus 2025 oleh admin
Hiburan dan Lifestyle

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda bertanya-tanya, kenapa sih ada orang yang bisa berteman dengan mantan setelah putus cinta, sementara yang lain memilih untuk benar-benar menghilang dari hidup mantan mereka? Fenomena ini memang seringkali jadi perdebatan, memicu pro dan kontra di kalangan banyak orang.

Bagi sebagian besar dari kita, membayangkan tetap dekat dengan seseorang yang pernah berbagi hati rasanya mustahil. Tapi, tak sedikit juga yang merasa nyaman dan bahkan menemukan manfaat dari pertemanan ini. Nah, untuk menjawab rasa penasaran Anda, para psikolog punya penjelasannya. Artikel ini akan mengupas tuntas alasan berteman mantan menurut studi ilmiah, serta kapan sebaiknya Anda mempertimbangkan ulang keputusan ini. Siap untuk mengungkap misteri di balik hubungan pertemanan pasca-asmara? Mari kita selami!

Mengapa Berteman dengan Mantan Jadi Pilihan? Perspektif Psikolog

Mungkin Anda pernah mendengar kisah pasangan selebriti seperti Chris Martin dan Gwyneth Paltrow yang tetap berteman baik setelah bercerai demi anak-anak mereka. Atau mungkin Anda sendiri punya teman yang masih akrab dengan mantan kekasihnya. Ini bukan sekadar kebetulan, lho!

Sebuah penelitian menarik dari psikolog Rebecca Griffith dan timnya dari Universitas Kansas di Amerika Serikat mencoba mencari tahu alasan kenapa seseorang masih berteman dengan mantan. Melibatkan ratusan partisipan (170 perempuan dan 110 laki-laki di percobaan pertama, serta 300 perempuan dan 250 laki-laki di percobaan kedua), studi ini mengungkap beberapa motivasi utama yang mendasari keputusan unik ini.

Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 60% pasangan yang putus tetap mempertahankan hubungan pertemanan, dan ada empat alasan utama di baliknya. Penasaran apa saja?

Empat Alasan Utama Mengapa Seseorang Tetap Berteman dengan Mantan

Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Personal Relationships, berikut adalah empat motivasi utama yang mendorong orang untuk tetap menjalin pertemanan dengan mantan mereka:

  1. Keamanan: Mencari Dukungan Emosional
    Bagi sebagian orang, mantan adalah sosok yang sudah sangat dikenal dan dipercaya. Mereka tidak ingin kehilangan dukungan emosional, saran, atau rasa aman yang pernah didapatkan dari hubungan tersebut. Ibaratnya, mantan bisa jadi “teman curhat” yang paling memahami karena sudah tahu luar dalam. Kehilangan koneksi ini bisa terasa berat, sehingga mereka memilih untuk menjaga pertemanan.

  2. Praktis: Demi Kemudahan dan Kebutuhan Bersama
    Alasan ini lebih sering muncul ketika ada ikatan fungsional atau sosial yang sulit diputus. Contohnya, jika Anda dan mantan memiliki anak bersama, terlibat dalam bisnis yang sama, berada di lingkaran pertemanan yang sama, atau bahkan masih ada urusan finansial yang belum selesai. Berteman menjadi solusi praktis untuk menjaga hubungan tetap harmonis demi kepentingan bersama.

  3. Kesopanan: Menjaga Silaturahmi dan Perasaan
    Kadang kala, keputusan untuk berteman dengan mantan hanya didasari oleh keinginan untuk bersikap baik dan sopan. Tidak ingin melukai perasaan mantan, menghindari konfrontasi, atau merasa bersalah karena putus, bisa menjadi pendorong kuat. Tujuannya adalah menjaga silaturahmi agar perpisahan tidak diwarnai dendam atau permusuhan.

  4. Masih Ada Rasa: Harapan yang Belum Padam
    Ini adalah alasan yang paling kompleks dan seringkali memicu masalah. Beberapa orang tetap berteman karena mereka masih ada rasa pada mantan, belum move on, atau bahkan berharap bisa kembali menjalin hubungan romantis. Meskipun terdengar negatif, uniknya, pertemanan yang didasari alasan ini justru bisa berlangsung awet, walau seringkali diwarnai perasaan negatif seperti depresi, cemburu, atau patah hati.

Kapan Sebaiknya Tidak Berteman dengan Mantan? Waspadai Tanda-tandanya!

Meskipun psikolog mengungkap alasan berteman mantan bisa jadi hal yang normal, ada kalanya pertemanan ini justru lebih banyak membawa dampak buruk daripada baik. Menurut para ahli, ada beberapa situasi di mana sebaiknya Anda mempertimbangkan untuk memberi jarak atau bahkan memutus komunikasi sepenuhnya dengan mantan:

  • Masih Ada Hasrat Romantis yang Belum Terselesaikan: Jika Anda atau mantan masih memiliki perasaan cinta, harapan untuk balikan, atau bahkan ketertarikan seksual, pertemanan ini akan sangat sulit. Ini bisa memperlambat proses move on Anda dan membuat luka lama terus terbuka. Psikolog klinis Cortney S. Warren, PhD, ABPP, menegaskan bahwa akan sangat sulit menjadi teman jika Anda masih “bucin” (budak cinta) pada mantan.
  • Mempengaruhi Hubungan Baru: Jika Anda sudah memiliki pasangan baru dan pertemanan dengan mantan justru menimbulkan ketegangan, kecemburuan, atau rasa tidak aman, ini adalah tanda bahaya. Fokus Anda seharusnya ada pada membangun dan memelihara ikatan dengan pasangan saat ini.
  • Hubungan Sebelumnya Penuh Negativitas: Jika hubungan asmara Anda sebelumnya dipenuhi dengan pelecehan emosional, fisik, atau dinamika toxic relationship, maka menjaga pertemanan hanya akan membuka kembali pintu bagi perilaku merugikan tersebut.
  • Anda Diam-diam Berharap Kembali Bersama: Jika ada niat terselubung untuk “CLBK” (Cinta Lama Bersemi Kembali), pertemanan ini hanya akan menciptakan harapan palsu dan siksaan batin. Anda tidak akan bisa tulus berteman jika hati Anda masih menginginkan lebih.

Kunci Pertemanan Sehat dengan Mantan: Batasan dan Kedewasaan

Lalu, bagaimana jika Anda memang ingin berteman dengan mantan karena alasan yang positif (keamanan atau praktis) dan yakin bahwa perasaan romantis sudah tidak ada? Kuncinya adalah batasan yang sehat dan kedewasaan emosional.

Berikut beberapa tips dari para ahli:

  • Beri Jeda Waktu: Psikolog menyarankan untuk memutus kontak setidaknya 6 bulan hingga 1 tahun setelah putus. Ini memberi waktu bagi kedua belah pihak untuk benar-benar move on dan siap memulai kehidupan pertemanan tanpa beban masa lalu.
  • Jaga Batasan yang Jelas: Tetapkan batasan yang tegas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pertemanan. Misalnya, hindari membahas masa lalu, membandingkan hubungan, atau terlalu sering berkomunikasi jika tidak ada keperluan mendesak.
  • Jujur pada Diri Sendiri dan Orang Lain: Pastikan Anda benar-benar menerima bahwa hubungan romantis sudah berakhir. Jika Anda memiliki pasangan baru, kenalkan mantan Anda dan jelaskan status pertemanan Anda. Transparansi akan mencegah kesalahpahaman.
  • Fokus pada Aspek Positif: Seperti yang dijelaskan terapis pernikahan dan keluarga Weena Wise, LCMFT, pertemanan dengan mantan bisa menjadi ide bagus jika membawa efek positif bagi pertumbuhan, perkembangan, atau tujuan hidup Anda (misalnya, sebagai mitra bisnis atau sesama orang tua).

Pada akhirnya, keputusan untuk berteman dengan mantan adalah pilihan pribadi. Tidak ada jawaban benar atau salah yang mutlak. Yang terpenting adalah memahami motivasi Anda, jujur pada perasaan diri sendiri, dan memastikan bahwa pertemanan tersebut tidak menghambat kebahagiaan atau proses move on Anda. Jika Anda bisa bersikap bijaksana dan dewasa, pertemanan pasca-asmara bukanlah hal yang mustahil!