Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabupaten Aceh Singkil kini tengah menghadapi tantangan serius dalam menjaga kesehatan warganya. Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, kembali menunjukkan peningkatan kasus dan telah ditetapkan sebagai status endemis di wilayah ini. Ironisnya, di tengah upaya pemerintah daerah, peran aktif warga Aceh Singkil menjadi kunci utama untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit mematikan ini. Mari kita selami lebih dalam mengapa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dan bagaimana kita bisa bersama-sama melindungi diri dari ancaman DBD.
Aceh Singkil Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap DBD, Warga Diajak Aktif Memberantas Nyamuk Aedes Aegypti.
Ancaman Nyata DBD di Aceh Singkil: Status Endemik dan Lonjakan Kasus
Kondisi Aceh Singkil yang berstatus endemis DBD berarti penyakit ini selalu ada dan berpotensi muncul kapan saja, terutama saat perubahan iklim atau musim hujan. Data terbaru sangat mengkhawatirkan. Sepanjang Januari hingga Mei 2025, tercatat sudah ada 36 kasus positif DBD di Aceh Singkil. Bahkan, jika diakumulasikan hingga pertengahan Mei, angkanya diperkirakan mendekati 40 kasus.
Lonjakan kasus ini tersebar di enam kecamatan, yaitu Singkil, Singkil Utara, Gunung Meriah, Simpang Kanan, Suro, dan Singkohor. Kecamatan Simpang Kanan, Gunung Meriah, dan Singkil menjadi daerah dengan temuan kasus terbanyak. Kelompok usia 4-15 tahun dan 17-40 tahun menjadi rentang usia yang paling rentan terjangkit. Bahkan, pada tahun 2023, dari 50 kasus DBD, tiga di antaranya berujung pada kematian, menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini.
Salah satu kasus yang sempat menjadi sorotan adalah seorang warga di Komplek Perumahan BRR Pulo Sarok yang terjangkit DBD hingga tak sadarkan diri dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Suhardi, orang tua korban, mengungkapkan kekhawatirannya:
“Kalau bisa semua rumah di BRR bisa cepat di fogging, saya terpikir, jangan sampai anak-anak yang lain mengalami seperti anak saya. Sepanjang jalan saya menangisi kondisi anak saya yang sudah tidak sadarkan diri karena DBD.”
Fogging Saja Tak Cukup: Peran Vital Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh Warga
Merespons peningkatan kasus, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Singkil memang telah melakukan berbagai upaya, termasuk fogging atau pengasapan di beberapa titik yang terdampak. Misalnya, di Desa Panda Sari Kecamatan Simpang Kanan yang memiliki 11 kasus, serta di Komplek BRR Singkil dan area pesantren. Fogging dilakukan dalam radius 100 hingga 200 meter dari rumah penderita, mengingat nyamuk Aedes aegypti dapat terbang cukup jauh.
Namun, para ahli kesehatan dan pejabat Dinkes Aceh Singkil terus menekankan bahwa fogging bukanlah solusi utama. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil, Mursal, dan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes, Raja Maringin, kompak menyatakan hal ini. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sementara jentik-jentik nyamuk yang menjadi cikal bakal penyebaran penyakit tidak akan mati.
“Fogging bukan yang utama, yang utama adalah pemberantasan sarang nyamuk, masyarakat disini dituntut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan,” tegas Mursal.
Inilah mengapa peran aktif warga Aceh Singkil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menjadi sangat krusial. Tanpa partisipasi kolektif dari masyarakat, upaya pemerintah akan sia-sia dan kasus DBD akan terus berulang.
Mengenal 3M Plus: Jurus Jitu Warga Aceh Singkil Melawan DBD
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh setiap individu dan keluarga di Aceh Singkil untuk melindungi diri dan komunitasnya? Jawabannya ada pada penerapan Gerakan 3M Plus, sebuah langkah sederhana namun sangat efektif:
- Menguras: Rutin menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, drum air, dan penampungan air lainnya setidaknya seminggu sekali. Ini mencegah telur nyamuk menetas menjadi jentik.
- Menutup: Menutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
- Mendaur Ulang/Memanfaatkan: Mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air hujan, seperti ban bekas, kaleng, botol plastik, atau pot bunga yang pecah.
Selain 3M, ada “Plus” yang juga tak kalah penting:
- Menggunakan obat anti nyamuk atau kelambu saat tidur.
- Menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah dan desa secara rutin.
- Memelihara ikan pemakan jentik di kolam.
- Menaburkan bubuk larvasida (abate) di tempat penampungan air yang sulit dikuras.
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara menyeluruh di lingkungan rumah dan sekitar juga menjadi fondasi utama. Ini bukan hanya tentang DBD, tapi tentang kesehatan kita bersama.
Kasus DBD di Aceh Singkil: Angka dan Distribusi Terbaru
Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut rincian kasus DBD di Aceh Singkil sepanjang Januari hingga Mei 2025:
Bulan | Jumlah Kasus | Kecamatan Terdampak (Contoh) |
---|---|---|
Januari | 7 kasus | Gunung Meriah (3), Singkil Utara (4) |
Februari | 2 kasus | Singkohor (1), Simpang Kanan (1) |
Maret | 10 kasus | Gunung Meriah (6), Simpang Kanan (1), Singkil Utara (1), Singkil (1), Suro (1) |
April | 9 kasus | Gunung Meriah (6), Simpang Kanan (3) |
Mei (hingga pertengahan) | 8 kasus | Simpang Kanan (3), Singkil (4), Gunung Meriah (1) |
Total | 36 kasus | (Data per Mei 2025) |
Angka-angka ini menunjukkan bahwa penyebaran DBD masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Kelompok usia produktif dan anak-anak menjadi sasaran utama gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Kesimpulan
Ancaman Demam Berdarah Dengue di Aceh Singkil adalah masalah yang harus ditanggapi serius oleh semua pihak. Meskipun pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan terus berupaya melakukan pencegahan seperti fogging, keberhasilan paling besar justru terletak pada kesadaran dan tindakan nyata dari setiap warga Aceh Singkil.
Mari kita jadikan kebersihan lingkungan sebagai gaya hidup. Dengan rutin menerapkan 3M Plus dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kita tidak hanya melindungi diri sendiri dan keluarga, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan seluruh komunitas. Ingat, memutus mata rantai penyebaran DBD adalah tanggung jawab kita bersama. Mari bergerak bersama, lawan nyamuknya, jaga kesehatan kita semua!