Yogyakarta, zekriansyah.com – Kembalinya Massimiliano Allegri ke kursi kepelatihan AC Milan pada musim 2024/2025 memang membawa angin segar dan harapan baru bagi para penggemar Rossoneri. Setelah musim yang penuh gejolak, kehadiran Allegri diharapkan bisa mengembalikan stabilitas dan ambisi klub untuk bersaing di papan atas. Di bursa transfer musim panas ini, Milan berhasil mengamankan beberapa nama penting, salah satunya Adrien Rabiot, yang konon menjadi salah satu keinginan Allegri. Namun, apakah ini cukup membuat sang pelatih “full senyum”? Mari kita bedah situasi terkini di balik layar San Siro.
Massimiliano Allegri sambut kembalinya Adrien Rabiot di AC Milan, namun lini serang dan pertahanan masih jadi pekerjaan rumah besar di bursa transfer.
Kedatangan Adrien Rabiot: Senyuman Pertama di Lini Tengah
Salah satu kabar gembira bagi Allegri adalah keberhasilan AC Milan mendaratkan gelandang tangguh, Adrien Rabiot. Pemain asal Prancis ini diharapkan bisa menjadi pilar penting di lini tengah Rossoneri, memberikan kekuatan, visi, dan pengalaman yang dibutuhkan tim.
Kedatangan Adrien Rabiot ini tentu saja sedikit melegakan Massimiliano Allegri, mengingat ia adalah salah satu nama yang masuk dalam daftar keinginannya. Rabiot akan menjadi tambahan amunisi berharga untuk memperkuat sektor vital di lapangan, memberikan keseimbangan dan opsi taktis yang lebih beragam bagi pelatih.
Senyum yang Belum Sepenuhnya: Target Penting yang Luput
Meski Rabiot sudah di tangan, senyum Massimiliano Allegri tampaknya belum bisa mengembang sepenuhnya. Ada beberapa target lain yang ia harapkan bisa merapat ke Milan, namun sayangnya gagal terwujud di bursa transfer kali ini. Kekecewaan ini terutama terasa di dua sektor krusial: lini depan dan lini pertahanan.
Allegri disebut-sebut sangat menginginkan penyerang tajam seperti Dusan Vlahovic untuk menambah daya gedor tim. Namun, transfer tersebut tak kunjung terealisasi. Di lini belakang, ia juga berharap bisa mendatangkan bek berpengalaman. Nama-nama seperti Joe Gomez dan Manuel Akanji sempat mencuat, tapi keduanya batal merapat ke San Siro. Sebagai gantinya, Milan justru merekrut David Odogu, bek muda yang lebih diproyeksikan sebagai investasi jangka panjang. Tentu saja, Allegri membutuhkan sosok yang bisa langsung memberikan dampak instan di level tertinggi.
Modric dan Nkunku: Dilema Taktis Sang Manajer
Selain urusan transfer, Massimiliano Allegri juga menghadapi “pekerjaan rumah” lain yang tak kalah menantang, yaitu mengintegrasikan para pemain baru ke dalam skema tim. Salah satu rekrutan paling menonjol adalah gelandang senior, Luka Modric.
Modric, yang usianya sudah menginjak 39 tahun, membawa segudang pengalaman dan 28 gelar bergengsi dari Real Madrid. Allegri percaya Modric bisa berperan sebagai regista, pengatur ritme permainan dan distributor bola. Namun, ia juga harus bersaing dengan talenta muda di lini tengah seperti Loftus-Cheek, Yusuf Fofana, Ardon Jashari, dan Samuele Ricci. Modric sendiri mengungkapkan bahwa Allegri memintanya untuk membantu tim bermain lebih cair dan menjadi sosok pemimpin di lapangan, mengingat banyaknya pemain muda.
Di sisi lain, ada juga Christopher Nkunku, penyerang mahal yang didatangkan dari Chelsea. Secara mengejutkan, Allegri mengaku masih “bingung” bagaimana cara terbaik untuk memaksimalkan Nkunku di dalam skema permainannya. Ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki pemain berkualitas, mencari keseimbangan tim tetap menjadi prioritas utama.
Asa Baru dan Tantangan Awal Musim: Antara “Lungo Muso” dan Kekalahan Tak Terduga
Meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan, ada sinyal positif dari awal kiprah Massimiliano Allegri bersama AC Milan. Pada tur pramusim di Asia Pasifik dan Australia, Milan menunjukkan “wajah berbeda”. Jika Allegri identik dengan istilah “corto muso” (menang tipis), di pramusim ini Milan tampil “lungo muso” (menang besar) dengan mengemas 13 gol dan hanya tiga kali kemasukan, termasuk kemenangan telak 9-0 atas Perth Glory. Formasi 4-3-3 yang ia geber juga menunjukkan fleksibilitas taktik.
Beberapa pemain pun menyambut positif kembalinya Allegri. Samuel Chukwueze memuji Allegri sebagai pelatih profesional yang ambisius dan tak hanya jago bertahan, tetapi juga tajam dalam menyerang. Rafael Leao dan Christian Pulisic juga merasakan Milan yang lebih baik dan solid di bawah arahannya.
Namun, awal musim Serie A tidak berjalan mulus. AC Milan menelan kekalahan 2-1 dari tim promosi Cremonese di laga pembuka, sebuah rekor buruk bagi Allegri saat menghadapi tim promosi di pekan pertama. Meski demikian, Allegri tetap mengambil sisi positif dari kekalahan di pramusim, seperti saat takluk 4-1 dari Chelsea, di mana ia melihat timnya justru tampil lebih terorganisir meski bermain dengan 10 pemain.
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju “Full Senyum”
Situasi AC Milan di bawah Massimiliano Allegri saat ini adalah perpaduan antara harapan dan realitas. Kedatangan Adrien Rabiot dan Luka Modric memang membawa kualitas dan pengalaman, memberikan alasan bagi Allegri untuk sedikit tersenyum. Namun, kekecewaan atas target transfer yang luput, dilema taktis dengan Nkunku, dan tantangan awal musim di Serie A menunjukkan bahwa jalan menuju “full senyum” yang sejati masih panjang.
Allegri, yang kembali ke Milan sebagai “reset” strategis, memiliki tugas berat untuk mengembalikan tim ke jajaran klub top Eropa dan bersaing meraih Liga Champions. Dengan gaya pragmatisnya yang kini dituntut beradaptasi dengan inovasi, musim ini akan menjadi pembuktian apakah tangan dingin Allegri mampu menyulap nostalgia menjadi solusi nyata dan membawa AC Milan kembali berjaya.