Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa yang tak kenal Kota Yogyakarta? Kota pelajar, kota budaya, dan kini juga menjadi kota yang menunjukkan progres luar biasa dalam berbagai sektor. Kabar gembira datang dari berbagai lini, menunjukkan bahwa kasus di Kota Yogyakarta menurun secara signifikan, dan semangat untuk mencapai target ambisius 2030 semakin membara. Ini bukan hanya tentang angka, tapi tentang komitmen dan kerja keras semua pihak demi masa depan yang lebih baik.
Ilustrasi kota Yogyakarta yang terus berkembang seiring dengan penurunan kasus dan target ambisius yang siap dikejar pada tahun 2030.
Mari kita selami lebih dalam bagaimana Kota Gudeg ini bergerak maju, dari upaya menekan penyakit menular hingga menjaga ketertiban umum dan meningkatkan kualitas hidup warganya.
Penurunan Kasus Tuberkulosis: Langkah Konkret Menuju Eliminasi 2030
Salah satu kabar baik datang dari sektor kesehatan, khususnya dalam penanganan Tuberkulosis (TB). Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melaporkan adanya penurunan signifikan pada kasus TB. Pada semester pertama tahun 2025, tercatat 633 kasus TB, menurun drastis dari puncaknya di tahun 2023 yang mencapai lebih dari 1.600 kasus. Penurunan ini tentu menjadi angin segar dan menunjukkan efektivitas strategi yang dijalankan.
Menurut Setyogati Candra Dewi, atau yang akrab disapa Ira, Wakil Supervisor (Wasor TB) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, sebagian besar penderita TB berada pada usia produktif. “Kita harus menemukan sebanyak-banyaknya kemudian kita obati sampai sembuh otomatis penularannya akan berhenti ya. Kalau sakitnya itu sudah kita temukan dan kita obati otomatis kan dia enggak menularkan ke orang lain,” jelas Ira.
Strategi utama pengendalian TB di Yogyakarta melibatkan skrining aktif dan investigasi kontak. Ini artinya, jika ada pasien TB yang terdeteksi, lingkungan sekitarnya akan segera diperiksa. Bagi mereka yang sudah terinfeksi namun belum menunjukkan gejala (dikenal sebagai TB Laten), akan diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Tujuannya jelas: mencegah infeksi berkembang menjadi penyakit TB aktif yang bisa menular. Dengan langkah-langkah proaktif ini, target eliminasi TB oleh Kementerian Kesehatan di tahun 2030, yaitu insiden kurang lebih 65 kasus per 100.000 penduduk, terasa semakin realistis untuk Kota Yogyakarta.
Kriminalitas dan Indikator Pembangunan Lain: Bukti Kinerja Pemkot Yogyakarta
Tidak hanya kesehatan, sektor lain juga menunjukkan perbaikan. Pemerintah Kota Yogyakarta menerima rapor kinerja Triwulan IV tahun 2024 yang membanggakan. Penjabat Wali Kota Yogya, Sugeng Purwanto, mengungkapkan bahwa hampir seluruh capaian sasaran pembangunan di Kota Yogya mencapai target, bahkan ada yang melampauinya.
Salah satu indikator yang paling menonjol adalah penurunan angka kriminalitas. Berdasarkan data dari Polresta Yogyakarta, kasus di Kota Yogyakarta menurun dari 700 kasus menjadi 515 kasus pada Triwulan IV tahun 2024. Ini merupakan bukti nyata peningkatan ketentraman dan ketertiban di kota ini, hasil dari kerja keras bersama antara Pemkot dan masyarakat.
Selain itu, beberapa indikator lain juga menunjukkan performa impresif:
- Rata-rata Lama Sekolah: Mencapai 100% dari target 12,12 tahun.
- Indeks Pemberdayaan Masyarakat: Capaian nilai 104,94%.
- Indeks Pelanggaran Perda: Mencapai 103,24%.
- Indeks Angka Harapan Hidup: Mencapai 100,26%.
- Indeks Rata-rata Belanja Wisatawan: Melampaui target dengan 112,95%.
Capaian-capaian ini menggarisbawahi bahwa Pemkot Yogyakarta tidak main-main dalam mengejar target pembangunan. Ini adalah cerminan dari pengelolaan yang efektif dan kolaborasi yang solid.
Semangat “Target 2030 Dikejar”: Dari Kesehatan Hingga Pembangunan Fisik
Semangat untuk mencapai target 2030 bukan hanya milik Yogyakarta, namun juga resonansi dari komitmen global untuk isu-isu kesehatan masyarakat. Dunia tengah berupaya keras untuk mengakhiri berbagai ancaman kesehatan, termasuk AIDS, pada tahun 2030. Komitmen ini menunjukkan urgensi dan pentingnya setiap langkah yang diambil di tingkat lokal, seperti yang dilakukan oleh Kota Yogyakarta.
Kinerja Pemkot Yogyakarta tidak hanya di atas kertas, namun juga tercermin dalam realisasi fisik. Pada Triwulan II tahun 2025, kinerja fisik Pemkot Yogyakarta meraih capaian tertinggi dibandingkan empat kabupaten lain di DIY, yaitu 55,41%. Ini menunjukkan bahwa proyek-proyek pembangunan berjalan sesuai rencana dan “tetap pada jalurnya,” seperti yang diungkapkan oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.
Bahkan dalam hal ketahanan pangan, Pemkot Yogyakarta juga berinovasi dengan konsep food bank melalui program Lumbung Mataraman. Ini adalah upaya cerdas untuk mengurangi limbah makanan dan memastikan ketersediaan pangan bagi yang membutuhkan, sejalan dengan filosofi “Nandur Opo Sing Dipangan, Mangan Opo Sing Ditandur”. Semua ini adalah bagian dari upaya komprehensif untuk mencapai target pembangunan yang lebih besar.
Kesimpulan: Yogyakarta Optimis Menyongsong Masa Depan
Dari penurunan kasus TB yang signifikan, menurunnya angka kriminalitas, hingga capaian gemilang dalam berbagai indikator pembangunan, Kota Yogyakarta menunjukkan optimisme yang kuat dalam mengejar target 2030. Ini adalah hasil dari sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak yang terus bekerja keras.
Perjalanan memang belum usai, namun dengan fondasi yang kuat dan komitmen yang tak tergoyahkan, Yogyakarta berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan masa depan yang lebih sehat, aman, dan sejahtera bagi seluruh warganya. Mari kita terus dukung dan menjadi bagian dari semangat positif ini!