Yogyakarta, zekriansyah.com – Banyak dari kita mungkin berpikir, “Ah, kalau sudah pernah kena DBD, berarti sudah kebal, dong?” Sayangnya, pemahaman ini adalah miskonsepsi besar yang bisa berakibat fatal. Para dokter dan ahli kesehatan terus-menerus mengingatkan bahwa infeksi berulang demam berdarah dengue (DBD) justru jauh lebih berbahaya dan berisiko menimbulkan gejala lebih berat, bahkan kematian, terutama pada anak-anak.
Dokter peringatkan infeksi berulang Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih berbahaya, terutama mengancam anak-anak yang paling rentan akibat respons imun berlebih saat terpapar serotipe virus yang berbeda.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa infeksi DBD yang kedua atau selanjutnya bisa menjadi ancaman serius, siapa saja yang paling rentan, dan langkah-langkah konkret apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri serta keluarga. Mari pahami bersama agar kita bisa lebih waspada dan bertindak tepat!
Mengapa Infeksi DBD Berulang Lebih Berbahaya?
Jika Anda pernah terinfeksi DBD, tubuh Anda memang akan membentuk kekebalan. Namun, kekebalan ini tidak berlaku untuk semua jenis virus dengue. Inilah yang membuat infeksi berulang DBD lebih parah dan mematikan.
Virus Dengue Punya Banyak “Wajah”
Bayangkan virus dengue seperti memiliki empat “wajah” atau jenis yang berbeda, yang disebut serotipe (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4). Dokter spesialis anak RS Borromeus, dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A, menjelaskan bahwa seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali karena adanya empat serotipe ini. Kekebalan yang terbentuk setelah infeksi pertama hanya spesifik untuk serotipe yang menyerang saat itu.
Artinya, jika Anda terinfeksi serotipe DEN-1, tubuh Anda akan kebal terhadap DEN-1. Tapi, jika kemudian Anda terpapar serotipe DEN-2, DEN-3, atau DEN-4, Anda bisa terinfeksi lagi, dan kali ini, risikonya jauh lebih besar.
Reaksi Tubuh yang Berlebihan (dan Berbahaya)
Ketika infeksi DBD terjadi untuk kedua kalinya dengan serotipe yang berbeda, sistem kekebalan tubuh bisa bereaksi secara tak terduga. Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Soroy Lardo, SpPD, KPTI, FINASIM, menuturkan bahwa pada infeksi kedua, antibodi yang terbentuk saat infeksi pertama justru tidak menetralkan virus. Sebaliknya, antibodi ini malah dapat meningkatkan replikasi virus (fenomena antibody-dependent enhancement atau ADE).
Akibatnya, kadar virus dalam tubuh melonjak lebih tinggi dibandingkan infeksi pertama. Kondisi ini memicu respons imun yang berlebihan, menyebabkan gejala yang lebih parah seperti:
- Perdarahan spontan
- Kebocoran plasma
- Trombositopenia (penurunan jumlah trombosit drastis)
Inilah yang membuat bahaya infeksi berulang DBD tidak bisa dianggap remeh.
Anak-Anak dan Pasien Penyakit Penyerta Paling Rentan
Kelompok usia tertentu dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan khusus menghadapi risiko yang lebih tinggi. Data menunjukkan, sekitar 45 persen kematian akibat dengue terjadi pada anak usia 5–14 tahun. Dr. Tony Ijong Dachlan sangat menekankan hal ini.
Selain anak-anak, pasien dengan penyakit penyerta seperti obesitas, ginjal, diabetes, atau hipertensi juga lebih rentan mengalami kondisi parah. Dokter spesialis penyakit dalam RS Borromeus, dr. Stephanie Yuliana Usman, mengingatkan pentingnya pencegahan bagi kelompok ini.
Dokter spesialis anak RS Hermina Jatinegara, dr. Kanya Ayu Paramastri Sp.A, menambahkan bahwa infeksi DBD berulang dan hebat pada anak bisa mengganggu tumbuh kembang. Asupan nutrisi yang kurang saat sakit berulang dapat memicu risiko gagal tumbuh atau stunting pada jangka panjang.
Gejala DBD yang Perlu Diwaspadai dan Fase Kritisnya
Gejala DBD umumnya dimulai dengan demam tinggi mendadak hingga 40 derajat Celsius. Disertai dengan nyeri di belakang mata, nyeri sendi atau tulang, mual, muntah, dan munculnya bintik merah pada kulit (petechiae).
Dr. Nunki Andria Samudra, Sp.A, spesialis dokter anak, menjelaskan bahwa DBD memiliki tiga fase:
- Fase Demam Tinggi: Biasanya terjadi pada 1-3 hari pertama.
- Fase Kritis: Ini adalah fase paling berbahaya, umumnya pada hari ke-4 dan ke-5. Pada fase ini, demam bisa saja turun, namun pasien sangat berisiko mengalami perdarahan dan syok yang mengancam nyawa. Kewaspadaan ekstra sangat diperlukan di fase ini.
- Fase Penyembuhan: Terjadi pada hari ke-6 dan ke-7, di mana kondisi pasien mulai membaik.
Belum Ada Obat Khusus, Pencegahan Kunci Utama!
Hingga saat ini, belum ada obat khusus yang dapat membunuh virus dengue. Terapi yang diberikan hanya bertujuan untuk meredakan gejala dan mendukung pemulihan pasien, seperti pemberian cairan infus dan pereda nyeri. Oleh karena itu, langkah pencegahan menjadi sangat penting dan harus dimulai dari rumah.
Gerakan 3M Plus: Benteng Pertama Keluarga
Pemerintah dan para ahli kesehatan selalu menyerukan Gerakan 3M Plus sebagai upaya utama mencegah DBD. Gerakan ini harus dilakukan secara konsisten:
- Menguras: Bersihkan dan kuras tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, atau vas bunga setidaknya seminggu sekali.
- Menutup: Tutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
- Mendaur Ulang/Memanfaatkan: Singkirkan atau daur ulang barang bekas yang bisa menampung air hujan dan menjadi sarang nyamuk, seperti ban bekas, kaleng, atau botol.
“Plus” dalam 3M Plus mencakup upaya tambahan seperti:
- Menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air yang sulit dikuras.
- Menanam tanaman pengusir nyamuk.
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Menggunakan lotion anti nyamuk.
- Memelihara ikan pemakan jentik di kolam.
- Menjaga kebersihan lingkungan secara keseluruhan.
Pertimbangkan Vaksinasi DBD sebagai Perlindungan Tambahan
Selain 3M Plus, vaksinasi dengue kini menjadi metode perlindungan tambahan yang direkomendasikan. Vaksin dengue tetravalen (TDV) yang tersedia dapat membentuk kekebalan tubuh terhadap keempat serotipe virus dengue.
Beberapa fakta penting tentang vaksin DBD:
- Usia yang Direkomendasikan: Diindikasikan untuk usia 6-45 tahun. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan untuk anak usia 6-18 tahun, sedangkan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) untuk usia 19-45 tahun.
- Untuk Siapa Saja: Vaksin ini dapat diberikan baik untuk orang yang belum maupun sudah pernah terinfeksi DBD.
- Manfaat: Vaksinasi terbukti dapat menurunkan risiko terjadinya DBD yang parah dan mengurangi kebutuhan perawatan di rumah sakit.
- Penting: Untuk perlindungan optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan. Selalu konsultasikan dengan dokter Anda sebelum melakukan vaksinasi.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, mengutip WHO yang menyatakan bahwa DBD adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat utama di dunia, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terdampak. Ia menekankan pentingnya peningkatan kesadaran dan pemanfaatan metode pencegahan inovatif seperti vaksin.
Statistik Kasus DBD di Indonesia: Tren Mengkhawatirkan
Indonesia menghadapi beban DBD yang signifikan, dengan ribuan kasus yang dilaporkan setiap tahun. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
Periode | Kasus Nasional | Kematian Nasional | Catatan |
---|---|---|---|
Sepanjang Tahun 2023 | 44.438 | 322 | |
Hingga Minggu ke-33 Tahun 2024 | 181.079 | 1.079 | Jauh lebih tinggi dari total kasus tahun 2023 |
Hingga Minggu ke-25 Tahun 2025 | 17.281 (Jawa Barat) | 61 (Jawa Barat) | Jawa Barat provinsi dengan kasus DBD tertinggi nasional |
Hingga Awal September 2024 (Jawa Barat) | 47.525 | 286 | Kota Bandung (46.594 kasus, 281 kematian) tertinggi di Jabar |
Sumber: Kementerian Kesehatan RI dan berbagai sumber berita.
Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan, dr. Anas Ma’ruf, mengingatkan bahwa infeksi demam berdarah bisa berulang karena tidak ada kekebalan yang bersifat terus-menerus terhadap semua serotipe virus. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, R. Vini Adiani Dewi, juga mengakui tantangan serius dalam mengendalikan DBD, terutama di daerah padat penduduk.
Ini menegaskan bahwa DBD bukan hanya masalah individu, melainkan masalah komunitas yang membutuhkan kolaborasi dari semua pihak.
Kesimpulan: Lindungi Diri dan Keluarga dari Bahaya Infeksi Berulang DBD
Melihat fakta dan peringatan dari para ahli, jelas bahwa infeksi berulang DBD jauh lebih berbahaya dan bisa membawa konsekuensi fatal. Kita tidak bisa lagi beranggapan bahwa setelah terinfeksi sekali, kita akan aman. Justru sebaliknya, kewaspadaan harus ditingkatkan.
Pencegahan adalah kunci utama dalam memerangi penyakit ini. Dengan menerapkan Gerakan 3M Plus secara konsisten di lingkungan rumah dan sekitar, serta mempertimbangkan vaksinasi DBD sebagai perlindungan tambahan, kita bisa membangun benteng pertahanan yang kuat.
Jangan tunda lagi, mulailah langkah pencegahan dari sekarang. Lindungi diri Anda, keluarga, terutama anak-anak, dari ancaman infeksi berulang DBD yang lebih berbahaya. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari demam berdarah. Kesehatan adalah harta paling berharga, mari jaga bersama!
FAQ
Tanya: Apakah benar jika saya pernah terkena DBD, saya jadi kebal terhadap virus dengue?
Jawab: Tidak, kekebalan yang terbentuk hanya spesifik untuk satu jenis serotipe virus dengue yang menyerang Anda, bukan untuk semua jenis.
Tanya: Mengapa infeksi DBD berulang bisa lebih berbahaya?
Jawab: Infeksi berulang dapat memicu respons imun yang berlebihan, menyebabkan kebocoran plasma dan gejala yang lebih parah, bahkan kematian.
Tanya: Siapa saja yang paling rentan terhadap infeksi DBD berulang yang berbahaya?
Jawab: Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya matang.
Tanya: Berapa banyak serotipe virus dengue yang ada?
Jawab: Ada empat serotipe virus dengue yang berbeda, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.