Tragis! Setelah Dua Hari Dirawat, Lansia di Sikka Korban Gigitan Anjing Rabies Meninggal Dunia

Dipublikasikan 21 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar duka kembali menyelimuti Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Seorang lansia berusia 81 tahun, Yuliana Juli, yang sempat dirawat selama dua hari di rumah sakit akibat gigitan anjing rabies, akhirnya meninggal dunia. Kejadian ini menjadi pengingat pahit tentang bahaya rabies yang terus mengintai, terutama di wilayah yang minim akses dan edukasi kesehatan.

Tragis! Setelah Dua Hari Dirawat, Lansia di Sikka Korban Gigitan Anjing Rabies Meninggal Dunia

Lansia 81 tahun di Sikka meninggal dunia akibat rabies setelah digigit anak anjing, menyoroti bahaya penyakit mematikan ini dan pentingnya penanganan medis segera.

Artikel ini akan mengulas kronologi tragis yang menimpa Yuliana Juli, mengapa penanganan cepat sangat krusial dalam kasus rabies, serta langkah-langkah penting yang harus diambil jika Anda atau orang terdekat digigit anjing. Memahami informasi ini bisa menjadi kunci untuk mencegah lebih banyak korban berjatuhan di masa depan.

Kronologi Tragis: Dari Gigitan hingga Gejala Rabies

Yuliana Juli, warga Desa Lewomada, Kecamatan Talibura, Sikka, diketahui digigit oleh anak anjing peliharaannya sendiri sekitar empat bulan sebelum meninggal. Awalnya, gigitan itu tidak terlalu diindahkan. Ia sempat berobat ke pustu terdekat, namun rekomendasi untuk segera mendapatkan vaksin anti-rabies (VAR) di Puskesmas Watubaing tidak ditindaklanjuti. Yuliana kembali beraktivitas seperti biasa setelah lukanya sembuh.

Namun, beberapa waktu kemudian, kondisi Yuliana memburuk drastis. Pada 15 Juli 2025, ia terpaksa dilarikan ke puskesmas setelah mengalami demam tinggi dan kejang-kejang. Gejala lain yang muncul sangat khas rabies: mengeluh sakit kepala, tubuh lemah, serta menunjukkan ketakutan berlebihan terhadap angin (aerophobia) dan air (hydrophobia). Bahkan, ia sempat menolak makan dan minum, serta mengeluhkan tenggorokannya sakit dan takut gelap.

Dirawat Singkat, Pulang atas Permintaan Keluarga

Melihat kondisi Yuliana yang kian memburuk dengan gejala rabies yang jelas, pihak Puskesmas Watubaing segera merujuknya ke RSUD TC Hillers Maumere pada Selasa malam, 15 Juli. Di rumah sakit, Yuliana mendapatkan perawatan intensif.

Namun, hanya berselang dua hari perawatan, tepatnya pada Kamis, 17 Juli, pihak keluarga memutuskan untuk membawa Yuliana pulang ke rumahnya di Desa Lewomada. Keputusan ini disetujui oleh pihak rumah sakit setelah melihat kondisi Yuliana yang sempat mengonsumsi bubur dan minum air. Sayangnya, kondisi Yuliana terus menurun hingga akhirnya ia meninggal dunia pada Senin pagi, 21 Juli 2025, pukul 05.00 Wita, di rumahnya.

Pentingnya Respons Cepat dan Edukasi Rabies

Kasus Yuliana Juli menyoroti betapa pentingnya kesadaran masyarakat dan respons cepat terhadap gigitan hewan penular rabies (HPR). Dokter spesialis penyakit dalam, Asep Purnama, yang juga Sekretaris Komite Rabies Flores, sangat menyayangkan tingginya kasus gigitan anjing di Sikka. Ia menegaskan bahwa rabies adalah virus mematikan, namun sebenarnya dapat dicegah.

Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, kasus gigitan HPR menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Sepanjang Januari hingga awal Juli 2025, tercatat 168 kasus gigitan HPR, dan di bulan Juli saja hingga tanggal 15, sudah ada 63 kasus baru. Mirisnya, banyak korban justru digigit oleh anjing peliharaan mereka sendiri yang dibiarkan lepas berkeliaran tanpa vaksinasi. Dalam dua tahun terakhir, tercatat 14 kematian akibat rabies di wilayah tersebut, termasuk balita dan anak-anak.

Langkah Penting Saat Digigit Anjing

Untuk mencegah kasus serupa terulang, dr. Asep Purnama menekankan dua langkah krusial yang harus dilakukan segera setelah digigit anjing:

  • Cuci luka gigitan dengan sabun pada air mengalir selama minimal 15 menit. Ini sangat penting untuk membersihkan virus yang mungkin masuk ke dalam luka.
  • Bawa segera korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk konsultasi dengan petugas kesehatan. Jangan tunda!
  • Dapatkan vaksin anti-rabies (VAR) atau serum anti-rabies (SAR) sesuai petunjuk petugas kesehatan. Vaksinasi dini adalah satu-satunya cara efektif untuk mencegah rabies setelah paparan.

“Jika dua langkah ini dilakukan secara tepat dan cepat, tidak akan ada lagi korban meninggal dunia akibat digigit anjing,” tegas dr. Asep.

Sikka dan Ancaman Rabies yang Tak Berkesudahan

Meninggalnya Yuliana Juli menambah daftar panjang korban jiwa akibat rabies di Sikka. Pemerintah Kabupaten Sikka bahkan telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies karena lonjakan kasus yang terus terjadi. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya sosialisasi, vaksinasi hewan, dan eliminasi belum sepenuhnya berhasil mengatasi permasalahan di akar rumput.

Penting bagi masyarakat untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan hewan peliharaan mereka, terutama anjing, dengan memberikan vaksin rabies secara rutin. Selain itu, kesadaran akan bahaya rabies dan pentingnya penanganan medis segera setelah gigitan anjing harus terus ditingkatkan, terutama di daerah pelosok yang mungkin memiliki keterbatasan akses informasi dan fasilitas kesehatan.

Kesimpulan

Kisah tragis Yuliana Juli adalah pengingat yang kuat bagi kita semua tentang ancaman serius dari rabies dan betapa vitalnya respons yang cepat dan tepat. Walaupun Yuliana sempat dirawat di rumah sakit, keputusan untuk memulangkan pasien sebelum penanganan tuntas menjadi faktor risiko fatal.

Mari bersama-sama tingkatkan kesadaran akan bahaya rabies dan pentingnya vaksin anti-rabies. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gigitan anjing, jangan tunda! Segera cuci luka dan cari pertolongan medis di fasilitas kesehatan terdekat. Dengan langkah proaktif dan edukasi yang masif, kita bisa berharap tidak ada lagi korban jiwa akibat penyakit mematikan ini di Sikka maupun daerah lain di Indonesia.