Puluhan Warga Tewas di Gaza Saat Israel Intensifkan Serangan, Tim Penyelamat Berjuang

Dipublikasikan 3 Juli 2025 oleh admin
Berita Dunia

Yogyakarta, zekriansyah.com – Konflik di Jalur Gaza kembali memanas, dengan laporan terbaru menunjukkan puluhan warga sipil tewas akibat serangan udara Israel yang semakin intensif. Tim penyelamat di lapangan berjuang keras menghadapi situasi yang kian genting, sementara kondisi kemanusiaan terus memburuk.

Puluhan Warga Tewas di Gaza Saat Israel Intensifkan Serangan, Tim Penyelamat Berjuang

Ilustrasi: Reruntuhan dan keputusasaan membayangi Gaza saat tim penyelamat berpacu dengan waktu di tengah intensitas serangan Israel.

Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang dampak serangan ini terhadap warga sipil, kondisi fasilitas kesehatan yang lumpuh, serta upaya-upaya diplomatik yang sedang berlangsung. Dengan membaca artikel ini, Anda akan memahami gambaran terkini mengenai krisis di Gaza dan mengapa situasi ini menjadi perhatian dunia.

Korban Berjatuhan di Tengah Serangan Udara Intensif

Dalam beberapa hari terakhir, Jalur Gaza menyaksikan peningkatan drastis intensitas serangan Israel. Tim penyelamat melaporkan bahwa pada Kamis saja, setidaknya 69 orang tewas akibat serangan Israel. Angka ini diperkuat oleh Kementerian Kesehatan Gaza yang mencatat 118 kematian dalam 24 jam terakhir.

Beberapa insiden tragis yang dilaporkan meliputi:

  • Serangan Sekolah Pengungsian: Sebuah serangan udara menghantam sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan bagi keluarga-keluarga pengungsi di Kota Gaza. Akibatnya, 15 orang tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas menyebutkan ini sebagai serangan langsung. Pihak militer Israel menyatakan mereka menargetkan “agen kunci” Hamas yang beroperasi di pusat komando dan kontrol di wilayah tersebut, tanpa secara spesifik menyebut sekolah.
  • Tragedi Antrean Bantuan: Sebanyak 38 orang dilaporkan tewas saat mengantre atau dalam perjalanan mengambil bantuan. Juru bicara Pertahanan Sipil, Mahmoud Bassal, menyebut 25 orang tewas di dekat koridor Netzarim di Gaza tengah, enam di lokasi lain terdekat, dan tujuh di wilayah Rafah selatan. Namun, militer Israel membantah laporan korban jiwa yang “ekstensif” ini dan menyebutnya sebagai “kebohongan”.
  • Target Zona Aman: Bahkan di wilayah Al-Mawasi, yang dinyatakan militer Israel sebagai “zona aman” bagi pengungsi, serangan tetap terjadi. Setidaknya lima pengungsi tewas saat tenda mereka dihantam semalam. Ashraf Abu Shaba, seorang saksi mata, mengungkapkan kekecewaannya:
    > “Pendudukan [Israel] mengklaim ada zona aman, tetapi tidak ada zona aman. Setiap tempat adalah target… Situasi ini tidak tertahankan.”
  • Kematian Tenaga Medis: Dr. Marwan Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dilaporkan tewas bersama beberapa anggota keluarganya dalam serangan Israel di rumahnya di Kota Gaza. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengecam keras insiden ini, menyoroti pengabdian Dr. Sultan dalam melayani pasien di masa-masa sulit.

Sejak konflik dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 57.000 orang telah tewas di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Angka ini termasuk lebih dari 15.000 anak-anak.

Kondisi Kemanusiaan Kian Kritis: Rumah Sakit Lumpuh, Bantuan Terhambat

Serangan yang terus-menerus dan blokade ketat telah membawa Gaza ke ambang krisis kemanusiaan yang parah. Sistem layanan kesehatan hampir sepenuhnya lumpuh. Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit Eropa Khan Younis, yang merupakan fasilitas penting, kini tidak berfungsi karena kerusakan parah pada infrastruktur dan jalan akses.

Direktur lapangan Kementerian Kesehatan Gaza, Marwan al-Hams, melaporkan bahwa setidaknya 57 anak telah meninggal karena kelaparan sejak blokade dimulai.

  • Kelangkaan Bantuan: Meskipun ada upaya penyaluran bantuan, prosesnya sangat terhambat dan berbahaya. Laporan insiden mematikan di dekat lokasi distribusi bantuan terjadi hampir setiap hari. Organisasi PBB dan kelompok bantuan lainnya menolak bekerja sama dengan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung AS dan Israel, dengan alasan sistem baru mereka melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan dasar. Mereka khawatir bantuan tidak sampai ke tangan yang tepat atau malah menjadi target.
  • Hidup di Tenda: Ribuan pengungsi terpaksa tinggal di tenda-tenda darurat tanpa akses memadai ke listrik, kipas angin, atau air bersih, terutama di tengah gelombang panas. Reda Abu Hadayed, seorang pengungsi, menggambarkan panas yang “tak terlukiskan” membuat anak-anaknya tidak bisa tidur.
  • Dampak Psikologis: Kondisi ini tidak hanya berdampak fisik, tetapi juga psikologis. Organisasi Save the Children melaporkan bahwa anak-anak di Gaza bahkan “berharap untuk mati” agar bisa bersama orang tua mereka yang telah tiada, atau hanya untuk mendapatkan makanan dan air.
  • Putusnya Komunikasi: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Jalur Gaza mengalami pemadaman internet total, kemungkinan besar karena serangan Israel yang merusak kabel terakhir di wilayah tersebut. Hal ini melumpuhkan operasi bantuan dan memutus jalur komunikasi penting bagi warga sipil.

Upaya Gencatan Senjata dan Dinamika Politik

Tekanan internasional terus meningkat agar Israel dan Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata baru dan pembebasan sandera. Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan bahwa Israel menyetujui “kondisi yang diperlukan” untuk finalisasi gencatan senjata 60 hari. Hamas menyatakan sedang mempelajari proposal tersebut, namun menegaskan keinginan mereka untuk mengakhiri perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa kelompok bersenjata Palestina tersebut harus dimusnahkan. Pembicaraan tidak langsung terus berlangsung di Doha, Qatar, dengan mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat berupaya menjembatani perbedaan.

Konflik ini dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Hamas masih menahan sekitar 58 sandera, dengan 23 di antaranya diyakini masih hidup.

Statistik Korban Jiwa Akibat Serangan (Data Per Periode)

Berikut adalah ringkasan data korban jiwa yang dilaporkan dari berbagai sumber dalam periode waktu tertentu:

Periode Waktu Jumlah Korban (Perkiraan) Sumber Data Catatan Penting
Kamis (terakhir) Setidaknya 69 orang Tim Penyelamat Akibat serangan udara Israel.
Dalam 24 Jam 118 orang Kemenkes Gaza
Sejak 7 Oktober 2023 Lebih dari 57.000 orang Kemenkes Gaza Termasuk lebih dari 15.000 anak-anak.
Semalam (Khan Younis) Lebih dari 50 orang RS Nasser Serangan udara intensif.
Sejak Kamis (total) Lebih dari 250 orang Otoritas Kesehatan Lokal Salah satu fase bombardir paling mematikan.
24 Jam (Sebelum Rabu siang) 139 orang Kemenkes Gaza
Beberapa Hari Terakhir Setidaknya 46 orang Petugas Medis Termasuk 11 orang di kantin darurat Muwasi.

Kesimpulan

Situasi di Gaza saat ini sangat memprihatinkan. Intensifikasi serangan Israel telah menyebabkan jumlah korban jiwa yang terus meningkat, sebagian besar adalah warga sipil tak berdosa, termasuk wanita dan anak-anak. Kondisi kemanusiaan mencapai titik kritis dengan lumpuhnya fasilitas kesehatan, terhambatnya distribusi bantuan, dan ancaman kelaparan yang nyata.

Di tengah penderitaan yang tak terhingga ini, upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata terus dilakukan, meskipun masih menghadapi banyak tantangan. Penting bagi kita semua untuk terus mengikuti perkembangan di Gaza dan menyuarakan desakan agar kekerasan segera dihentikan. Hanya dengan perdamaian, bantuan kemanusiaan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan, dan warga Gaza dapat mulai membangun kembali kehidupan mereka.