Mengapa Gaya Hidup Mager Bisa Bikin Generasi Z Berisiko Kena Batu Ginjal? Ini Penjelasan Dokter

Dipublikasikan 26 Juni 2025 oleh admin
Kesehatan

Di era digital yang serba cepat, di mana layar gadget menjadi jendela utama dunia, sebuah fenomena gaya hidup baru kian merajalela, terutama di kalangan Generasi Z: sedentary lifestyle atau yang akrab disebut “malas gerak” (mager). Ironisnya, di balik kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan teknologi, gaya hidup mager ini menyimpan ancaman serius bagi kesehatan, salah satunya adalah peningkatan risiko penyakit batu ginjal. Mungkin terdengar mengejutkan bahwa kondisi yang sering diasosiasikan dengan usia lanjut ini kini mengintai kaum muda. Namun, para dokter dan ahli urologi telah memberikan penjelasan berbasis bukti yang patut kita cermati. Mari kita selami lebih dalam mengapa malas gerak bisa bikin Gen Z berisiko kena batu ginjal, ini penjelasan dokter yang perlu Anda pahami.

Mengapa Gaya Hidup Mager Bisa Bikin Generasi Z Berisiko Kena Batu Ginjal? Ini Penjelasan Dokter

Artikel ini akan mengupas tuntas keterkaitan antara kebiasaan mager, dehidrasi, obesitas, dan faktor-faktor lain yang berkontribusi pada pembentukan batu ginjal pada generasi muda. Anda akan memperoleh pemahaman mendalam tentang mekanisme di baliknya, gejala yang patut diwaspadai, hingga langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang bisa diambil.

Fenomena Mager di Kalangan Generasi Z: Sebuah Potret Gaya Hidup Modern

Generasi Z, yang tumbuh bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, seringkali menemukan diri mereka terikat pada perangkat digital. Berjam-jam dihabiskan di depan komputer untuk bekerja atau belajar, menonton film di layanan streaming, atau asyik bermain game dan berselancar di media sosial melalui ponsel. Semua aktivitas ini, meskipun terlihat produktif atau menghibur, seringkali dilakukan dalam posisi duduk atau rebahan, minim pergerakan fisik.

Gaya hidup sedentary ini bukan sekadar pilihan, melainkan telah menjadi norma bagi sebagian besar Gen Z. Dr. dr. Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS, seorang spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), menegaskan bahwa kebiasaan bermalas-malasan ini secara evidence-based memang meningkatkan faktor risiko timbulnya batu ginjal. “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” ujar dr. Widi.

Keterkaitan Mager dan Batu Ginjal: Penjelasan Medis yang Jelas

Hubungan antara gaya hidup mager dan risiko batu ginjal mungkin tidak langsung terlintas di benak kita. Namun, para ahli telah mengidentifikasi beberapa mekanisme kunci yang menjelaskan mengapa kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi pemicu serius.

1. Dehidrasi Kronis: Musuh Tersembunyi Ginjal

Salah satu alasan utama mengapa mager meningkatkan risiko batu ginjal adalah kecenderungannya untuk membuat seseorang lupa menjaga hidrasi tubuh. Ketika seseorang kurang bergerak, rasa haus mungkin tidak muncul sekuat saat beraktivitas fisik. Akibatnya, asupan cairan menjadi minim, menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi.

“Kalau gaya hidupnya kurang minum, kurang aktivitas akan memicu terbentuknya kristal yang lama kelamaan kristal ini bisa menyatu dan terbentuk batu,” jelas dr. Widi Atmoko.

Dehidrasi menyebabkan urine menjadi lebih pekat. Urine yang pekat mengandung konsentrasi limbah dan asam yang lebih tinggi, seperti kalsium, oksalat, dan asam urat. Zat-zat ini, yang seharusnya larut dan terbuang bersama urine, justru menumpuk. Penumpukan ini dapat menyumbat ginjal dengan protein otot (myoglobin) dan memicu pembentukan kristal. Kristal-kristal inilah yang seiring waktu dapat menyatu dan mengeras, membentuk batu ginjal.

Prof. Dr. dr. Nur Rasyid Sp.U(K), Guru Besar Bidang Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, juga menekankan pentingnya hidrasi. Ia menyebutkan bahwa orang dengan pola hidup sedentari cenderung jarang melakukan aktivitas bergerak sehingga tidak minum banyak dan berkemih kurang dari 2,5 liter sehari. Padahal, volume urine yang cukup sangat krusial untuk mencegah pembentukan batu.

2. Kurangnya Gerak Fisik Mencegah Batu Kecil Turun

Selain dehidrasi, kurangnya aktivitas fisik juga memiliki dampak langsung pada kemampuan tubuh untuk mengeluarkan kristal atau batu ginjal berukuran kecil. Ginjal adalah organ yang dinamis; pergerakan tubuh membantu pergerakan cairan dan partikel di dalamnya.

Prof. Nur Rasyid menjelaskan, “Padahal dengan bergerak, batu pada ginjal yang berukuran kecil akan bisa turun dan jatuh sehingga tidak menumpuk.” Ketika seseorang jarang bergerak, kristal-kristal kecil yang baru terbentuk cenderung mengendap dan menumpuk di dalam ginjal, alih-alih terbawa aliran urine dan keluar secara alami. Penumpukan inilah yang kemudian mempercepat proses pembentukan batu yang lebih besar.

3. Obesitas: Mitra Akrab Gaya Hidup Sedentari

Prof. Nur Rasyid juga menyoroti korelasi kuat antara gaya hidup sedentari dan obesitas sebagai pemicu batu ginjal. “Semakin orang obesitas semakin mungkin kena batu ginjal karena orang obesitas kurang gerak. Akibatnya semakin menumpuk batunya, frekuensinya lebih tinggi yang sedentari,” katanya.

Obesitas tidak hanya terkait dengan kurangnya gerak, tetapi juga dapat memengaruhi metabolisme tubuh, termasuk keseimbangan mineral dan asam dalam urine, yang pada gilirannya meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Peningkatan Indeks Massa Tubuh (BMI) dan ukuran pinggang yang besar telah terbukti berkaitan dengan peningkatan risiko batu ginjal.

Mekanisme Pembentukan Batu Ginjal: Bagaimana Kristal Menjadi Masalah

Batu ginjal, atau nefrolitiasis, adalah kondisi di mana terbentuk materi padat dan keras menyerupai batu di dalam ginjal. Batu ini berasal dari garam dan mineral yang mengendap dalam urine. Prosesnya dimulai ketika urine mengandung lebih banyak zat pembentuk kristal, seperti kalsium, oksalat, dan asam urat, yang sulit larut oleh cairan dalam urine. Di saat yang sama, urine mungkin kekurangan zat yang mencegah kristal-kristal ini saling menempel.

Jenis batu ginjal yang paling umum adalah batu kalsium, biasanya dalam bentuk kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Selain itu, ada juga batu struvit (sering terkait infeksi saluran kemih), batu asam urat (akibat diare kronis, diet tinggi protein, diabetes), dan batu sistin (kelainan genetik).

Awalnya, kristal-kristal ini mungkin berukuran sangat kecil dan dapat keluar tanpa disadari. Namun, jika ukurannya membesar atau menyumbat saluran kemih (ureter), batu dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan komplikasi serius, termasuk infeksi atau bahkan kerusakan ginjal.

Mengapa Generasi Z Lebih Rentan?

Meskipun batu ginjal bisa menyerang siapa saja, data menunjukkan peningkatan kasus pada anak muda. Riset Kesehatan Dasar 2012 menyebutkan penyakit batu ginjal dapat diderita pasien mulai usia 25 tahun. Beberapa faktor membuat Gen Z lebih rentan:

  • Dominasi Gaya Hidup Digital: Kemudahan akses hiburan dan pekerjaan dari rumah atau tempat duduk, mengurangi insentif untuk bergerak.
  • Pola Makan Modern: Kecenderungan mengonsumsi makanan olahan tinggi garam dan gula, serta kurangnya asupan serat dan air. Asupan garam berlebih, misalnya, meningkatkan jumlah kalsium yang harus disaring ginjal, memicu pembentukan batu.
  • Kurangnya Kesadaran: Banyak Gen Z mungkin belum sepenuhnya menyadari risiko kesehatan jangka panjang dari kebiasaan sehari-hari mereka.

Mengenali Tanda-tanda: Gejala Batu Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah bahwa batu ginjal seringkali tidak menimbulkan gejala sampai ukurannya cukup besar atau mulai bergerak dan menyumbat saluran kemih. Ini berarti banyak orang tidak menyadari mereka memiliki batu ginjal hingga kondisinya memburuk.

Gejala yang mungkin muncul saat batu bergerak atau menyumbat:

  • Nyeri parah dan tajam: Di bagian samping dan belakang, di bawah tulang rusuk, menjalar ke perut bagian bawah dan selangkangan. Nyeri ini bisa datang dalam gelombang dengan intensitas yang berfluktuasi.
  • Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
  • Perubahan warna urine: Merah muda, merah, atau coklat (akibat darah dalam urine).
  • Urine keruh atau berbau busuk.
  • Perasaan ingin buang air kecil terus-menerus, buang air kecil lebih sering atau dalam jumlah sedikit.
  • Mual dan muntah.
  • Demam dan menggigil: Jika terjadi infeksi.

Jika mengalami gejala-gejala ini, sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Deteksi dini sangat vital untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.

Strategi Pencegahan: Melawan Batu Ginjal dengan Gaya Hidup Sehat

Kabar baiknya, risiko batu ginjal akibat malas gerak dapat diminimalisir dengan perubahan gaya hidup yang proaktif. Pencegahan adalah kunci terutama bagi Gen Z.

1. Hidrasi Optimal: Kunci Utama

  • Minum air putih yang cukup: Targetkan minimal 2-3 liter (sekitar 8-10 gelas) air putih per hari. Ini membantu mengencerkan urine dan mencegah pembentukan kristal. Prof. Nur Rasyid menekankan, “Lebih penting minum sehingga kencing 2,5 liter.”
  • Jangan menunda minum: Meskipun tidak beraktivitas berat, pastikan asupan cairan tetap terjaga.

2. Aktif Bergerak: Melawan Gaya Hidup Sedentari

  • Olahraga rutin: Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang. Olahraga tidak hanya membantu menjaga berat badan ideal tetapi juga meningkatkan sirkulasi dan membantu mencegah pengendapan kristal.
  • Break dari duduk: Jika harus duduk lama, luangkan waktu untuk berdiri, meregangkan tubuh, atau berjalan-jalan singkat setiap 30-60 menit.
  • Manfaatkan teknologi untuk bergerak: Ikuti kelas olahraga online, gunakan aplikasi pelacak aktivitas, atau berpartisipasi dalam tantangan kebugaran.

3. Pola Makan Sehat dan Seimbang

  • Kurangi asupan garam: Makanan tinggi garam meningkatkan ekskresi kalsium dalam urine, memicu pembentukan batu. Batasi konsumsi makanan olahan, fast food, dan makanan instan.
  • Batasi protein hewani berlebihan: Terutama bagi yang rentan batu asam urat.
  • Penuhi kebutuhan nutrisi: Konsumsi sayur dan buah yang kaya serat dan vitamin. Hati-hati dengan suplemen vitamin C berlebihan tanpa pengawasan dokter, karena dapat meningkatkan risiko batu kalsium oksalat.
  • Jaga berat badan ideal: Obesitas adalah faktor risiko independen untuk batu ginjal.

4. Deteksi Dini dan Pemeriksaan Rutin

  • Check-up kesehatan ginjal rutin: Terutama jika ada riwayat keluarga atau gejala mencurigakan. Dokter dapat merekomendasikan tes urine, tes darah, atau USG ginjal.
  • Konsultasi dokter: Jika memiliki kekhawatiran atau riwayat batu ginjal sebelumnya.

Penanganan Jika Sudah Terkena Batu Ginjal

Jika batu ginjal sudah terbentuk, ada beberapa opsi penanganan tergantung pada ukuran dan jenis batu:

  • Banyak minum air putih: Untuk batu berukuran kecil (<2 mm), asupan cairan yang banyak dapat membantu mendorong batu keluar melalui saluran kemih.
  • Obat-obatan: Dokter mungkin meresepkan obat golongan Alpha Blocker yang berfungsi melebarkan saluran kemih sehingga batu lebih mudah keluar tanpa rasa sakit. Obat pereda nyeri seperti paracetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi nyeri hebat.
  • Tindakan medis khusus: Untuk batu berukuran besar atau yang tidak bisa keluar secara alami, mungkin diperlukan tindakan seperti ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) untuk menghancurkan batu, atau prosedur Ureteroskopi/RIRS untuk mengangkat atau menghancurkan batu secara langsung.
  • Obat herbal: Beberapa obat herbal yang mengandung senyawa bioaktif flavonoid diyakini memiliki khasiat, namun WAJIB dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter dan pastikan terdaftar di BPOM.

Kesimpulan: Bergeraklah, Minumlah, dan Pedulilah pada Ginjal Anda

Kisah tentang malas gerak bisa bikin Gen Z berisiko kena batu ginjal, ini penjelasan dokter bukanlah sekadar peringatan, melainkan panggilan untuk bertindak. Gaya hidup modern, dengan segala kemudahan yang ditawarkannya, telah menciptakan tantangan kesehatan baru yang harus kita hadapi dengan kesadaran dan tindakan nyata.

Batu ginjal bukan lagi penyakit “orang tua”. Generasi Z, dengan kebiasaan mager dan pola hidup yang cenderung sedentari, berada di garis depan risiko ini. Namun, dengan pemahaman yang tepat tentang mekanisme di baliknya dan komitmen untuk mengadopsi gaya hidup sehat, kita dapat melindungi organ vital ini.

Ingatlah, tubuh kita adalah anugerah yang harus dijaga. Ginjal Anda bekerja keras setiap hari untuk menyaring racun dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Balaslah kerjanya dengan memberinya hidrasi yang cukup dan aktivitas fisik yang teratur. Jangan biarkan kenyamanan sesaat dari gaya hidup mager mengorbankan kesehatan ginjal jangka panjang Anda. Mari bergerak lebih banyak, minum lebih banyak, dan jadikan kesehatan ginjal sebagai prioritas utama.

Bagikan informasi penting ini kepada teman dan keluarga Anda, terutama sesama Gen Z. Kesehatan adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan!

Mengapa Gaya Hidup Mager Bisa Bikin Generasi Z Berisiko Kena Batu Ginjal? Ini Penjelasan Dokter - zekriansyah.com