Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola Indonesia sempat dihebohkan dengan kabar perpisahan antara Shin Tae-yong (STY) dan Timnas Indonesia. Banyak spekulasi beredar, terutama mengenai alasan di balik keputusan besar ini. Namun, di tengah riuhnya perdebatan, Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, tampil memberikan penjelasan manajer yang menyoroti bahwa keputusan ini bukan tinggalkan warisan Shin Tae-yong, melainkan bagian dari strategi jangka panjang PSSI. Mari kita bedah lebih dalam duduk perkara di balik layar perpisahan pelatih asal Korea Selatan ini.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami berbagai perspektif, mulai dari klarifikasi PSSI hingga sumbangsih nyata Shin Tae-yong bagi Garuda, sehingga Anda mendapatkan gambaran utuh dan jelas.
Klarifikasi Manajer Sumardji: Fokus Bukan Sekadar Hasil Instan
Dalam wawancara eksklusif, Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, dengan tegas membantah anggapan bahwa pemecatan Shin Tae-yong didasarkan semata pada hasil buruk di Piala AFF 2024. Menurut Sumardji, kritik yang menyudutkan STY dan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, adalah salah alamat. Ia menjelaskan bahwa sejak awal, Timnas Indonesia tidak dibebani target tinggi di Piala AFF 2024.
“Jika ada yang meminta pertanggungjawaban dari Shin Tae-yong atas hasil di Piala AFF 2024, itu sama sekali salah sasaran,” ungkap Sumardji. Keputusan untuk menurunkan skuad muda pada turnamen tersebut merupakan bagian dari strategi pengembangan jangka panjang sepak bola Indonesia. Fokus utamanya adalah memprioritaskan pemain muda untuk membangun pondasi yang kuat demi masa depan. Jadi, ini bukan tentang kegagalan Shin Tae-yong meninggalkan jejak, melainkan tentang penyesuaian visi untuk target yang lebih besar.
Alasan PSSI dari Kacamata Erick Thohir: Komunikasi dan Strategi Jadi Sorotan
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, juga tidak tinggal diam. Ia blak-blakan mengungkap alasan di balik keputusan untuk mengakhiri kontrak Shin Tae-yong pada 6 Januari 2025. Meski mengakui kontribusi besar STY, Erick menekankan perlunya perbaikan di berbagai aspek demi mencapai target ambisius, yaitu lolos ke Piala Dunia 2026.
Erick menyebutkan beberapa isu kunci yang menjadi pertimbangan, antara lain:
- Komunikasi yang lebih baik: PSSI menilai perlu ada pimpinan yang mampu menerapkan strategi yang disepakati bersama pemain dan memiliki komunikasi yang lebih efektif.
- Implementasi program: Evaluasi menunjukkan perlunya peningkatan dalam pelaksanaan program Timnas Indonesia secara keseluruhan.
- Kekompakan tim: Faktor “intangible” seperti teamwork dan kekompakan antara pemain, pelatih, dan PSSI menjadi tolok ukur penting yang perlu diperbaiki.
Keputusan ini, menurut Erick, sudah dipertimbangkan jauh-jauh hari, bahkan sebelum pertandingan Indonesia melawan Tiongkok pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga. Ini adalah bagian dari upaya PSSI untuk memastikan Timnas Indonesia bisa tampil lebih konsisten dan kompetitif di kancah global.
Proses Perpisahan yang ‘Smooth’ Namun Penuh Cerita
Perpisahan Shin Tae-yong dengan PSSI terjadi pada 6 Januari 2025. Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, menjadi pihak yang menyerahkan surat pemutusan kontrak langsung ke kediaman STY. Menurut Kim Jong-jin, mantan asisten pelatih STY, surat tersebut tidak langsung ditandatangani karena alasan yang tercantum masih bersifat umum.
Meski demikian, Sumardji menyatakan bahwa pertemuannya dengan Shin Tae-yong berjalan lancar dan “smooth.” STY menerima keputusan tersebut dan bahkan menyampaikan pesan harapan untuk Timnas Indonesia: “Semoga Timnas bisa lolos ke Piala Dunia.” Ironisnya, di balik proses yang disebut “smooth” ini, staf kepelatihan STY tidak mendapatkan kompensasi dan tidak ada acara perpisahan resmi dari PSSI. Namun, Shin Tae-yong sendiri menegaskan bahwa ia tidak marah atau kecewa, dan tetap mencintai Indonesia. Ia bahkan berencana untuk tetap bolak-balik ke Indonesia untuk mengelola yayasan dan akademi yang didirikannya, menunjukkan dedikasi yang tak lekang oleh waktu.
Warisan Tak Tergantikan Shin Tae-yong di Mata Publik
Terlepas dari alasan resmi PSSI dan klarifikasi manajer, tidak bisa dimungkiri bahwa Shin Tae-yong telah menorehkan warisan yang signifikan bagi sepak bola Indonesia. Selama masa kepelatihannya sejak 2020, ia berhasil:
- Mendongkrak peringkat FIFA Garuda dari 174 menjadi 127 dunia.
- Mengantarkan Timnas Indonesia lolos ke 16 besar Piala Asia untuk pertama kalinya dalam sejarah.
- Membawa Timnas Indonesia U-23 mencapai semifinal Piala Asia U-23 2024.
- Membangun fondasi disiplin yang kuat dalam tim, seperti menindak tegas pemain yang tidak jujur atau terlambat.
Dukungan luar biasa dari para penggemar saat kepulangannya ke Korea Selatan menjadi bukti nyata betapa besar cinta dan apresiasi publik terhadap dedikasi Shin Tae-yong. Ini menunjukkan bahwa di mata banyak orang, Shin Tae-yong bukan hanya sekadar pelatih, tetapi juga sosok yang telah membawa harapan dan kebanggaan baru bagi sepak bola Indonesia.
Kesimpulan
Kisah perpisahan Shin Tae-yong dengan Timnas Indonesia adalah cerita yang kompleks, bukan sekadar hitam-putih. Penjelasan manajer Sumardji, bersama dengan pernyataan Erick Thohir, memberikan gambaran bahwa keputusan ini didasari oleh visi jangka panjang PSSI untuk pengembangan sepak bola dan target Piala Dunia, yang membutuhkan penyesuaian strategi dan komunikasi. Ini bukan tinggalkan warisan Shin Tae-yong dalam artian ia tidak meninggalkan jejak, melainkan upaya PSSI untuk terus maju dengan pendekatan yang dianggap lebih sesuai.
Pada akhirnya, Shin Tae-yong telah memberikan kontribusi yang tak ternilai dan meninggalkan warisan berupa peningkatan performa serta semangat baru bagi Garuda. Kini, dengan kehadiran Patrick Kluivert sebagai pengganti, mari kita semua terus mendukung Timnas Indonesia untuk meraih prestasi yang lebih tinggi di masa depan.