Yogyakarta, zekriansyah.com – Sering dengar kan, kalau berat badan naik itu cuma karena kebanyakan makan dan malas bergerak? Memang sih, dua hal itu punya andil besar. Tapi, tahukah Anda bahwa masalah obesitas jauh lebih kompleks daripada sekadar itu? Ternyata, ada banyak faktor pemicu obesitas lain yang sering kita abaikan, padahal perannya tak kalah penting.
Ilustrasi menunjukkan berbagai faktor yang memicu obesitas selain pola makan dan kurangnya aktivitas fisik, menandakan kompleksitas masalah kesehatan yang sering terabaikan.
Di Indonesia sendiri, masalah berat badan berlebih ini sudah jadi perhatian serius. Menurut World Obesity Atlas 2025, sekitar 13% populasi dewasa di Indonesia mengalami obesitas, dan angka ini diperkirakan terus meningkat. Jadi, penting banget nih buat kita semua memahami bahwa bukan cuma soal makan malas gerak faktor yang memengaruhi berat badan. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami berbagai penyebab tersembunyi obesitas, supaya kita bisa menjaga gaya hidup sehat dengan lebih efektif.
Maria Teresa Anton, seorang ahli endokrinologi di Pritikin Longevity Center Miami, menegaskan bahwa obesitas bukan hanya soal kemauan pribadi. “Itulah mengapa pendekatan multidisipliner kami saat ini melibatkan dokter, psikolog, dan ahli tidur, karena kemajuan nyata terjadi ketika kita menangani seluruh aspek kehidupan seseorang, bukan hanya isi piringnya,” ujarnya.
Yuk, kita bedah satu per satu penyebab obesitas yang mungkin belum Anda sadari!
1. Genetik: Warisan yang Bukan Takdir Mutlak
“Aku gemuk karena keturunan!” Ini mungkin jadi alasan favorit banyak orang. Memang betul, faktor genetik punya peran, bahkan cukup besar. Riset menunjukkan bahwa genetik bisa menyumbang 40-70% risiko obesitas. Gen kita bisa memengaruhi bagaimana tubuh menyimpan lemak, memproses energi, merespons sinyal lapar, dan mengelola stres.
Tapi ingat, ini bukan takdir mutlak! Genetik hanya membuat kita lebih rentan, bukan berarti pasti gemuk. Analogi sederhananya, genetik itu seperti mobil yang boros bensin. Dia memang butuh perhatian lebih pada konsumsi bahan bakar, tapi kalau pengemudinya sadar dan mengaturnya, borosnya bisa dikurangi. Kebanyakan kasus obesitas tetap timbul karena pola hidup yang salah: terlalu banyak kalori masuk, tapi sedikit sekali yang terbakar.
2. Kurang Tidur: Saat Hormon Berulah
Siapa yang sering begadang dan menyepelekan jam tidur? Hati-hati, kebiasaan ini bisa jadi pemicu obesitas lho! Kurang tidur, terutama jika durasinya kurang dari enam jam semalam, bisa memicu perubahan hormon dalam tubuh.
Hormon yang seharusnya mengendalikan rasa lapar (ghrelin) dan kenyang (leptin) jadi kacau. Akibatnya, kita jadi lebih mudah lapar dan sulit merasa kenyang. Bayangkan, Anda sudah makan, tapi rasanya masih ingin ngemil terus. Ini bisa jadi ulah hormon yang terganggu karena kurang tidur. Selain itu, kurang tidur juga bisa merusak ritme sirkadian usus, yang memengaruhi sistem pencernaan dan metabolisme tubuh.
3. Stres Kronis: Pelarian ke Makanan
Pernah merasa ingin makan terus saat sedang stres atau banyak pikiran? Itu wajar, tapi bisa jadi bumerang bagi berat badan Anda. Ketika kita mengalami stres kronis, tubuh akan menumpuk hormon stres seperti kortisol. Hormon ini bisa memicu keinginan untuk makan sebagai pelampiasan emosi, atau yang dikenal sebagai eating stress.
Jika dibiarkan, Anda bisa terjebak dalam siklus stres, makan berlebihan, dan kenaikan berat badan yang tak ada habisnya. Untuk memutus siklus ini, penting untuk mengelola stres dengan baik. Cobalah relaksasi sederhana seperti yoga, jalan pagi, atau latihan pernapasan. Jika stres terasa sangat sulit dikendalikan, jangan ragu mencari pertolongan profesional.
4. Hormon dan Kondisi Kesehatan Tertentu
Beberapa kondisi medis dan penyakit kronis juga bisa menjadi faktor pemicu obesitas tanpa disadari. Misalnya, Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS), hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid), sindrom Cushing, atau sindrom Prader-Willi. Kondisi-kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan hormon dan memperlambat metabolisme tubuh, membuat tubuh lebih mudah menyimpan lemak.
Selain itu, penyakit seperti diabetes tipe 2 dan kondisi awalnya seperti resistensi insulin juga berperan dalam kenaikan berat badan. Ketika tubuh kesulitan mengolah gula darah menjadi energi, kelebihan gula tersebut cenderung disimpan dalam bentuk lemak.
5. Efek Samping Obat-obatan
Ternyata, beberapa jenis obat-obatan resep juga bisa menjadi penyebab obesitas, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Obat-obatan ini disebut obesogenic karena memiliki pengaruh terhadap berat badan. Beberapa di antaranya adalah:
- Antidepresan (misalnya SSRI)
- Antipsikotik
- Antihistamin
- Insulin dan obat diabetes lainnya
- Statin (obat kolesterol/jantung)
- Kontrasepsi hormonal
- Terapi pengganti hormon
- Obat darah tinggi (seperti beta-blocker)
Jika Anda merasa berat badan sulit turun sejak mulai minum salah satu obat tersebut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Mungkin ada pilihan pengobatan lain yang lebih cocok tanpa mengganggu metabolisme tubuh Anda.
6. Kesehatan Usus: Keseimbangan Bakteri Penting
Pernah dengar soal “otak kedua” kita? Ya, usus! Kesehatan usus ternyata punya peranan besar dalam mengatur berat badan. Bakteri-bakteri baik di usus bekerja membantu tubuh memecah makanan menjadi energi, mengolah gula darah, dan mengendalikan rasa lapar.
Saat keseimbangan bakteri baik ini terganggu, tubuh bisa menyimpan energi berlebih dalam bentuk lemak, yang akhirnya membuat berat badan berlebih. Untuk menjaga keseimbangan ini, perbanyak asupan makanan berserat tinggi dan makanan fermentasi yang mengandung probiotik. Sebaliknya, hindari makanan yang melewati banyak tahap pemrosesan seperti mi instan, nugget, atau sosis, karena hampir tidak memiliki serat yang dibutuhkan bakteri baik usus.
7. Lingkungan Obesogenik: Tanpa Sadar Membuat Gemuk
Ini adalah faktor yang seringkali paling tidak disadari: lingkungan kita! Istilah “lingkungan obesogenik” merujuk pada kondisi fisik dan sosial di sekitar kita yang memudahkan munculnya perilaku tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, serta minim aktivitas fisik. Obesitas kini menjadi masalah kolektif, bukan hanya individual.
- Akses Makanan: Penduduk kota besar seringkali lebih memilih fast food atau makanan instan karena kesibukan. Akses ke makanan sehat dan terjangkau mungkin terbatas.
- Tata Kota: Jika akses ke taman atau ruang olahraga terbatas, dan jalanan kurang ramah pejalan kaki atau pesepeda, otomatis kita jadi kurang bergerak.
- Pemasaran: Pemasaran makanan tidak sehat yang agresif, terutama di sekitar sekolah, juga berkontribusi.
- Gaya Hidup Modern: Meningkatnya penggunaan gawai dan kebiasaan hidup serba praktis membuat kita makin malas bergerak.
Sebuah studi besar di Belanda bahkan menemukan bahwa setiap peningkatan 10 poin skor lingkungan obesogenik berhubungan dengan kenaikan BMI sebesar 0,17 kg/m², serta meningkatkan risiko kelebihan berat badan 3% dan obesitas 4%. Ini menunjukkan bahwa desain lingkungan kota yang tidak ramah kesehatan adalah isu yang sangat penting.
8. Pola Makan Ultra-Proses: Lebih dari Sekadar Banyak Kalori
Studi terbaru menantang asumsi bahwa malas gerak adalah biang kerok utama obesitas. Penelitian menemukan bahwa akar masalah obesitas modern bukan semata kurang gerak, tetapi pola makan yang terlalu tinggi kalori dan didominasi makanan ultra-proses.
Orang-orang di negara maju, meskipun mungkin mengeluarkan energi lebih banyak karena ukuran tubuh yang lebih besar, asupan kalori mereka jauh lebih tinggi dari kebutuhan. Makanan ultra-proses seperti keripik, kue kemasan, atau minuman manis, sangat padat energi, mudah dicerna, dan dirancang agar sulit ditolak. Tubuh kita menyerap kalori dari makanan ini dengan sangat efisien, sehingga sedikit sekali yang terbuang. Ada korelasi langsung: makin tinggi konsumsi makanan ultra-proses, semakin tinggi pula persentase lemak tubuh.
Kesimpulan
Jadi, jelas sekali ya, bahwa obesitas bukan cuma soal makan malas gerak faktor yang harus kita perhatikan. Ia adalah masalah kompleks yang dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari genetik, kualitas tidur, tingkat stres, kondisi kesehatan, obat-obatan, kesehatan usus, hingga lingkungan tempat kita tinggal dan jenis makanan yang kita konsumsi sehari-hari.
Memahami berbagai faktor pemicu obesitas ini adalah langkah awal yang sangat penting. Dengan begitu, kita bisa mengambil tindakan yang lebih tepat dan menjaga berat badan sehat secara lebih efektif. Mari kita cintai diri sendiri dengan membiasakan gaya hidup sehat yang menyeluruh, bukan cuma demi penampilan, tetapi agar tubuh kita selalu dalam kondisi prima dan terhindar dari berbagai penyakit di masa depan. Yuk, semangat hidup sehat!
FAQ
Tanya: Selain makan dan malas gerak, faktor apa saja yang bisa memicu obesitas?
Jawab: Obesitas bisa dipicu oleh faktor genetik, kondisi medis tertentu, obat-obatan, stres, kurang tidur, dan faktor lingkungan.
Tanya: Apakah genetik benar-benar menentukan apakah seseorang akan obesitas?
Jawab: Genetik memang berperan, tetapi bukan takdir mutlak; gaya hidup dan faktor lingkungan tetap sangat memengaruhi risiko obesitas.
Tanya: Bagaimana cara mengatasi obesitas jika ada faktor genetik yang kuat?
Jawab: Pendekatan multidisipliner yang melibatkan dokter, ahli gizi, dan psikolog dapat membantu mengelola obesitas meskipun ada faktor genetik.