Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim hujan seringkali membawa berbagai tantangan kesehatan, dan salah satunya adalah ancaman leptospirosis. Penyakit yang sering disebut “kencing tikus” ini kembali menunjukkan taringnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data terbaru menunjukkan kasus leptospirosis di DIY tembus 282, sebuah angka yang cukup mengkhawatirkan dan menjadi sorotan. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Bantul tercatat sebagai wilayah dengan kasus leptospirosis tertinggi.
Peningkatan kasus Leptospirosis di DIY mencapai 282, dengan Kabupaten Bantul mencatat jumlah tertinggi dan dua kasus kematian akibat penyakit yang ditularkan melalui urine tikus ini.
Artikel ini akan membahas tuntas mengapa terjadi lonjakan kasus, bagaimana Anda bisa mengenali gejala, serta langkah-langkah pencegahan efektif agar kita dan keluarga tetap aman dari bakteri Leptospira yang berbahaya ini. Mari kita simak bersama.
Lonjakan Kasus Leptospirosis di DIY: Angka Mengejutkan di Bantul
Angka kasus leptospirosis di DIY memang sedang naik daun, atau lebih tepatnya, sedang naik drastis. Hingga pertengahan Juli 2025, total kasus di DIY mencapai 282. Peningkatan ini patut menjadi perhatian serius bagi seluruh warga.
Kabupaten Bantul menjadi daerah yang paling terdampak. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat lonjakan signifikan, dengan setidaknya 168 kasus leptospirosis hingga awal Juli 2025. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sebagai perbandingan, pada tahun 2024 hanya tercatat 56 kasus, dan pada 2023 ada 147 kasus. Sayangnya, dua kasus di Bantul dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit ini.
Penyebaran leptospirosis di Bantul tidak merata, beberapa kapanewon (kecamatan) menunjukkan angka yang lebih tinggi. Berikut adalah sebaran kasus terbanyak di Bantul:
Kapanewon (Kecamatan) | Jumlah Kasus (hingga pertengahan Juli 2025) |
---|---|
Bantul | 32 |
Jetis | 15 |
Kasihan | 15 |
Pandak | 13 |
Pleret | 13 |
Sanden | 13 |
Sewon | 13 |
Pajangan | 10 |
Imogiri | 9 |
Sedayu | 9 |
Bambanglipuro | 7 |
Srandakan | 7 |
Banguntapan | 3 |
Kretek | 2 |
Pundong | 2 |
Dlingo | 1 |
Piyungan | 0 |
Tak hanya Bantul, Kota Yogyakarta juga mencatat 19 kasus dengan enam kematian hingga 8 Juli 2025. Angka kematian ini cukup memprihatinkan, mencapai 31 persen dari total kasus di Kota Yogyakarta.
Mengapa Bantul Menjadi Pusat Kasus?
Lonjakan kasus leptospirosis di Bantul dan wilayah lain di DIY tentu bukan tanpa alasan. Penyakit kencing tikus ini ditularkan oleh bakteri Leptospira yang banyak ditemukan pada urine atau darah hewan terinfeksi, terutama tikus. Namun, hewan lain seperti sapi, anjing, atau babi juga bisa menjadi pembawa.
Salah satu alasan mengapa Bantul rentan adalah karena posisinya sebagai daerah hilir. Semua aliran sungai dari arah utara mengalir ke selatan melintasi Bantul, sehingga potensi genangan air yang terkontaminasi bakteri menjadi lebih tinggi.
Penularan umumnya terjadi saat kulit manusia, terutama yang memiliki luka terbuka, bersentuhan dengan air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine tikus. Aktivitas di tempat lembap dan kotor tanpa alat pelindung diri, seperti saat di sawah atau membersihkan lingkungan pasca-banjir, sangat meningkatkan risiko. Bahkan, banyak kasus ditemukan di sekitar pekarangan rumah, menunjukkan bahwa bukan hanya petani yang berisiko, melainkan masyarakat umum juga.
Mengenali Gejala dan Bahaya Leptospirosis: Jangan Anggap Remeh!
Salah satu tantangan dalam penanganan leptospirosis adalah gejalanya yang seringkali tidak spesifik dan mirip dengan penyakit ringan lain, seperti flu biasa atau kelelahan. Ini membuat banyak penderita terlambat memeriksakan diri.
Gejala awal yang perlu diwaspadai meliputi:
- Demam tinggi mendadak
- Sakit kepala hebat
- Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah
- Mual dan muntah
- Mata merah
- Perubahan warna kulit menjadi kekuningan (penyakit kuning)
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penyakit leptospirosis bisa menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan ginjal akut, masalah hati, perdarahan, sesak napas, hingga kematian. Kebanyakan kasus fatal terjadi karena pasien baru mencari pertolongan medis setelah kondisi memburuk atau sudah masuk tahap komplikasi.
Langkah Pencegahan Efektif: Lindungi Diri dan Keluarga
Melihat tingginya angka kasus leptospirosis di DIY, terutama di Bantul, upaya pencegahan menjadi sangat krusial. Dinkes DIY dan Bantul terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah penyakit kencing tikus:
- Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Ini adalah kunci utama. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, terutama setelah dari luar rumah atau area yang kotor. Mandi dan bersihkan diri segera setelah beraktivitas di sawah atau tempat lembap.
- Jaga Kebersihan Lingkungan: Pastikan lingkungan rumah dan sekitar bersih dari genangan air. Genangan air menjadi tempat favorit bakteri Leptospira berkembang biak. Selain itu, kendalikan populasi tikus di sekitar rumah dengan membersihkan tempat-tempat yang mungkin menjadi sarang tikus dan menutup makanan agar tidak dijangkau hewan pengerat.
- Gunakan Alat Pelindung Diri: Saat beraktivitas di area yang berpotensi terkontaminasi (misalnya sawah, selokan, genangan air, atau area banjir), selalu gunakan alat pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan. Ini akan melindungi kulit dari kontak langsung dengan air atau tanah yang tercemar.
- Tutup Luka Terbuka: Jika ada luka terbuka di kulit, segera bersihkan dan tutup rapat agar bakteri tidak mudah masuk.
- Segera Cari Pertolongan Medis: Jangan menunda-nunda! Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala demam, sakit kepala, dan nyeri otot setelah beraktivitas di lingkungan yang berisiko, segera datangi fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini dan penanganan yang cepat dengan antibiotik biasa dapat mencegah komplikasi serius.
Pemerintah melalui Dinkes terus melakukan peningkatan surveilans, memperkuat jejaring fasilitas kesehatan, dan meningkatkan koordinasi lintas sektor untuk menekan angka kasus. Namun, peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kewaspadaan diri adalah benteng pertahanan terbaik.
Kesimpulan
Lonjakan kasus leptospirosis di DIY yang telah tembus 282, dengan Bantul sebagai wilayah dengan angka tertinggi, adalah peringatan keras bagi kita semua. Penyakit kencing tikus ini bukan masalah sepele dan bisa berakibat fatal jika diabaikan. Mari bersama-sama meningkatkan kewaspadaan, mengenali gejalanya, dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang efektif. Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta segera mencari pertolongan medis jika timbul gejala, kita bisa melindungi diri dan orang-orang terkasih dari ancaman bakteri Leptospira. Tetap sehat dan waspada, ya!
FAQ
Tanya: Apa itu leptospirosis dan bagaimana penularannya?
Jawab: Leptospirosis adalah penyakit infeksi bakteri Leptospira yang umumnya ditularkan melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus.
Tanya: Mengapa kasus leptospirosis meningkat di DIY, khususnya di Bantul?
Jawab: Peningkatan kasus kemungkinan berkaitan dengan musim hujan yang memicu genangan air serta aktivitas yang meningkatkan paparan terhadap bakteri Leptospira.
Tanya: Apa saja gejala umum leptospirosis yang perlu diwaspadai?
Jawab: Gejala umum leptospirosis meliputi demam mendadak, sakit kepala, nyeri otot, mata merah, dan terkadang disertai penyakit kuning.
Tanya: Bagaimana cara mencegah leptospirosis?
Jawab: Pencegahan meliputi menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang diduga terkontaminasi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta mengendalikan populasi tikus.