Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa yang tak kenal dengan nama Timo Scheunemann? Bagi pencinta sepak bola di Indonesia, sosok pelatih berdarah Jerman ini sudah sangat akrab. Bukan hanya karena kepiawaiannya meracik strategi, tapi juga karena kecintaannya yang begitu mendalam pada tanah air. Bahkan, ada satu pernyataan ikonik dari ayah Brandon Scheunemann ini yang hingga kini masih sering disebut-sebut: “Saya rela dipenjara asal Indonesia bisa masuk Piala Dunia.”
Timo Scheunemann, ayah Brandon Scheunemann, menunjukkan dedikasi tak tergoyahkan untuk sepak bola Indonesia dengan rela dipenjara demi Merah Putih lolos ke Piala Dunia.
Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika belaka. Itu adalah gambaran nyata betapa kuatnya ikatan batin Timo dengan Merah Putih. Mari kita selami lebih dalam kisah di balik dedikasi luar biasa ini, dan bagaimana semangatnya juga mengalir dalam darah putranya, Brandon Scheunemann, yang kini menjadi salah satu andalan Timnas Indonesia U-23.
Timo Scheunemann: Jerman di Luar, Indonesia di Dalam
Mungkin Anda bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang pelatih berdarah Jerman punya kecintaan sebesar itu pada Indonesia? Jawabannya sederhana: Timo Scheunemann bukan sekadar pelatih asing yang datang dan pergi. Ia lahir dan besar di Indonesia. Tepatnya di Kediri, Jawa Timur, pada 29 November 1973. Masa kecilnya dihabiskan di berbagai kota di Indonesia, termasuk Malang dan Kediri.
Tak heran jika Timo sangat fasih berbahasa Indonesia, bahkan bahasa Jawa. Di akun Instagram pribadinya, ia dengan bangga menulis status yang menggambarkan dirinya seutuhnya: “German outside, Indonesian inside.” Ini menunjukkan bahwa identitasnya sebagai orang Indonesia tak perlu diragukan lagi. Ia memahami betul budaya lokal, berbeda dengan kebanyakan pelatih asing lainnya. Kemampuannya berbicara bahasa Jawa dengan lancar menjadi bukti nyata kedekatannya dengan akar budaya tanah air.
Janji Ikonik di Pembukaan Liga Primer Indonesia
Pernyataan legendaris “Saya rela dipenjara asal Indonesia bisa masuk Piala Dunia” diucapkan Timo Scheunemann pada momen yang sangat bersejarah. Tepatnya saat pembukaan Liga Primer Indonesia pada 7 Januari 2011 silam, di Hotel Novotel Solo. Kalimat lantang tersebut langsung viral dan menjadi penanda betapa besar mimpinya untuk melihat sepak bola Indonesia berjaya di kancah dunia.
Ini bukan sekadar ucapan manis. Ini adalah manifestasi dari seluruh jiwanya yang didedikasikan untuk kemajuan sepak bola nasional. Pernyataan tersebut memperkuat citranya sebagai pelatih yang benar-benar mencintai Merah Putih, bahkan siap berkorban demi melihat bendera Indonesia berkibar di ajang paling bergengsi sejagat raya.
Jejak Cinta Merah Putih yang Mengalir ke Brandon Scheunemann
Cinta yang begitu besar pada Indonesia tampaknya menurun ke anak-anaknya. Brandon Scheunemann, putra dari Timo, adalah bukti nyata bagaimana semangat nasionalisme itu terus tumbuh dalam keluarga Scheunemann. Brandon lahir di Malang pada 9 Maret 2005 dan tumbuh besar di tanah air, sama seperti sang ayah.
Meskipun memiliki darah Jerman, Brandon lebih fasih berbicara bahasa Indonesia, bahkan bahasa Jawa. Ini menunjukkan betapa lekatnya ia dengan budaya lokal. Baru-baru ini, Brandon mencuri perhatian publik di perhelatan Piala AFF U-23 2025. Sebagai bek tengah, ia tampil solid dan menjalani debut kompetitifnya bersama Timnas Indonesia U-23 saat Garuda Muda membantai Brunei Darussalam 8-0 di Stadion Gelora Bung Karno pada 15 Juli 2025.
Perjalanan karier Brandon juga tak instan. Ia memulai dari bawah, bergabung dengan SSB Putra Gemilang dan Ricky Nelson Academy, lalu meniti karier di tim muda PSIS Semarang dan Persis Solo, hingga akhirnya direkrut Arema FC pada Januari 2025. Ia juga pernah merasakan atmosfer Timnas U-20 di bawah asuhan Shin Tae-yong, sebelum akhirnya kini menjadi bagian dari skuad U-23 asuhan Gerald Vanenburg. Ayahnya, Timo, selalu mendukung penuh Brandon, bahkan sering memberikan arahan dan nasihat agar Brandon terus berjuang dan tidak mengambil jalan pintas.
Klan Scheunemann: Berkontribusi untuk Sepak Bola Indonesia
Keluarga Scheunemann memang seolah ditakdirkan untuk berkontribusi bagi sepak bola Indonesia. Selain Timo dan Brandon, ada satu lagi nama yang bersinar, yaitu Claudia Scheunemann. Claudia adalah keponakan Timo sekaligus sepupu Brandon, yang juga memperkuat Timnas Putri Indonesia dan berhasil menjuarai Piala AFF Wanita 2024.
Ini menunjukkan bahwa dedikasi keluarga Scheunemann pada sepak bola Indonesia bukan hanya sebatas di satu generasi, melainkan terus berlanjut. Mereka adalah contoh nyata bagaimana keberagaman latar belakang dapat menyatu dalam satu tujuan: memajukan sepak bola Merah Putih.
Kesimpulan: Semangat Tak Terbatas untuk Indonesia
Kisah Timo Scheunemann dan pernyataan ikoniknya “Saya rela dipenjara asal Indonesia bisa masuk Piala Dunia” adalah pengingat akan dedikasi dan cinta yang tak terbatas. Ini bukan hanya tentang ambisi pribadi, tetapi tentang mimpi besar untuk melihat negara yang dicintainya meraih prestasi tertinggi.
Semangat ini kini mengalir pula dalam diri Brandon Scheunemann dan anggota keluarga lainnya. Mereka adalah bukti nyata bahwa cinta pada tanah air bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk, termasuk melalui lapangan hijau. Semoga dedikasi “klan Scheunemann” ini terus menginspirasi banyak pihak untuk berjuang demi sepak bola Indonesia yang lebih baik, menuju panggung dunia yang selalu kita impikan.