Yogyakarta, zekriansyah.com – Sebagai orang tua, tentu kita selalu menginginkan yang terbaik untuk buah hati, terutama soal kesehatan. Di tengah berbagai informasi yang beredar, satu hal yang tak boleh kita lewatkan adalah pentingnya vaksinasi anak. Bukan hanya vaksinasi yang sifatnya wajib, tapi juga jenis-jenis vaksinasi tambahan yang direkomendasikan para ahli.
Dokter anak menekankan kewajiban vaksinasi primer dan tambahan demi perlindungan optimal bagi buah hati.
Dokter spesialis anak, dr. Jessica Sugiharto, Sp.A, sering kali mengingatkan para orang tua akan krusialnya melengkapi jadwal imunisasi ini. Menurutnya, pemenuhan vaksin primer dan tambahan adalah kunci untuk membangun imunitas tubuh anak yang kuat, sehingga mereka terlindungi dari beragam penyakit berbahaya dan bisa tumbuh kembang dengan optimal. Mari kita pahami lebih dalam mengapa hal ini sangat penting.
Mengapa Vaksinasi Begitu Krusial bagi Anak?
Sistem kekebalan tubuh anak, terutama di masa-masa awal kehidupannya, belum terbentuk sempurna. Ibarat benteng pertahanan, ia masih rapuh dan mudah ditembus oleh “musuh” berupa virus atau bakteri. Di sinilah peran vaksinasi menjadi sangat vital. Vaksin bekerja dengan “melatih” sistem imun anak untuk mengenali dan melawan kuman penyebab penyakit tanpa harus mengalami sakit parah terlebih dahulu.
Dengan imunisasi lengkap, anak tidak hanya terlindungi secara individu, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya kekebalan kelompok (herd immunity). Artinya, semakin banyak anak yang divaksin, semakin sulit penyakit menular untuk menyebar, melindungi mereka yang belum bisa divaksin (misalnya bayi baru lahir atau anak dengan kondisi medis tertentu).
Vaksinasi Primer: Pondasi Perlindungan Wajib
Pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menetapkan vaksinasi primer sebagai bagian dari program imunisasi rutin nasional yang wajib diberikan. Salah satu yang paling dikenal adalah vaksin DPT.
DPT: Perisai Awal dari Tiga Penyakit Berbahaya
Vaksin DPT adalah perlindungan esensial yang melindungi anak dari tiga penyakit serius: difteri, pertusis (atau sering disebut batuk 100 hari), dan tetanus. Ketiganya adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal.
Jadwal vaksinasi DPT umumnya dimulai pada usia 2-4 bulan dengan tiga dosis primer. Setelah itu, perlindungan perlu diperkuat dengan dosis tambahan atau booster pada usia 18 bulan, lalu saat anak memasuki usia prasekolah (sekitar 5 tahun), dan kembali pada usia sekolah (10-12 tahun). Dr. Jessica menekankan, tanpa dosis tambahan ini, proteksi yang telah terbentuk akan menurun drastis dalam lima hingga sepuluh tahun. Jadi, pastikan jadwal booster ini tidak terlewatkan ya, Ayah Bunda!
Vaksinasi Tambahan: Memperkuat Benteng Kekebalan Anak
Selain vaksinasi primer yang wajib, para dokter anak juga sangat menganjurkan pemberian vaksinasi tambahan. Vaksin-vaksin ini berfungsi sebagai lapis perlindungan ekstra yang menargetkan penyakit yang mungkin belum dicakup oleh vaksin primer atau yang memiliki risiko penularan tinggi di lingkungan.
Influenza: Lindungi Si Kecil dari Flu Musiman
Penyakit pernapasan seperti flu musiman mungkin terdengar ringan, namun bagi anak-anak, flu bisa menyebabkan komplikasi serius. Vaksin influenza direkomendasikan mulai usia enam bulan dan perlu diberikan booster setiap tahun. Mengapa setiap tahun? Karena virus influenza sangat pintar bermutasi! Dengan vaksinasi tahunan, perlindungan anak terhadap virus tipe A dan B tetap optimal.
Hepatitis A: Jaga Kesehatan Saluran Cerna dari Lingkungan
Lingkungan, makanan, atau tangan yang kurang bersih bisa menjadi media penularan virus, termasuk virus hepatitis A yang menyerang hati. Vaksin hepatitis A bisa diberikan mulai usia satu tahun. Dosis kedua diberikan 6-18 bulan setelah dosis pertama. Kabar baiknya, dua dosis vaksin ini mampu memberikan perlindungan yang sangat baik, bahkan hingga 100% selama 20 tahun, sehingga tidak perlu booster ulang setelahnya.
MMR: Pencegahan Campak, Gondongan, dan Rubella yang Efektif
Ketika anak mulai berinteraksi lebih banyak dengan teman sebaya di sekolah atau tempat bermain, risiko tertular campak, gondongan, dan rubella (MMR) juga meningkat. Vaksin MMR direkomendasikan pada usia 15 bulan, diikuti dengan dosis tambahan 5-7 tahun setelah dosis pertama. Setelah dua dosis lengkap, perlindungan terhadap ketiga penyakit ini bisa bertahan hingga 10-20 tahun.
Selain yang disebutkan di atas, ada juga vaksinasi tambahan lain yang direkomendasikan IDAI dan telah menjadi bagian dari program Kementerian Kesehatan, seperti PCV (melindungi dari pneumonia), Rotavirus (mencegah diare berat), hingga HPV (mencegah kanker serviks di kemudian hari). Ini semua adalah bagian dari komitmen untuk meningkatkan perlindungan anak secara menyeluruh.
Investasi Sehat untuk Masa Depan Anak
Memenuhi jadwal vaksinasi anak, baik vaksinasi primer maupun tambahan, adalah bentuk kasih sayang dan tanggung jawab kita sebagai orang tua. Ini adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan anak dan masa depan mereka. Anak yang sehat akan memiliki kesempatan lebih besar untuk tumbuh, belajar, dan bermain tanpa hambatan berarti.
Jadi, jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter anak Anda. Mereka adalah ahli yang paling tepat untuk memberikan informasi dan rekomendasi vaksinasi lengkap sesuai kebutuhan dan kondisi buah hati Anda. Mari bersama-sama wujudkan generasi penerus yang sehat, cerdas, dan tangguh dengan perlindungan imunitas tubuh yang optimal!
FAQ
Tanya: Apa perbedaan antara vaksinasi primer dan vaksinasi tambahan?
Jawab: Vaksinasi primer adalah vaksin dasar yang diberikan untuk membentuk kekebalan awal, sedangkan vaksinasi tambahan adalah dosis lanjutan atau vaksin untuk melindungi dari penyakit lain yang direkomendasikan.
Tanya: Mengapa vaksinasi anak penting jika sistem kekebalan tubuh anak sudah ada sejak lahir?
Jawab: Sistem kekebalan tubuh anak belum sempurna dan perlu dilatih oleh vaksin untuk mengenali dan melawan kuman penyebab penyakit berbahaya secara efektif.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan kekebalan kelompok (herd immunity) dan bagaimana vaksinasi berkontribusi padanya?
Jawab: Kekebalan kelompok terjadi ketika sebagian besar populasi terlindungi dari penyakit menular, sehingga penyebarannya terhambat dan melindungi mereka yang tidak bisa divaksin.