Karyawan Amazon Waspada: Bos Prediksi AI Ambil Alih Banyak Pekerjaan

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Teknologi Dan Gadget

Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) memang sedang sangat pesat. Kabar terbaru datang dari raksasa teknologi Amazon, yang bosnya, Andy Jassy, memberikan peringatan penting kepada seluruh karyawannya. Ia mengatakan bahwa AI akan mengurangi jumlah karyawan di divisi korporat dalam beberapa tahun ke depan.

Karyawan Amazon Waspada: Bos Prediksi AI Ambil Alih Banyak Pekerjaan

Ilustrasi: Seorang karyawan Amazon tampak tegang di depan layar komputer yang menampilkan grafik AI. Masa depan kerja di Amazon mulai diprediksi, dengan

Tentu saja, berita ini bukan hanya penting bagi karyawan Amazon, tapi juga bagi kita semua. Mengapa? Karena apa yang terjadi di Amazon bisa jadi cerminan tren di perusahaan-perusahaan besar lainnya. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang prediksi Andy Jassy, bagaimana AI akan mengubah cara kerja, dan apa dampaknya bagi dunia kerja secara umum. Yuk, simak agar kita bisa lebih siap menghadapi perubahan ini!

Peringatan dari Puncak Amazon: AI Bukan Sekadar Alat Biasa

Dalam sebuah memo internal yang beredar, CEO Amazon, Andy Jassy, secara terang-terangan menyampaikan prediksinya. Ia menyebut bahwa AI akan membawa “keuntungan efisiensi” yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah karyawan di bagian korporat Amazon.

“Kami akan membutuhkan lebih sedikit orang yang melakukan beberapa pekerjaan yang dilakukan hari ini, dan lebih banyak orang yang melakukan jenis pekerjaan lain,” tulis Jassy dalam memo tersebut. Ia menambahkan, “Dalam beberapa tahun ke depan, kami memperkirakan ini akan mengurangi total tenaga kerja korporat kami seiring dengan peningkatan efisiensi dari penggunaan AI secara ekstensif di seluruh perusahaan.”

Saat ini, Amazon mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 350.000 di antaranya bekerja di posisi korporat seperti rekayasa perangkat lunak dan pemasaran. Jassy menegaskan bahwa AI bukanlah sekadar alat bantu, melainkan teknologi yang akan mengubah cara kerja secara fundamental.

Amazon Sudah Menggunakan AI di Berbagai Lini Bisnis

Jangan salah, Amazon bukan baru akan memulai penggunaan AI. Jassy mengungkapkan bahwa perusahaan sudah menerapkan AI di “hampir setiap sudut perusahaan.” Ini termasuk tugas-tugas rutin seperti belanja, pekerjaan rumah tangga harian, hingga membantu jutaan penjual di platform mereka membuat informasi produk.

Beberapa contoh penggunaan AI di Amazon saat ini:

  • Asisten belanja dan suara: Seperti Alexa+, yang semakin pintar.
  • Logistik dan manajemen gudang: Mengoptimalkan penempatan inventaris dan pengiriman.
  • Layanan pelanggan: Chatbot AI untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah.
  • Pemasaran dan deskripsi produk: Membantu penjual membuat konten yang menarik.

Amazon juga berinvestasi sangat besar di infrastruktur AI, dengan alokasi lebih dari $105 miliar tahun ini. Ini menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mengadopsi teknologi ini secara masif.

Reaksi Karyawan: Antara Skeptis dan Dorongan untuk Beradaptasi

Pesan dari Andy Jassy ini tentu saja menimbulkan berbagai reaksi di kalangan karyawan. Di saluran komunikasi internal perusahaan, beberapa karyawan melontarkan kekhawatiran dan bahkan sindiran.

“Tidak ada yang lebih memotivasi di hari Selasa selain membaca bahwa pekerjaan Anda akan digantikan oleh AI dalam beberapa tahun,” tulis seorang karyawan secara sarkas.

Ada juga yang menyuarakan kekhawatiran lebih dalam tentang ketergantungan berlebihan pada AI tanpa pengamanan yang memadai. Namun, di sisi lain, Jassy juga mendorong karyawannya untuk “penasaran tentang AI” dan “mendidik diri sendiri” dalam teknologi ini. Ia percaya bahwa mereka yang merangkul perubahan ini akan “berada di posisi yang baik” di perusahaan.

Dampak AI Meluas: Bukan Hanya di Amazon

Kekhawatiran tentang AI yang menggantikan pekerjaan bukan hanya terjadi di Amazon. Banyak pemimpin teknologi dan organisasi internasional juga menyuarakan hal serupa:

  • Dario Amodei, CEO Anthropic (perusahaan AI): Memprediksi bahwa AI bisa menghilangkan setengah dari pekerjaan kerah putih tingkat pemula dan meningkatkan pengangguran hingga 20% dalam 1-5 tahun ke depan.
  • Geoffrey Hinton, “Bapak AI”: Menekankan bahwa AI adalah jenis teknologi yang sangat berbeda. Jika AI bisa melakukan semua pekerjaan intelektual yang bersifat rutin, maka akan sulit membayangkan jenis pekerjaan baru apa yang akan tercipta yang tidak bisa dilakukan AI.
  • Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD): Memperkirakan seperempat pekerjaan di seluruh dunia memiliki risiko tinggi untuk digantikan oleh otomatisasi AI.
  • Dana Moneter Internasional (IMF): Menghitung bahwa 60% pekerjaan di negara maju (seperti AS dan Inggris) terpapar AI, dan setengahnya mungkin terkena dampak negatif.

Perusahaan lain seperti Shopify, Duolingo, dan Microsoft juga telah mengumumkan langkah-langkah yang menunjukkan dampak AI pada struktur tenaga kerja mereka. Shopify bahkan meminta tim untuk menjelaskan mengapa AI tidak bisa melakukan suatu pekerjaan sebelum membuka posisi baru.

Pekerjaan Apa Saja yang Berisiko?

Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya yang sering menggantikan pekerjaan manual, adopsi AI secara luas diperkirakan akan lebih banyak memengaruhi pekerjaan kerah putih dan yang membutuhkan pendidikan tinggi. Terutama pekerjaan yang melibatkan pengumpulan informasi dan analisis data, seperti:

  • Pengembang web
  • Penulis teknis
  • Akuntan
  • Pekerja entri data

Namun, pekerjaan yang membutuhkan interaksi fisik, kreativitas manusia yang kompleks, atau keterampilan interpersonal yang tinggi, diperkirakan akan lebih tahan terhadap otomatisasi AI. Contohnya adalah pekerja konstruksi, pengasuh anak, atau pemadam kebakaran.

Siapkah Kita Beradaptasi?

Perubahan ini memang besar dan tak terhindarkan. Namun, bukan berarti kita harus pasrah. Justru ini adalah saatnya untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan diri.

Penting bagi kita untuk:

  • Terus belajar dan mengembangkan diri: Ikuti kursus atau pelatihan tentang AI dan teknologi baru.
  • Fokus pada keterampilan yang unik bagi manusia: Kreativitas, pemecahan masalah kompleks, empati, dan kecerdasan emosional.
  • Melihat AI sebagai kolaborator: Bukan sebagai pengganti total, melainkan sebagai alat yang bisa membantu kita bekerja lebih efisien dan fokus pada tugas yang lebih strategis.

Meskipun dampaknya masih belum sepenuhnya jelas, satu hal yang pasti: masa depan pekerjaan akan sangat berbeda. Dengan pemahaman dan persiapan yang tepat, kita bisa menghadapi perubahan ini dengan lebih percaya diri dan mengambil peluang yang ada.