Hasil Autopsi Juliana Marins Terungkap: Meninggal 20 Menit Setelah Jatuh di Rinjani

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Kesehatan

Kecelakaan tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani beberapa waktu lalu menyisakan banyak pertanyaan dan spekulasi. Kini, semua teka-teki itu mulai terjawab. Hasil autopsi jenazah Juliana Marins akhirnya diungkap oleh tim dokter forensik, memberikan kejelasan mengenai penyebab dan waktu kematiannya.

Hasil Autopsi Juliana Marins Terungkap: Meninggal 20 Menit Setelah Jatuh di Rinjani

Simak ulasan lengkapnya dalam artikel: Hasil Autopsi Juliana Marins: Pendaki Brasil Meninggal Akibat Benturan Keras di Rinjani

Artikel ini akan membahas secara tuntas apa saja temuan dari tim dokter, agar Anda memahami detail dari peristiwa pilu ini dengan jelas dan tidak salah informasi. Mari kita simak bersama.

Detail Hasil Autopsi: Bertahan Hanya 20 Menit

Dokter Forensik RSUP Prof. IGNG Ngoerah (sebelumnya RSUP Sanglah) Denpasar, dr. Ida Bagus Putu Alit, mengungkapkan hasil autopsi jenazah Juliana Marins. Menurutnya, korban meninggal dunia tidak lama setelah terjatuh ke jurang.

“Kami perkirakan paling lama 20 menit. Paling lama meninggal langsung dari luka sampai meninggal,” ujar dr. Alit.

Ini berarti, Juliana hanya mampu bertahan sekitar 20 menit sejak mengalami luka akibat benturan keras saat jatuh. Temuan ini sekaligus menepis dugaan bahwa korban masih bertahan hidup dalam waktu yang lama setelah terjatuh.

“Kami tidak menemukan bukti-bukti atau tanda-tanda bahwa korban itu meninggal dalam jangka waktu yang lama dari luka terjadi,” tegas dr. Alit.

Meskipun sempat ada laporan drone yang menangkap Juliana masih bergerak sesaat setelah jatuh, hasil autopsi menunjukkan bahwa kondisi tersebut tidak berlangsung lama, mengindikasikan kematian yang terjadi sangat cepat.

Penyebab Kematian: Benturan Keras dan Pendarahan Hebat

Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan Juliana Marins meninggal? Tim dokter forensik menyimpulkan bahwa penyebab utamanya adalah kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan kerusakan organ dalam dan pendarahan hebat.

Berikut detail temuan yang diungkap oleh tim dokter:

  • Luka di Sekujur Tubuh: Ditemukan luka lecet geser di seluruh tubuh korban. Ini menandakan bahwa tubuh Juliana tergesek dan terbentur dengan benda-benda tumpul saat jatuh ke jurang yang curam.
  • Patah Tulang Parah: Beberapa tulang ditemukan patah, terutama di bagian:
    • Dada (bagian belakang)
    • Tulang punggung
    • Paha
  • Kerusakan Organ Dalam: Patah tulang dan benturan keras ini memicu kerusakan pada organ-organ vital di dalam tubuh, terutama di rongga dada dan perut. Organ-organ yang berhubungan dengan pernapasan disebut mengalami kerusakan terparah.
  • Pendarahan Masif: Akibat kerusakan organ dan benturan, terjadi pendarahan yang sangat banyak dan parah, terutama di area dada dan perut. Pendarahan inilah yang menjadi penyebab langsung kematian Juliana.

Dugaan Hipotermia Dikesampingkan

Sebelumnya, ada spekulasi bahwa Juliana Marins mungkin meninggal karena hipotermia, mengingat suhu dingin di Gunung Rinjani dan lamanya proses evakuasi. Namun, hasil autopsi menepis dugaan tersebut.

“Untuk hipotermia, tanda-tanda adanya itu luka-luka yang ditimbulkan di ujung-ujung jari berwarna hitam. Nah, ini tidak kami temukan,” jelas dr. Alit.

Ia juga menambahkan, pemeriksaan pada organ limpa (spleen) tidak menunjukkan tanda-tanda mengkerut, yang biasanya mengindikasikan perdarahan lambat atau kematian akibat hipotermia. Ini semakin memperkuat kesimpulan bahwa penyebab kematian adalah benturan dan pendarahan yang terjadi sangat cepat, bukan karena faktor suhu ekstrem.

Kronologi Singkat Perjalanan Tragis Juliana Marins di Rinjani

Sebagai informasi tambahan, Juliana Marins, pendaki berusia 27 tahun asal Brasil, terjatuh ke jurang sedalam sekitar 600 meter di kawasan Cemara Tunggal, Gunung Rinjani, pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Berikut kronologi singkat insiden tersebut:

  • Jatuh: Juliana terjatuh pada Sabtu, 21 Juni 2025, pagi, saat mendaki menuju puncak Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun bersama lima rekannya dan seorang pemandu. Lokasi jatuhnya berada di jalur curam dekat kawah Rinjani.
  • Penemuan Jenazah: Setelah pencarian intensif selama empat hari yang melibatkan tim SAR gabungan, jenazah Juliana baru ditemukan pada Selasa, 24 Juni 2025, dalam kondisi sudah meninggal dunia. Tim SAR berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter.
  • Kendala Evakuasi: Proses evakuasi sangat sulit karena medan yang terjal, cuaca buruk, dan kabut tebal. Jenazah akhirnya berhasil diangkat dan dievakuasi pada Rabu, 25 Juni 2025, melalui jalur darat dengan tandu.
  • Proses Autopsi: Jenazah Juliana tiba di RS Bali Mandara, Denpasar, Bali, pada Kamis, 26 Juni 2025 malam untuk dilakukan autopsi. Pemilihan RS di Bali dikarenakan ketiadaan dokter ahli forensik di RS Bhayangkara Mataram, NTB, saat itu.
  • Pemulangan Jenazah: Setelah autopsi selesai dan seluruh dokumen lengkap, jenazah Juliana Marins akan segera dipulangkan ke negara asalnya, Brasil, untuk diserahkan kepada pihak keluarga. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Brasil dalam proses ini.

Kesimpulan

Hasil autopsi Juliana Marins telah memberikan kejelasan mengenai penyebab kematiannya. Ia meninggal dunia dalam waktu yang sangat singkat, sekitar 20 menit setelah terjatuh, akibat benturan benda tumpul yang menyebabkan pendarahan hebat dan kerusakan organ dalam. Temuan ini menegaskan bahwa insiden di Gunung Rinjani adalah kecelakaan tragis yang berakibat fatal secara instan, bukan karena hipotermia atau kondisi lain yang berkepanjangan.

Baca juga: Hasil Autopsi Juliana Marins di Rinjani Terungkap: Meninggal Hanya 20 Menit Setelah Jatuh

Semoga informasi ini bisa menjawab rasa penasaran publik dan menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan serta persiapan matang saat melakukan aktivitas ekstrem di alam bebas. Keselamatan adalah yang utama.

Hasil Autopsi Juliana Marins Terungkap: Meninggal 20 Menit Setelah Jatuh di Rinjani - zekriansyah.com