Yogyakarta, zekriansyah.com – Wah, ada kabar penting nih dari Kota Kendari! Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari baru-baru ini mengungkap 154 kasus baru HIV yang ditemukan dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Angka ini tentu menjadi perhatian serius bagi kita semua. Artikel ini akan mengajak Anda memahami lebih dalam tentang situasi HIV di Kendari, siapa saja yang berisiko, dan langkah-langkah apa yang sudah dilakukan Dinkes untuk mencegah penularannya. Yuk, simak agar kita bisa lebih waspada dan ikut berperan aktif menjaga kesehatan bersama!
Dinkes Kendari laporkan 154 kasus baru HIV dalam enam bulan terakhir, menunjukkan tren peningkatan infeksi yang perlu diwaspadai.
Tren Mengkhawatirkan: Ratusan Kasus Baru dalam Enam Bulan Terakhir
Data terbaru dari Dinkes Kota Kendari memang cukup mengejutkan. Dalam rentang waktu enam bulan terakhir, ada 154 kasus baru HIV yang terdeteksi dari hasil pemeriksaan terhadap lebih dari 4.000 orang yang masuk kategori berisiko tinggi. Angka ini adalah bagian dari upaya deteksi dini yang terus digencarkan oleh Dinkes.
Secara kumulatif, total kasus HIV yang terdata di Kota Kendari kini telah mencapai lebih dari 2.000 kasus hingga Mei 2025, tepatnya 2.023 kasus. Kepala Dinkes Kota Kendari, Hasria, mengakui bahwa jumlah ini menunjukkan tren peningkatan yang konsisten selama tiga tahun terakhir. Menariknya, tidak semua penderita adalah warga asli Kendari, lho. Fasilitas kesehatan di Kendari memang terbuka bagi siapa saja, termasuk warga dari luar daerah yang sedang berdomisili atau berobat di sana.
Berikut adalah gambaran penambahan kasus baru HIV/AIDS di Kendari per tahun:
Tahun | Kasus Baru HIV/AIDS |
---|---|
2022 | 290 |
2023 | 321 |
2024 | 311 |
2025 (hingga Mei/Juni) | 131 |
Ini menunjukkan bahwa setiap tahun, penemuan kasus HIV di Kendari terus terjadi, menjadikan tugas Dinas Kesehatan semakin berat dalam mengendalikan penyebaran virus ini.
Siapa yang Berisiko? Populasi Kunci dalam Deteksi Dini
Lalu, siapa saja sih yang menjadi target utama pemeriksaan HIV oleh Dinkes? Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kendari, Elfi, menjelaskan bahwa deteksi dini ini menyasar delapan populasi kunci yang dianggap berisiko tinggi. Ini penting agar mereka bisa mengetahui status HIV-nya secara dini dan segera mendapatkan penanganan.
Beberapa kelompok yang menjadi fokus skrining antara lain:
- Komunitas LGBT (Lelaki Seks Lelaki/LSL, Biseksual, Transgender) dan transgender.
- Warga binaan lapas.
- Penderita TBC.
- Wanita pekerja seks (WPS).
- Pasangan yang salah satunya sudah mengidap HIV.
- Orang yang sering berganti pasangan seks.
- Pengguna narkoba suntik (terutama yang berbagi jarum).
- Orang dengan riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS).
Data juga menunjukkan bahwa mayoritas kasus HIV di Kendari didominasi oleh laki-laki. Misalnya, dari 224 kasus baru yang ditemukan hingga Oktober 2024, 186 di antaranya adalah laki-laki. Mayoritas penderita juga berada pada usia produktif, yaitu antara 15 hingga 49 tahun. Ini menandakan bahwa perilaku berisiko di kalangan usia produktif menjadi perhatian utama dalam penularan HIV di Kendari.
Jurus Jitu Dinkes Kendari: Edukasi dan Akses Layanan Lebih Dekat
Untuk membendung laju penularan HIV di Kendari, Dinkes Kota Kendari tak tinggal diam. Berbagai langkah strategis terus dilakukan, mulai dari edukasi hingga peningkatan akses layanan kesehatan.
- Edukasi Masif: Dinkes gencar melakukan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah. Tujuannya agar anak-anak muda paham tentang HIV, cara pencegahannya, dan pentingnya menghindari perilaku berisiko.
- Deteksi Dini dan Mobile Skrining: Selain menyasar populasi berisiko, Dinkes juga berupaya mendekatkan layanan pemeriksaan kesehatan melalui skrining mobile. Ini memudahkan masyarakat untuk melakukan tes HIV secara dini.
- Layanan Pengobatan di Puskesmas: Kabar baiknya, kini layanan pengobatan HIV tidak lagi hanya terpusat di rumah sakit, tetapi sudah tersedia di seluruh puskesmas di Kota Kendari. Ini inovasi luar biasa agar masyarakat lebih mudah mengakses pengobatan tanpa harus menempuh jarak jauh atau menunggu lama.
Seperti yang disampaikan oleh Elfi, Kepala Bidang P2P Dinkes Kendari:
“Jika hasilnya negatif, edukasi akan terus dilakukan untuk mencegah penularan. Jika hasilnya positif, pengobatan sesuai standar akan segera dilakukan.”
Ini menunjukkan komitmen Dinkes dalam memberikan pelayanan komprehensif.
Mengenal PrEP: Tameng Baru dalam Pencegahan HIV
Salah satu inovasi penting dalam upaya pencegahan HIV yang kini digencarkan Dinkes Kendari adalah penggunaan obat PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis). Mungkin sebagian dari Anda belum familiar dengan PrEP, jadi mari kita kenali lebih dekat.
Apa itu PrEP?
PrEP adalah obat yang diminum oleh individu yang belum mengidap HIV namun memiliki risiko tinggi tertular virus tersebut. Fungsinya seperti ‘tameng’ yang membantu mencegah infeksi HIV sebelum terjadi penularan. Terbukti efektif lho dalam meminimalkan risiko penularan!
Di Kota Kendari, layanan PrEP sudah tersedia di dua puskesmas, yaitu Puskesmas Kemaraya dan Puskesmas Lepo-lepo. Program PrEP sendiri sudah dimulai sejak Juni 2024 dan hingga saat ini telah digunakan oleh 344 orang.
Namun, ada sedikit kekhawatiran. Kepala Dinkes Kendari, Hasria, menyoroti adanya penurunan jumlah masyarakat yang rutin mengonsumsi PrEP. Pada tahun 2024, ada 171 orang yang rutin mengonsumsi PrEP, tapi angka ini turun menjadi 158 orang pada tahun 2025.
“Berarti ada penurunan, ada yang berhenti konsumsi PrEP ini, padahal mencegah lebih baik daripada mengobati,” kata Hasria.
Ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kepatuhan dalam program pencegahan. Dinkes Kendari sangat menganjurkan enam kategori kelompok masyarakat untuk mengonsumsi PrEP, yaitu:
- Lelaki Seks Lelaki (LSL).
- Pasangan yang salah satunya mengidap HIV.
- Orang yang sering berganti pasangan seks.
- Pengguna narkoba suntik.
- Wanita yang berhubungan seks dengan pria berisiko tinggi.
- Orang dengan riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS).
HIV: Penyakit Seumur Hidup, Bukan Akhir Segalanya
Penting untuk diingat, HIV adalah infeksi virus yang hingga kini belum ada obatnya yang bisa menyembuhkan. Ini berarti, jika seseorang terdiagnosis HIV, ia perlu menjalani pengobatan seumur hidup. Tapi jangan salah, ini bukan berarti akhir dari segalanya!
Dengan pengobatan yang teratur dan sesuai standar, virus HIV dalam tubuh bisa terkontrol. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap bisa menjalani hidup sehat, beraktivitas, dan bekerja seperti biasa. Kuncinya adalah kepatuhan dalam mengonsumsi obat dan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan.
Sayangnya, stigma negatif terhadap ODHA masih sering terjadi. Padahal, stigma ini justru bisa menghambat mereka untuk mencari bantuan medis dan pengobatan, yang pada akhirnya bisa memperburuk penyebaran. Mari kita bersama-sama menghapus stigma ini dan mendukung ODHA agar mereka bisa hidup normal dan produktif.
Kesimpulan
Peningkatan kasus HIV di Kendari, dengan 154 kasus baru HIV yang terungkap belakangan ini, adalah pengingat bagi kita semua akan pentingnya kesadaran dan tindakan nyata. Dinkes Kota Kendari telah melakukan berbagai upaya, mulai dari deteksi dini, edukasi masif, hingga penyediaan layanan yang mudah diakses di puskesmas, serta inovasi seperti PrEP.
Namun, upaya ini tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Kita semua, sebagai bagian dari masyarakat, punya peran penting. Mari tingkatkan kesadaran diri, jauhi perilaku berisiko, dan jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan dini jika merasa perlu. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Dengan sinergi dan kepedulian bersama, kita bisa membangun Kendari yang lebih sehat dan bebas dari