DBD Sering Dikira Flu, Pasien dan Dokter Ingatkan Deteksi Dini Kunci Penyelamat

Dipublikasikan 28 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim hujan tiba, seringkali membawa serta “tamu tak diundang” yang kerap menipu: Demam Berdarah Dengue (DBD). Banyak pasien yang awalnya mengira demam yang mereka alami hanyalah flu biasa atau kecapekan, padahal di balik gejala awal yang mirip, tersimpan bahaya serius yang bisa berujung fatal. Para dokter ingatkan pentingnya deteksi dini DBD agar nyawa bisa terselamatkan. Artikel ini akan membantu Anda memahami mengapa DBD sering terkecoh, gejala apa yang harus diwaspadai, hingga langkah pencegahan yang efektif.

DBD Sering Dikira Flu, Pasien dan Dokter Ingatkan Deteksi Dini Kunci Penyelamat

Waspadai Demam Berdarah Dengue (DBD) yang seringkali tersamarkan sebagai flu biasa; deteksi dini menjadi kunci vital penyelamat nyawa di musim hujan.

Mengapa DBD Sering Dikira Flu Biasa?

Dokter Umum Rumah Sakit Siloam Purwakarta, Kharina Helhid, menjelaskan bahwa tren kasus DBD cenderung meningkat setiap musim hujan. Kondisi lingkungan yang lembap mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD. Sayangnya, banyak pasien yang meremehkan demam awal akibat DBD.

“Gejala awal DBD sering disalahartikan sebagai flu atau infeksi virus ringan. Padahal, deteksi dini sangat krusial dalam mencegah kondisi berat seperti syok dengue yang dapat berujung pada kematian,” ujar Kharina Helhid. Ia juga menambahkan bahwa anak-anak dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap komplikasi DBD. Data Kementerian Kesehatan hingga Mei 2025 mencatat lebih dari 55 ribu kasus DBD di seluruh Indonesia, dengan angka kematian mencapai 439 jiwa, menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya. Ini menjadi pengingat betapa gentingnya situasi ini.

Kenali Lebih Jauh: Gejala Khas DBD yang Wajib Diwaspadai

Meskipun gejala awal DBD sering dikira flu, ada perbedaan kunci yang perlu Anda perhatikan. Berikut adalah ciri-ciri DBD yang patut diwaspadai:

  • Demam Tinggi Mendadak: Ini adalah gejala awal yang paling umum. Suhu tubuh bisa melonjak drastis hingga di atas 38 derajat Celsius, bahkan mencapai 40 derajat Celsius, dan dapat berlangsung 2 hingga 7 hari. Demam ini seringkali disertai menggigil.
  • Nyeri Otot dan Sendi Parah: Banyak penderita DBD merasakan nyeri hebat pada otot dan sendi, sering disebut “demam bone-breaking”. Rasa nyeri ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Ruam Kulit: Bercak merah atau ruam kulit biasanya muncul beberapa hari setelah demam. Tingkat keparahannya bisa bervariasi dan dapat menyebar ke seluruh tubuh.
  • Mual dan Muntah: Gejala ini dapat memengaruhi asupan makanan dan cairan, berisiko menyebabkan dehidrasi. Jika disertai demam tinggi, segera konsultasikan ke dokter.
  • Sakit Kepala Hebat: Terutama di bagian belakang mata.
  • Kelenjar Bengkak dan Nyeri Perut: Gejala lain yang bisa menyertai.
  • Perubahan Tekanan Darah dan Penurunan Trombosit: Ini adalah tanda-tanda yang lebih serius dan perlu pemeriksaan medis.
  • Waspada Fase Kritis: Penting diingat, ketika demam tinggi tiba-tiba turun pada hari ke-3 hingga ke-5, ini bukan berarti sembuh. Justru ini adalah fase kritis DBD di mana risiko komplikasi seperti syok dengue dan perdarahan hebat sangat tinggi. Pada fase ini, pasien mungkin terlihat lebih baik, namun kondisi di dalam tubuh bisa memburuk.

Pada anak-anak, gejala DBD bisa mirip orang dewasa, namun tanda peringatan seperti sakit perut parah, muntah persisten, dan kelelahan berat bisa muncul lebih cepat.

Pertolongan Pertama di Rumah dan Kapan Harus ke Dokter

Mengetahui pertolongan pertama DBD sangat krusial sebelum mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

  • Penuhi Kebutuhan Cairan: Penderita harus minum banyak cairan, minimal 2-3 liter per hari, untuk mencegah dehidrasi. Pilihannya bisa air putih, jus buah, atau oralit. Hindari minuman bersoda dan berkafein.
  • Istirahat Total: Pasien perlu beristirahat penuh selama demam maupun fase kritis.
  • Kompres Hangat: Untuk membantu menurunkan panas, kompres bagian dahi, ketiak, kepala, dan selangkangan dengan air hangat.
  • Obat Penurun Panas: Berikan paracetamol sesuai dosis. Penting: Hindari obat golongan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin, karena dapat memperparah perdarahan.

Segera bawa pasien ke rumah sakit jika muncul tanda-tanda bahaya DBD seperti lemas atau tidak bergairah, muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, perdarahan (mimisan, gusi berdarah, BAB hitam), atau tanda-tanda syok (tangan dan kaki dingin, gelisah, penurunan kesadaran). Pada hari ke-3 demam, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah di laboratorium untuk memantau jumlah trombosit dan hematokrit. Ini akan membantu dokter menentukan apakah pasien perlu dirawat inap.

Pencegahan DBD: Kunci Melawan Nyamuk Aedes Aegypti

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Langkah pencegahan DBD yang paling efektif adalah dengan memberantas sarang nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Dr. Kharina Helhid dan Kemenkes sangat menekankan pentingnya metode 3M Plus:

  • MENGURAS tempat penampungan air secara rutin (bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung) setidaknya seminggu sekali.
  • MENUTUP rapat tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
  • MENDAUR ULANG barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk (Aedes aegypti menyukai genangan air bersih). Mengubur barang bekas yang tidak terurai seperti plastik justru mencemari tanah, jadi fokuslah pada daur ulang atau pembuangan yang benar.

Plus tindakan tambahan:

  • Menabur bubuk larvasida (abate) pada tempat penampungan air yang sulit dikuras.
  • Menggunakan kelambu saat tidur, terutama untuk anak-anak dan lansia.
  • Menggunakan losion anti nyamuk dan mengenakan pakaian tertutup.
  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi rumah.
  • Menghindari kebiasaan menggantung baju di balik pintu, terutama yang berwarna gelap, karena menjadi tempat favorit nyamuk bersembunyi.
  • Menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavender, sereh, atau zodia.

Edukasi dan kesadaran kolektif masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan DBD. Seminar-seminar kesehatan yang membahas waspada demam berdarah dan cara penanganannya sejak dini, seperti yang diselenggarakan oleh Holywings Peduli, menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat bisa lebih tercerahkan.

Kesimpulan

Jangan pernah meremehkan demam tinggi mendadak yang sering dikira flu, apalagi di musim hujan. Demam Berdarah Dengue adalah ancaman nyata yang memerlukan perhatian serius. Dengan mengenali gejala DBD lebih awal, melakukan pertolongan pertama yang tepat, dan menerapkan langkah pencegahan DBD secara konsisten, kita dapat melindungi diri dan keluarga dari komplikasi fatal. Ingat, dokter ingatkan bahwa deteksi dini adalah kunci penyelamat. Tetap waspada DBD dan segera konsultasikan ke dokter jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang mencurigakan.

FAQ

Tanya: Mengapa gejala DBD sering disalahartikan sebagai flu biasa?
Jawab: Gejala awal DBD seperti demam tinggi seringkali mirip dengan flu atau infeksi virus ringan, sehingga banyak orang meremehkannya.

Tanya: Apa bahaya jika DBD tidak terdeteksi secara dini?
Jawab: Keterlambatan deteksi dini dapat menyebabkan kondisi berat seperti syok dengue yang berpotensi fatal.

Tanya: Siapa saja kelompok yang paling rentan terhadap komplikasi DBD?
Jawab: Anak-anak dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap komplikasi serius akibat DBD.