Yogyakarta, zekriansyah.com – Pertarungan perebutan sabuk juara kelas menengah UFC antara Khamzat Chimaev dan Dricus du Plessis di UFC 319 telah usai. Khamzat Chimaev berhasil keluar sebagai pemenang dengan dominasi luar biasa, merebut sabuk juara dari sang petahana. Namun, di balik kemenangan telak itu, muncul perdebatan sengit di kalangan penggemar dan pengamat UFC: apakah duel yang sangat dinantikan ini justru terasa membosankan? Mari kita telusuri lebih dalam mengapa opini ini muncul dan bagaimana para ahli menanggapi.
Khamzat Chimaev Raih Gelar Juara Middleweight UFC dengan Kemenangan Telak atas Dricus du Plessis, Namun Dinilai Membosankan oleh Sebagian Pengamat.
Dominasi Tak Terbantahkan Sang “Serigala” Chechnya
Pada Minggu, 17 Agustus 2025 WIB, di United Center, Chicago, Amerika Serikat, dunia MMA menyaksikan Khamzat Chimaev alias “Borz” mengukir sejarah. Dengan rekor tak terkalahkan 15-0, Chimaev berhasil menaklukkan Dricus du Plessis melalui keputusan angka mutlak (unanimous decision) dengan skor mencolok 50-44, 50-44, 50-44 dari ketiga juri. Ini bukan sekadar kemenangan, melainkan sebuah dominasi total.
Sejak ronde pertama, Chimaev langsung mengambil alih kendali. Ia mencatatkan 12 takedown dari 17 percobaan, sebuah angka yang fantastis, dan menguasai lebih dari 21 menit dari total 25 menit durasi pertarungan. Dricus du Plessis, yang dikenal ulet, tampak kesulitan dan bahkan mengaku merasa “terjebak dalam selimut” saat menghadapi tekanan fisik dan mental dari Chimaev. Wajah Du Plessis pun terlihat babak belur di ronde-ronde akhir, menunjukkan betapa sulitnya dia keluar dari cengkeraman “Si Serigala”.
Mengapa Duel Chimaev vs Du Plessis Disebut Membosankan?
Meskipun statistik menunjukkan dominasi mutlak Chimaev, banyak penggemar yang merasa kurang terhibur. Alasannya sederhana: pertarungan ini didominasi oleh adu kekuatan di bawah oktagon atau ground game, alih-alih baku hantam berdiri yang sengit. Chimaev memang luar biasa dalam grappling-nya, namun bagi sebagian penonton, hal itu membuat jalannya laga terasa monoton.
Chael Sonnen, salah satu pengamat UFC terkemuka, mengakui bahwa persepsi “membosankan” itu valid. “Chimaev Vs Dricus, kita masih jauh dari selesai, teman-teman,” ujar Sonnen dalam kanal YouTube pribadinya. Ia menambahkan,
“Sekarang, mereka tidak salah. Mereka tidak mungkin salah. Itu hanya pendapat. Itu bukanlah jenis pertarungan yang disukai oleh sebagian penggemar.”
Namun, Sonnen dengan tegas menolak gagasan perubahan aturan fundamental UFC hanya demi membuat pertarungan lebih “greget.” Menurutnya, penggemar telah bertindak terlalu jauh dengan usulan tersebut. Ia menekankan bahwa aturan tidak bisa diubah begitu saja berdasarkan preferensi pribadi penonton, dan kemenangan Chimaev harus tetap diakui sepenuhnya.
Pujian dan Kontroversi di Balik Kemenangan Chimaev
Terlepas dari perdebatan soal hiburan, kemenangan Khamzat Chimaev tetap menuai pujian dari berbagai pihak. Juara kelas menengah UFC lainnya, Israel Adesanya, memberikan apresiasi setinggi langit, menilai Chimaev berhasil mendominasi sepanjang pertarungan dan tidak memberi kesempatan sedikit pun bagi Dricus du Plessis. “Khamzat juara kelas menengah baru, (divisi) ini berada di tangan yang tepat,” pungkas Adesanya. CEO UFC, Dana White, bahkan menyebut Chimaev sebagai “fenomena yang sedang naik daun.”
Namun, ada pula sedikit kontroversi yang mengiringi. Beberapa pihak, seperti mantan juara UFC Michael Bisping, sempat khawatir jika Chimaev menjadi juara. Kekhawatiran ini muncul karena rekam jejak Chimaev yang beberapa kali mundur dari pertarungan karena masalah kesehatan, membuat Bisping menyebutnya bisa menjadi “bencana” bagi divisi yang butuh konsistensi. Meski begitu, Dana White tetap yakin dengan Chimaev, menegaskan bahwa ia adalah penantang yang paling layak.
Di sisi lain, pelatih Chimaev, Sam Calavitta, mengungkapkan “senjata rahasia” muridnya: mental baja dan etos kerja yang luar biasa. Chimaev dikenal tidak pernah puas dan selalu meminta tambahan ronde dalam latihan, sebuah mentalitas juara yang terbukti membawanya ke puncak divisi kelas menengah UFC.
Kesimpulan
Duel Khamzat Chimaev vs Dricus du Plessis di UFC 319 memang menghasilkan juara baru yang dominan, yaitu Khamzat Chimaev. Kemenangan angka mutlak ini menegaskan status Chimaev sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan di divisi kelas menengah UFC. Meskipun ada beberapa pengamat yang menganggap pertarungan ini membosankan karena dominasi ground game, hal itu tidak mengurangi validitas kemenangan Chimaev atau mengubah aturan dasar olahraga ini.
Pada akhirnya, setiap pertarungan memiliki ceritanya sendiri. Kemenangan Chimaev adalah bukti keunggulan teknis dan fisik yang luar biasa. Pertanyaan selanjutnya adalah, siapa yang akan menjadi penantang berikutnya bagi “Si Serigala” yang kini menduduki tahta juara? Kita tunggu saja kejutan selanjutnya di oktagon!