Yogyakarta, zekriansyah.com – Sebuah investigasi mendalam dari BBC Hindi baru-baru ini menguak fakta mengejutkan di balik tragedi desak-desakan maut di Festival Kumbh Mela, India. Festival Hindu terbesar di dunia ini, yang dikenal dengan jutaan pesertanya, secara resmi mencatat 37 kematian akibat desak-desakan. Namun, BBC menemukan bukti bahwa jumlah korban asli jauh lebih banyak dari itu, bahkan ada keluarga yang diam-diam menerima kompensasi dari pihak berwenang.
Ilustrasi: Keramaian Festival Kumbh Mela India mengungkap sisi kelam di balik jutaan peziarah, dengan jumlah kematian yang tak terhitung di tengah lautan manusia.
Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa jumlah kematian berbeda dari data resmi? Artikel ini akan membawa Anda memahami duduk perkara, mengapa temuan BBC ini sangat penting, dan bagaimana perjuangan keluarga korban di tengah keheningan pemerintah. Ini adalah cerita tentang transparansi, keadilan, dan suara mereka yang selama ini mungkin terpinggirkan.
Jumlah Korban Resmi dan Data ‘Tersembunyi’ BBC
Pemerintah negara bagian Uttar Pradesh (UP), India, tempat Festival Kumbh Mela diselenggarakan, secara resmi menyatakan bahwa ada 37 orang tewas dalam insiden desak-desakan pada 29 Januari. Jumlah ini menjadi patokan bagi publik dan media.
Namun, investigasi BBC Hindi menemukan hal yang berbeda dan lebih mengejutkan:
- 26 kasus tambahan di mana keluarga korban menerima kompensasi sebagian dalam bentuk uang tunai, meskipun kematian mereka tidak termasuk dalam daftar resmi. Salah satunya adalah kasus Tara Devi.
- 18 kematian lainnya yang tidak menerima kompensasi sama sekali, dan juga tidak diakui secara resmi.
- Secara keseluruhan, BBC berhasil memverifikasi 82 kematian dengan bukti konkret, setelah menemui lebih dari 100 keluarga di 11 negara bagian India yang mengaku kehilangan kerabat dalam tragedi tersebut.
Ini artinya, jumlah kematian yang ditemukan BBC lebih dari dua kali lipat dari angka resmi yang diumumkan pemerintah.
Kisah di Balik Kompensasi Diam-diam: Keluarga Tara Devi
Salah satu kasus yang ditemukan BBC adalah keluarga Tara Devi, seorang wanita berusia 62 tahun. Pada 25 Maret, tim polisi berpakaian preman dari UP tiba di rumah keluarganya di Gopalganj, Bihar, membawa tumpukan uang tunai.
Dhananjay Gond, putra Tara Devi, menceritakan pengalamannya:
“Ibu saya Tara Devi dan saya pergi ke Kumbh Mela untuk mandi suci. Ibu saya meninggal. Petugas dari UP datang dan memberi kami 500.000 rupee. Kami telah menerimanya.”
Uang tunai 500.000 rupee (sekitar Rp 96 juta) yang mereka terima itu disebut sebagai cicilan pertama dari total 2,5 juta rupee (sekitar Rp 480 juta) yang dijanjikan kepada keluarga korban. Namun, Dhananjay mengaku belum menerima sisa 2 juta rupee lainnya.
Yang lebih mencengangkan, dalam banyak kasus pembayaran parsial ini, para pejabat meminta keluarga untuk menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa kematian kerabat mereka disebabkan oleh masalah kesehatan, padahal keluarga bersikeras bahwa korban meninggal karena desak-desakan. Ini diduga dilakukan untuk menekan jumlah kematian resmi, karena pemerintah UP biasanya tidak memberikan kompensasi untuk kematian yang disebabkan oleh “penyakit alami” selama festival.
Empat Lokasi Desak-desakan Berbeda, Bukan Hanya Satu
Pemerintah UP, melalui Menteri Utama Yogi Adityanath, mengklaim bahwa hanya ada satu insiden desak-desakan yang terjadi di lokasi Sangam Nose—titik pertemuan tiga sungai suci: Ganga, Yamuna, dan Saraswati.
Namun, investigasi BBC menemukan bukti adanya empat lokasi desak-desakan terpisah di Prayagraj pada 29 Januari:
- Sangam Nose
- Sisi Jhusi dari Samudrakup Chauraha
- Airavat Marg
- Mukti Marg Chauraha dekat Gerbang Kalpavriksha
Penemuan ini didasarkan pada rekonstruksi detail kejadian dari kesaksian keluarga dan saksi mata, termasuk waktu keberangkatan korban, waktu kejadian desak-desakan, landmark di dekat lokasi, dan jarak dari tempat mandi suci.
Menariknya, sebagian besar kasus kompensasi penuh (2,5 juta rupee) mencantumkan lokasi kematian sebagai “Ward No. 7, Fort Cantt, Prayagraj,” sekitar 1,5 km dari Sangam Nose. Sementara itu, kasus yang menerima 500.000 rupee sebagian besar menyebutkan “Sektor-20 atau Sektor-21, area Kumbh Mela, Jhusi.” Beberapa keluarga ini bersikeras bahwa kerabat mereka juga meninggal di dekat Sangam Nose, tetapi sertifikat kematian mereka salah mencantumkan Jhusi—kemungkinan untuk mengecilkan skala tragedi di sana.
Perjuangan Keluarga Korban Mencari Keadilan dan Kompensasi Penuh
Kisah-kisah pilu para keluarga korban menjadi inti dari investigasi ini. Banyak dari mereka harus menghadapi kesulitan luar biasa setelah tragedi:
- Menunggu Berjam-jam dengan Jenazah: Kusum Devi, istri Panne Lal Sahni, menceritakan suaminya meninggal sekitar pukul 8 pagi pada 29 Januari.
> “Orang-orang melangkahi tubuhnya. Saya duduk di bawah sinar matahari dengan jenazahnya sampai pukul 4 sore. Tidak ada yang memberi kami air.”
Kisah serupa juga dialami Archana Singh, tetangga Meena Pandey, yang duduk menjaga jenazah Meena di lokasi kejadian selama tujuh jam. - Minimnya Bantuan dan Fasilitas: Meskipun pemerintah mengklaim memiliki 2.750 CCTV yang dilengkapi AI, 50.000 personel keamanan, drone, dan ambulans, banyak kerabat mengatakan tidak ada bantuan yang tiba.
- Kesulitan Mendapatkan Dokumen Resmi: Bhagirathi Gond, putra Shyamlal Gond, harus menunggu empat bulan untuk mendapatkan akta kematian ayahnya. Rumah sakit awalnya tidak mau memberikan dokumen resmi dan hanya memintanya membawa pulang jenazah. Hingga kini, keluarga Shyamlal masih menunggu kompensasi.
Tanggapan Minim dari Pemerintah dan Aparat Berwenang
BBC berulang kali mencoba menghubungi para pejabat pemerintah UP, termasuk departemen informasi dan hakim distrik, untuk mendapatkan komentar terkait temuan ini. Meskipun ada janji dari kantor hakim distrik, tidak ada panggilan yang diatur. Upaya untuk menghubungi kepala polisi UP juga tidak dijawab, sementara komisaris polisi Prayagraj saat insiden, Tarun Gaba, dan petugas Mela, Vijay Kiran Anand, menolak untuk menjawab pertanyaan.
Keheningan ini menambah daftar panjang pertanyaan yang belum terjawab seputar tragedi di Festival Kumbh Mela dan menyoroti kurangnya transparansi dari pihak berwenang India.
Singkatnya, investigasi BBC ini membuka mata kita pada sebuah fakta pilu: ada lebih banyak nyawa yang hilang dalam tragedi Kumbh Mela daripada yang diakui pemerintah. Kisah-kisah pilu keluarga korban yang berjuang mendapatkan keadilan dan kompensasi penuh menjadi pengingat pentingnya transparansi dan akuntabilitas. Semoga temuan ini bisa mendorong penyelidikan lebih lanjut dan memastikan hak-hak para korban terpenuhi, agar tragedi serupa tidak terulang dan setiap nyawa yang hilang mendapatkan pengakuan yang layak.
FAQ
Tanya: Mengapa ada perbedaan antara jumlah korban resmi dan temuan BBC?
Jawab: BBC menemukan bahwa pemerintah secara resmi hanya mengakui 37 kematian, namun ada 26 kasus tambahan yang menerima kompensasi tanpa diakui resmi, serta 18 kematian lain yang tidak diakui maupun diberi kompensasi.
Tanya: Apa saja temuan utama dari investigasi BBC mengenai kematian di Festival Kumbh Mela?
Jawab: Investigasi BBC mengungkap bahwa jumlah korban tewas akibat desak-desakan jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dirilis pemerintah. BBC menemukan adanya kompensasi yang diberikan kepada keluarga korban yang kematiannya tidak diakui secara resmi.
Tanya: Mengapa temuan BBC ini dianggap penting?
Jawab: Temuan ini penting karena menyoroti isu transparansi dan keadilan bagi keluarga korban yang mungkin terabaikan. Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang akurasi data resmi yang disampaikan oleh pemerintah.