Autopsi Ungkap Penyebab Kematian Juliana, Pendaki Brasil yang Jatuh di Rinjani

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Kesehatan

Kabar duka menyelimuti dunia pendakian dan masyarakat internasional setelah Juliana Marins (27), seorang pendaki asal Brasil, ditemukan meninggal dunia usai terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berbagai spekulasi sempat muncul mengenai penyebab kematiannya. Namun, kini titik terang telah hadir.

Autopsi Ungkap Penyebab Kematian Juliana, Pendaki Brasil yang Jatuh di Rinjani

Artikel ini akan mengupas tuntas hasil autopsi yang dilakukan oleh tim dokter forensik, menjelaskan secara gamblang apa yang sebenarnya menyebabkan Juliana meninggal dunia. Dengan membaca artikel ini, Anda akan mendapatkan informasi yang akurat dan terverifikasi mengenai insiden tragis ini, sekaligus memahami fakta-fakta medis di baliknya.

Kronologi Nahas Juliana di Gunung Rinjani

Juliana Marins dilaporkan terjatuh ke jurang saat mendaki puncak Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun pada Sabtu, 21 Juni 2025. Lokasi jatuhnya berada di kawasan Cemara Tunggal, sebuah area yang dikenal dengan medannya yang terjal dan menantang.

Setelah pencarian intensif yang terkendala cuaca ekstrem dan kabut tebal, tim SAR gabungan berhasil mendeteksi keberadaan Juliana pada Senin, 23 Juni 2025, di kedalaman sekitar 500 meter dari titik awal ia terjatuh. Sayangnya, upaya evakuasi menghadapi kesulitan luar biasa akibat kondisi medan yang sangat curam dan berbahaya.

Juliana akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Selasa, 24 Juni 2025, di kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir ia terlihat. Jenazah Juliana berhasil dievakuasi pada Rabu, 25 Juni 2025, tiga hari setelah insiden jatuhnya.

Hasil Autopsi: Luka Akibat Benturan Jadi Penyebab Utama

Untuk mengungkap penyebab pasti kematian Juliana, keluarga meminta dilakukan proses autopsi. Jenazah Juliana kemudian dibawa ke RSUD Bali Mandara, Denpasar, untuk menjalani pemeriksaan forensik.

Dokter forensik RSUP Prof. IGNG Ngoerah, Ida Bagus Putu Alit, yang menangani autopsi, mengungkapkan hasil yang mengejutkan dalam konferensi pers. Ia menyatakan bahwa Juliana meninggal dunia bukan karena hipotermia, melainkan akibat luka parah yang disebabkan oleh benturan keras.

“Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan perdarahan,” kata Dokter Ida Bagus Putu Alit.

Pernyataan ini menepis dugaan awal yang mungkin muncul, mengingat kondisi pegunungan yang dingin. Dokter Alit menjelaskan bahwa tanda-tanda hipotermia, seperti luka kehitaman atau kebiruan di ujung jari, sama sekali tidak ditemukan pada jenazah Juliana.

Hanya Bertahan 20 Menit: Detail Luka Fatal Juliana

Autopsi yang dilakukan oleh Dokter Ida Bagus Putu Alit juga memberikan gambaran jelas mengenai tingkat keparahan luka yang dialami Juliana. Korban mengalami cedera serius di beberapa bagian tubuh akibat benturan keras.

Detail luka-luka yang ditemukan meliputi:

  • Patah tulang: Tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha korban mengalami patah.
  • Kerusakan organ dalam: Patah tulang ini menyebabkan kerusakan parah pada organ-organ vital di dalam tubuh.
  • Pendarahan hebat: Ditemukan pendarahan masif, terutama di rongga dada dan perut.

Dokter Alit menambahkan bahwa Juliana diperkirakan hanya bertahan hidup dalam waktu yang sangat singkat setelah terjatuh.

“Kami tidak menemukan tanda bahwa korban itu meninggal dalam jangka waktu lama. Jadi kita perkiraan paling lama 20 menit setelah terjatuh,” ungkap Dokter Alit.

Ini berarti, kematian Juliana terjadi dengan sangat cepat setelah ia mengalami benturan fatal tersebut, akibat pendarahan hebat dan kerusakan organ dalam yang tidak bisa diatasi.

Tantangan Evakuasi dan Klarifikasi dari Pemandu

Proses evakuasi jenazah Juliana Marins menjadi sorotan publik, terutama di Brasil, karena memakan waktu beberapa hari. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman, menjelaskan bahwa medan yang sangat terjal dan perubahan cuaca yang ekstrem menjadi hambatan utama dalam operasi penyelamatan.

Sementara itu, Ali Musthofa (20), pemandu yang mendampingi Juliana, memberikan klarifikasi terkait dugaan ia meninggalkan korban.

“Sebenarnya saya tidak meninggalkannya (Juliana), tetapi saya menunggu tiga menit lebih dulu,” kata Ali Musthofa.

Ali menjelaskan bahwa ia menyarankan Juliana untuk beristirahat karena terlihat kelelahan, sementara ia bersama rombongan lain berjalan lebih dulu. Setelah 15-30 menit Juliana tak kunjung menyusul, Ali kembali mencarinya dan akhirnya melihat cahaya senter serta mendengar suara permintaan tolong dari jurang sedalam sekitar 150 meter. Ia kemudian segera menghubungi pihak berwenang untuk meminta bantuan tim SAR.

Kesimpulan

Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani adalah sebuah tragedi yang menyisakan duka mendalam. Hasil autopsi telah memberikan kejelasan bahwa penyebab utama kematiannya adalah kekerasan tumpul yang menyebabkan patah tulang, kerusakan organ dalam, dan pendarahan hebat, bukan hipotermia. Ia diperkirakan hanya bertahan hidup selama 20 menit setelah jatuh.

Untuk informasi lebih mendalam, Anda bisa merujuk ke artikel berikut: Hasil Autopsi Juliana Marins Terungkap: Meninggal 20 Menit Setelah Jatuh di Rinjani.

Kasus ini menjadi pengingat akan bahaya dan tantangan yang melekat pada aktivitas pendakian gunung, terutama di medan ekstrem seperti Gunung Rinjani. Penting bagi setiap pendaki untuk selalu mengutamakan keselamatan, mempersiapkan diri dengan baik, dan memahami risiko yang ada. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.

FAQ

Berikut adalah bagian FAQ untuk artikel “Autopsi Ungkap Penyebab Kematian Juliana, Pendaki Brasil yang Jatuh di Rinjani”:

Tanya: Siapa Juliana Marins yang meninggal di Gunung Rinjani?
Jawab: Juliana Marins adalah seorang pendaki wanita berusia 27 tahun asal Brasil yang dilaporkan meninggal dunia setelah terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani.

Tanya: Kapan dan di mana Juliana Marins terjatuh di Gunung Rinjani?
Jawab: Juliana Marins terjatuh ke jurang di kawasan Cemara Tunggal, jalur Sembalun, Gunung Rinjani pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Tanya: Apa hasil autopsi penyebab kematian Juliana Marins?
Jawab: Hasil autopsi yang dilakukan tim dokter forensik akan menjelaskan secara gamblang penyebab pasti kematian Juliana Marins akibat insiden tragis tersebut.

Tanya: Bagaimana kronologi penemuan jenazah Juliana Marins di Rinjani?
Jawab: Jenazah Juliana ditemukan pada Selasa, 24 Juni 2025, di kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir terlihat, setelah pencarian yang terkendala cuaca dan medan sulit.

Autopsi Ungkap Penyebab Kematian Juliana, Pendaki Brasil yang Jatuh di Rinjani - zekriansyah.com