Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda membayangkan ada sebuah penyakit yang diam-diam menggerogoti kesehatan jutaan orang di sekitar kita, tanpa banyak disadari? Itulah yang terjadi dengan hepatitis di Indonesia. Penyakit peradangan hati ini, terutama jenis B dan C, telah menjadi ancaman serius yang memprihatinkan, dengan jutaan orang diduga terinfeksi dan sebagian besar bahkan tidak menyadarinya. Artikel ini akan mengajak Anda memahami lebih dalam mengapa hepatitis begitu berbahaya, bagaimana penularannya, dan langkah-langkah penting untuk melindungi diri serta keluarga.
Jutaan Warga Indonesia Diduga Terinfeksi Hepatitis Tanpa Sadar, Ancaman Serius Bagi Kesehatan Liver.
Apa Itu Hepatitis dan Mengapa Berbahaya?
Hepatitis adalah kondisi peradangan pada hati, organ vital yang berperan besar dalam sistem pencernaan, penyaringan darah, hingga detoksifikasi racun di tubuh. Ada berbagai penyebab hepatitis, mulai dari infeksi virus (yang paling umum), konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, hingga kondisi medis lainnya. Dari berbagai jenis virus hepatitis (A, B, C, D, dan E), hepatitis B dan C menjadi sorotan utama karena seringkali bersifat kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang.
Dampaknya tidak main-main. Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi hepatitis B dan C kronis bisa berujung pada komplikasi serius seperti sirosis (pengerasan hati) dan bahkan kanker hati (karsinoma hepatoseluler/HCC). Prof. David H Muljono, Komite Ahli Hepatitis Kemenkes RI, mengingatkan bahwa banyak pasien kanker hati di Indonesia masih berusia muda, dan penyebabnya seringkali adalah infeksi hepatitis B menahun.
Data Mengkhawatirkan: Jutaan Kasus Tersembunyi di Indonesia
Situasi hepatitis di Indonesia memang mengkhawatirkan. Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan laporan Kementerian Kesehatan RI hingga Juli 2025, diperkirakan ada sekitar 6,7 juta penduduk Indonesia terinfeksi hepatitis B, dan tambahan 2,5 juta orang mengidap hepatitis C. Jika ditotal, angka ini mendekati 9 juta orang yang diduga terinfeksi hepatitis!
Yang lebih miris, sebagian besar dari mereka belum terdiagnosis dan belum mendapatkan pengobatan. Kondisi ini menjadikan hepatitis sebagai “silent pandemic” atau “silent killer” yang bergerak tanpa terdeteksi, seperti fenomena gunung es di mana yang terlihat hanya puncaknya saja. Banyak penderita baru menyadari ketika penyakit sudah berkembang parah, yaitu saat komplikasi serius seperti sirosis atau kanker hati sudah terjadi. Tentu saja, biaya pengobatan pada tahap ini akan jauh lebih besar dan dampaknya meluas tidak hanya pada pasien, tetapi juga keluarga dan negara.
Bagaimana Hepatitis Menular? Kenali Jalurnya!
Penularan hepatitis, khususnya jenis B dan C yang kronis, terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Berikut beberapa jalur penularan yang perlu Anda waspadai:
- Hubungan Seksual Tidak Aman: Berbagi cairan tubuh yang terinfeksi.
- Berbagi Jarum Suntik: Terutama di kalangan pengguna narkoba suntik.
- Transfusi Darah: Jika darah tidak disaring dengan baik (namun risiko ini sangat kecil di Indonesia saat ini karena skrining ketat).
- Penggunaan Alat Medis Tidak Steril: Seperti alat tato, tindik, atau alat cukur yang terkontaminasi.
- Penularan dari Ibu ke Bayi: Ini adalah jalur penularan hepatitis B yang paling tinggi di Indonesia. Virus dapat berpindah dari ibu hamil ke bayinya saat proses persalinan.
- Kontak Darah Lainnya: Misalnya melalui luka terbuka yang terpapar darah terinfeksi.
Penting untuk diingat, hepatitis B tidak menular melalui keringat, batuk, bersin, atau berbagi makanan dan minuman.
Pencegahan dan Deteksi Dini: Kunci Melawan Hepatitis
Mengingat bahaya dan sifatnya yang “diam-diam”, pencegahan dan deteksi dini hepatitis menjadi sangat krusial. Kabar baiknya, ada banyak upaya yang bisa kita lakukan:
- Vaksinasi Hepatitis B: Vaksin ini sangat efektif dan direkomendasikan terutama bagi bayi baru lahir (imunisasi HB0 dalam 24 jam pertama), serta kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan. Vaksinasi hepatitis B dapat memberikan kekebalan hingga 10 tahun.
- Skrining Dini: Lakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui status hepatitis Anda, terutama jika Anda termasuk kelompok berisiko tinggi. Deteksi dini sangat penting karena jika diketahui sejak awal, perkembangan penyakit menjadi sirosis atau kanker hati bisa dicegah.
- Pemberian Antivirus untuk Ibu Hamil: Kementerian Kesehatan terus meningkatkan layanan pemberian antivirus Tenofovir bagi ibu hamil dengan hepatitis B untuk mencegah penularan ke bayi.
- Pengobatan DAA untuk Hepatitis C: Untuk hepatitis C, tersedia obat Direct Acting Antiviral (DAA) yang mampu menyembuhkan lebih dari 95% pasien.
- Perilaku Hidup Sehat: Hindari berbagi jarum suntik, gunakan alat medis yang steril, dan praktikkan hubungan seksual yang aman.
Seperti yang disampaikan dr. Putut Bayu Purnama dari UGM, “Prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati,” mengingat biaya pengobatan hepatitis yang bisa sangat mahal.
Gerakan Bersama Menuju Indonesia Bebas Hepatitis 2030
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, telah berkomitmen untuk mengeliminasi hepatitis B dan C di Indonesia pada tahun 2030, sejalan dengan target global WHO. Ini adalah tugas besar yang tidak bisa diemban sendiri oleh pemerintah.
Dalam peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2025, Kementerian Kesehatan mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam eliminasi hepatitis melalui empat gerakan “Atasi”:
- Atasi ketidaktahuan dengan edukasi.
- Atasi keterlambatan diagnosis dengan skrining.
- Atasi akses terbatas dengan memperluas layanan gratis.
- Atasi stigma dengan empati dan solidaritas.
Prof. David H Muljono menegaskan, “Penanggulangan hepatitis bukan semata tanggung jawab Kemenkes atau dokter spesialis. Ini adalah tugas kita bersama. Mari kita putuskan penularan hepatitis baik secara vertikal maupun horizontal.”
Dengan kesadaran yang meningkat, deteksi dini, dan upaya pencegahan yang masif, kita bisa memutus rantai penularan dan mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, bebas dari ancaman hepatitis. Jangan biarkan jutaan orang diduga terinfeksi hepatitis terus hidup dalam bayang-bayang penyakit ini tanpa tindakan. Ambil peran Anda sekarang!
Simak ulasan lengkapnya dalam artikel terkait: waspada! jutaan warga
FAQ
Tanya: Apa saja jenis hepatitis yang paling berbahaya di Indonesia berdasarkan artikel ini?
Jawab: Hepatitis B dan C adalah jenis yang paling berbahaya karena seringkali bersifat kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang.
Tanya: Apa saja komplikasi serius yang dapat disebabkan oleh hepatitis B dan C kronis jika tidak ditangani?
Jawab: Komplikasi serius meliputi sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati (karsinoma hepatoseluler/HCC).
Tanya: Bagaimana cara penularan hepatitis B dan C yang perlu diwaspadai?
Jawab: Artikel ini belum merinci cara penularannya, namun umumnya penularan hepatitis B dan C terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh terinfeksi.