Yogyakarta, zekriansyah.com – Bayangkan jika sebagian besar tugas rutin dan membosankan dalam pekerjaan eksekutif bisa diselesaikan secara otomatis. Visi ini bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan prediksi serius dari Aravind Srinivas, CEO Perplexity, salah satu perusahaan rintisan AI terkemuka. Ia percaya bahwa agen AI yang semakin canggih akan mampu melakukan otomatisasi penuh pekerjaan eksekutif dalam waktu kurang dari setahun. Mari kita selami lebih dalam bagaimana teknologi ini bekerja dan apa artinya bagi masa depan pekerjaan kita.
CEO Perplexity, Aravind Srinivas, memprediksi agen AI canggih akan mengotomatisasi penuh pekerjaan eksekutif dalam waktu singkat, mengungguli teknologi “Comet” yang mampu menangani tugas kompleks seperti rekrutmen kandidat.
Mengenal Agen AI: Comet dari Perplexity
Sebelum kita membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu ‘agen AI’. Secara sederhana, agen AI adalah bentuk evolusi dari AI generatif yang mampu melakukan serangkaian operasi multi-tugas yang kompleks secara mandiri. Mereka tidak hanya merespons perintah, tetapi juga bisa merencanakan dan menjalankan langkah-langkah berurutan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perplexity, di bawah kepemimpinan Srinivas, sedang mengembangkan agen AI generasi berikutnya yang diberi nama Comet. Teknologi ini dirancang untuk tidak hanya memahami instruksi, tetapi juga menjalankan berbagai proses otomatis untuk mencapai hasil yang diinginkan pengguna. Ini adalah lompatan besar dari asisten AI biasa yang hanya menjawab pertanyaan.
Mengubah Pekerjaan Eksekutif: Contoh Nyata Otomatisasi AI
Srinivas memberikan gambaran konkret tentang bagaimana Comet dapat merevolusi berbagai peran, terutama di tingkat eksekutif. Salah satu contoh paling menonjol adalah di bidang rekrutmen. Bayangkan sebuah agen AI yang dapat menyusun daftar kandidat lulusan teknik terbaik dari universitas ternama, lengkap dengan riwayat pekerjaan mereka di perusahaan teknologi.
Tidak hanya itu, teknologi AI ini kemudian bisa mengumpulkan informasi kontak para kandidat, menyusun email personalisasi secara massal, dan bahkan mengintegrasikannya ke dalam Google Sheet, lengkap dengan tautan LinkedIn. Puncaknya, agen AI ini bisa menjadwalkan pertemuan informal dengan para kandidat tersebut. Proses rekrutmen AI yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu bisa diringkas hanya menjadi satu pekan saja, menunjukkan tingkat efisiensi yang luar biasa.
Selain rekrutmen, Comet juga dapat berfungsi sebagai asisten terintegrasi dengan aplikasi sehari-hari seperti Gmail dan Google Calendar. Agen AI ini mampu mengelola penjadwalan rapat, mengakses dan memperbarui aplikasi pengolah data (spreadsheet), menindaklanjuti kandidat, hingga memberikan pengingat penting. Semua tugas ‘membosankan’ ini bisa diambil alih oleh AI, membebaskan waktu manusia untuk fokus pada hal-hal yang lebih strategis dan kreatif dalam pekerjaan eksekutif.
Visi Masa Depan: Lebih Banyak Waktu untuk Manusia?
Dalam visi Aravind Srinivas, kemajuan teknologi AI ini akan membuat manusia memiliki lebih banyak waktu luang. Pekerjaan yang sifatnya berulang dan membosankan akan diselesaikan oleh mesin, sementara kita bisa bersantai, menelusuri media sosial, atau melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Optimisme ini didasari keyakinan bahwa model penalaran AI seperti GPT-5 atau Claude 4.5 akan semakin canggih.
Srinivas bahkan sangat yakin bahwa dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun ke depan, agen AI akan mampu melakukan semua tugas yang ia contohkan. Ini menunjukkan betapa cepatnya laju inovasi dalam dunia kecerdasan buatan, terutama dalam pengembangan Large Language Model (LLM) yang menjadi fondasinya. LLM, dengan miliaran parameternya, memang dirancang untuk memahami, menghasilkan, dan memanipulasi bahasa manusia dalam skala besar, memungkinkan kemampuan ‘few-shot’ atau ‘zero-shot learning’ yang sangat fleksibel.
Di Balik Hype: Tantangan dan Realitas Otomatisasi AI
Namun, di balik optimisme tentang otomatisasi penuh pekerjaan eksekutif oleh agen AI, ada beberapa tantangan dan realitas yang perlu kita pahami. Sejarah menunjukkan bahwa adopsi AI tidak selalu mulus, bahkan ada beberapa kasus kegagalan yang cukup menyita perhatian publik.
Salah satu isu paling besar adalah fenomena ‘halusinasi’ pada AI, di mana model menghasilkan informasi yang tidak akurat atau sepenuhnya palsu. Contohnya adalah kasus chatbot McDonald’s yang salah menerima pesanan atau asisten virtual Air Canada yang memberikan informasi keliru, bahkan sampai berujung pada gugatan hukum. Para ahli mengakui bahwa halusinasi AI ini kemungkinan besar tidak akan sepenuhnya hilang, menjadikannya risiko yang perlu dikelola.
Selain itu, beberapa perusahaan yang mencoba mengadopsi pendekatan ‘AI-first’ secara agresif, seperti Klarna, justru harus merekrut kembali tenaga kerja manusia setelah menyadari bahwa layanan yang diberikan oleh chatbot berkualitas rendah. Bahkan ada kasus startup yang mengklaim menggunakan AI untuk otomatisasi, namun pada kenyataannya menggunakan ratusan manusia di balik layar. Ini memunculkan pertanyaan menarik: apakah ancaman nyata bagi masa depan pekerjaan adalah AI itu sendiri, atau justru keputusan manusia dalam mengimplementasikannya tanpa pertimbangan matang?
Kesimpulan
Visi CEO Perplexity, Aravind Srinivas, tentang agen otomatisasi penuh pekerjaan eksekutif memang terdengar ambisius dan mungkin sedikit menakutkan bagi sebagian orang. Namun, ini juga membuka peluang besar untuk efisiensi dan inovasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Meskipun ada tantangan dan pelajaran berharga dari kegagalan implementasi AI di beberapa perusahaan, arah pergerakan teknologi ini sudah sangat jelas.
Masa depan pekerjaan kemungkinan besar akan melibatkan sinergi yang lebih erat antara manusia dan teknologi AI. Bukan tentang penggantian total, melainkan bagaimana kita bisa memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengambil alih tugas-tugas yang membosankan dan berulang, sehingga manusia bisa berfokus pada pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, empati, pemikiran strategis, dan pengambilan keputusan kompleks. Kesiapan kita untuk beradaptasi dan terus belajar akan menjadi kunci untuk menavigasi era baru ini dengan sukses.
FAQ
Tanya: Apa itu agen AI dan bagaimana perbedaannya dengan AI generatif biasa?
Jawab: Agen AI adalah evolusi AI generatif yang dapat melakukan serangkaian operasi multi-tugas kompleks secara mandiri, tidak hanya merespons perintah tetapi juga merencanakan dan menjalankan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
Tanya: Kapan tepatnya otomatisasi penuh pekerjaan eksekutif oleh agen AI akan terjadi?
Jawab: CEO Perplexity memprediksi otomatisasi penuh pekerjaan eksekutif oleh agen AI akan terjadi dalam waktu kurang dari setahun.
Tanya: Apa contoh konkret bagaimana agen AI dapat mengotomatisasi pekerjaan eksekutif?
Jawab: Agen AI seperti Comet dari Perplexity dapat mengotomatisasi berbagai proses seperti merencanakan dan menjalankan tugas-tugas kompleks untuk mencapai hasil yang diinginkan pengguna.