Carlo Pernat Akui Strategi Gigi Dall’Igna Rekrut Marc Marquez di Ducati Memang Jitu!

Dipublikasikan 28 Juli 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sangka, keputusan berani Ducati merekrut Marc Marquez yang sempat menuai kontroversi, kini justru diakui sebagai langkah paling jitu? Adalah Carlo Pernat, manajer veteran di paddock MotoGP yang sangat dihormati, yang kini secara terang-terangan mengakui bahwa strategi Gigi Dall’Igna dalam merekrut Marc Marquez memanglah tepat sasaran. Awalnya, Pernat adalah salah satu kritikus utama, namun kini ia tak bisa membantah fakta di lapangan.

Carlo Pernat Akui Strategi Gigi Dall'Igna Rekrut Marc Marquez di Ducati Memang Jitu!

Carlo Pernat mengakui strategi Gigi Dall’Igna merekrut Marc Marquez di Ducati terbukti jitu dan berhasil menepis keraguan awal.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa Pernat akhirnya berubah pikiran, strategi cerdik di balik keputusan Ducati, dan bagaimana dominasi Marc Marquez telah membuktikan semua keraguan itu salah. Siap-siap, karena cerita di balik layar MotoGP ini penuh dengan intrik dan visi jauh ke depan!

Awalnya Ragu, Kini Pernat Beri Pujian Setinggi Langit

Ketika rumor hingga pengumuman resmi tentang kepindahan Marc Marquez ke tim pabrikan Ducati untuk musim 2025 beredar, banyak pihak terkejut. Termasuk Carlo Pernat, yang dikenal vokal dan jujur dalam pandangannya.

Mengapa Pernat Sempat Kritis?

Pada awalnya, Pernat tidak segan melontarkan kritik pedas. Baginya, langkah Ducati merekrut Marc Marquez adalah sebuah “pengkhianatan” terhadap filosofi yang selama ini mereka jalankan. Ducati dikenal sebagai pabrikan yang gigih dalam mengembangkan talenta muda lokal, seperti Francesco Bagnaia, Jorge Martin, dan Enea Bastianini. Strategi ini terbukti sukses membawa Bagnaia meraih gelar juara dunia.

Pernat bahkan menyoroti konsekuensi dari keputusan berani ini: Ducati harus merelakan Jorge Martin pindah ke Aprilia, Enea Bastianini ke Tech3 KTM, bahkan tim satelit lama mereka, Pramac, beralih ke Yamaha. “Saya tidak akan melakukannya, mengingat strategi yang digunakan belakangan ini berhasil,” ujar Pernat kala itu. Ia merasa melepas pembalap muda berusia 26-27 tahun demi merekrut pembalap berusia 31 tahun (Marquez) adalah langkah yang dipertanyakan.

Pengakuan Jujur dari Sang Veteran

Namun, waktu dan hasil di lintasan berbicara lain. Dalam wawancara terbarunya dengan MOW Magazine, Carlo Pernat akhirnya mengakui kekeliruannya. Ia dengan lapang dada menyatakan, “harus dikatakan bahwa Gigi Dall’Igna benar. Angka dan hasil berbicara sendiri.” Ini adalah pengakuan besar dari seorang pengamat yang awalnya skeptis, menunjukkan betapa meyakinkannya performa Marquez dan visi Ducati.

Visi Jauh ke Depan Gigi Dall’Igna: Bukan Sekadar Motor Sempurna

Lalu, apa yang membuat Gigi Dall’Igna, General Manager Ducati Corse, begitu yakin dengan keputusannya merekrut Marc Marquez, bahkan jika itu berarti mengorbankan pembalap muda berbakat lainnya? Menurut Carlo Pernat, Dall’Igna memiliki pandangan yang jauh ke depan.

Dall’Igna disinyalir menyadari bahwa proyek Desmosedici GP24 telah mencapai puncaknya. Ada kemungkinan besar bahwa motor GP25 tidak akan menjadi peningkatan yang signifikan, bahkan mungkin mengalami kemunduran teknis. Di sinilah peran Marc Marquez menjadi krusial.

“Gigi mungkin tahu bahwa di luar GP24, mustahil untuk ditingkatkan dan sangat mudah untuk mengalami kemunduran,” jelas Pernat. “Jadi, ia mencari pembalap yang dapat membuat perbedaan. Ini bukan berarti motor itu dibuat untuk Marquez — itu kesalahpahaman — tetapi karena mereka tahu mereka mengambil risiko kemunduran teknis, mereka memilih pembalap yang mampu maju dua langkah sendiri.”

Ini menunjukkan bahwa strategi Gigi Dall’Igna bukan hanya tentang memiliki motor tercepat, tetapi juga memiliki pembalap yang bisa mengkompensasi potensi stagnasi atau kemunduran teknis motor. Sebuah langkah cerdas untuk memastikan Ducati tetap di puncak, apa pun yang terjadi pada pengembangan motor.

Dominasi Marc Marquez: Bukti Nyata Strategi Jitu

Dan hasilnya? Tidak ada yang bisa membantah dominasi Marc Marquez di paruh pertama musim MotoGP 2025. Ia telah membuktikan bahwa keputusan Ducati merekrutnya adalah langkah yang paling tepat.

  • Performa Tak Tertandingi: Marquez telah memenangkan 19 dari 24 balapan yang digelar sejauh ini (11 balapan Sprint dan 8 Grand Prix).
  • Puncak Klasemen: Ia memimpin klasemen dengan mengumpulkan 381 poin, unggul jauh 120 poin dari saudaranya, Alex Marquez.
  • Chemistry Luar Biasa: Gigi Dall’Igna sendiri memuji “kimia” antara Marc Marquez dan motor GP25-nya. Ia menggambarkan penampilan Marquez sebagai “berkelas, cerdas, dan elegan,” yang mampu memaksimalkan setiap situasi, baik dalam kondisi kering maupun basah.
  • Gaya Balap Halus: Pembalap lain, seperti Marco Bezzecchi, bahkan mengakui keunggulan gaya balap Marquez yang “sangat halus,” terutama dalam hal traksi dan membawa kecepatan tinggi di tikungan.

Di sisi lain, Francesco Bagnaia, yang diproyeksikan menjadi rival utama Marquez, justru kesulitan dengan bagian depan GP25. Ia hanya meraih satu kemenangan dan satu pole position sejauh ini, tertinggal 168 poin dari Marquez. Ini semakin memperjelas mengapa Carlo Pernat mengakui strategi Gigi Dall’Igna merekrut Marc Marquez adalah keputusan yang brilian.

Dampak Luas Keputusan Berani Ducati

Meskipun harus merelakan beberapa talenta dan tim satelit, keputusan Ducati ini telah membuahkan hasil yang manis. Mereka tidak hanya mengamankan pembalap terkuat di grid, tetapi juga mempertahankan dominasi mereka di MotoGP. Buktinya, lima pembalap Ducati berada di enam posisi teratas klasemen, dan enam di sepuluh besar. Ini menunjukkan kedalaman dan kekuatan yang luar biasa dari pabrikan asal Borgo Panigale tersebut.

Kesimpulan

Perjalanan Marc Marquez ke tim pabrikan Ducati adalah salah satu kisah paling menarik di MotoGP musim ini. Apa yang awalnya dipandang sebagai langkah kontroversial, bahkan dikritik oleh veteran sekelas Carlo Pernat, kini terbukti sebagai mahakarya strategi dari Gigi Dall’Igna. Pengakuan Carlo Pernat mengakui strategi Gigi Dall’Igna merekrut Marquez ini menjadi penegasan bahwa terkadang, keluar dari zona nyaman dan mengambil risiko besar bisa berbuah manis. Visi Dall’Igna untuk mencari pembalap yang bisa “membuat perbedaan” dan “maju dua langkah sendiri” telah terbayar lunas, mengukuhkan dominasi Ducati di panggung balap motor dunia.

Ini adalah pelajaran berharga bahwa dalam kompetisi tingkat tinggi, terkadang keberanian untuk berpikir di luar kebiasaan adalah kunci menuju kesuksesan yang tak terbantahkan!