Pernahkah Kamu Menyesal Setelah Mengirim Pesan? Yuk, Kenali Fenomena ‘Message Regret’!

Dipublikasikan 13 Agustus 2025 oleh admin
Media sosial

Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa di antara kita yang belum pernah merasakan momen canggung setelah menekan tombol kirim pesan? Rasanya seperti ada tangan tak terlihat yang langsung menarik kembali pesan itu, tapi sudah terlambat. Entah itu pesan emosional ke mantan, komentar bercanda yang salah kaprah, atau bahkan chat yang nyasar ke grup yang salah. Perasaan menyesal mengirim pesan ini punya nama, lho! Para peneliti menyebutnya sebagai fenomena ‘message regret’.

Pernahkah Kamu Menyesal Setelah Mengirim Pesan? Yuk, Kenali Fenomena 'Message Regret'!

Penyesalan usai mengirim pesan kini semakin umum terjadi di era digital, dipicu oleh impulsivitas emosional dan kecepatan komunikasi daring.

Fenomena ini ternyata sangat umum terjadi, apalagi di era serba digital seperti sekarang. Sebuah laporan dari Pew Research Center bahkan menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat pernah merasakan penyesalan setelah mengirim pesan digital. Dengan semakin populernya aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Telegram, atau Instagram DM, di mana pesan bisa terkirim hanya dengan satu sentuhan jari, tak heran jika fenomena message regret ini semakin sering kita alami.

Mengapa Kita Sering Menyesal Setelah Mengirim Pesan?

Berbeda dengan komunikasi tatap muka di mana kita punya waktu sejenak untuk mempertimbangkan kata-kata sebelum bicara, di dunia digital, jarak antara pikiran dan pengiriman pesan sangatlah tipis. Ini yang seringkali menjadi pemicu utama penyesalan pesan digital.

Pengaruh Emosi yang Kuat

Salah satu alasan terbesar di balik munculnya message regret adalah faktor emosional. Saat kita sedang marah, sedih, terlalu gembira, atau bahkan cemas, bagian otak yang mengatur logika cenderung “kalah” oleh bagian yang memproses emosi. Akibatnya, keputusan yang kita ambil, termasuk saat mengetik dan mengirim pesan, menjadi lebih impulsif. Pesan yang dikirim dalam kondisi emosi yang meluap-luap seringkali menjadi chat yang disesali di kemudian hari.

Ilusi “Hapus Pesan untuk Semua Orang”

Mungkin kamu berpikir, “Ah, tinggal dihapus saja!” Memang, banyak aplikasi pesan kini menawarkan fitur “hapus pesan untuk semua orang” atau “unsend”. Namun, penelitian dari University of Vienna menemukan bahwa fitur ini tidak sepenuhnya menghilangkan rasa malu atau penyesalan. Mengapa? Karena sebagian besar penerima sudah membaca pesan tersebut, atau setidaknya menerima notifikasi pratinjau sebelum pesan itu benar-benar dihapus. Jadi, “jejak” pesan yang terlanjur terkirim itu seringkali tetap ada.

Tips Jitu Menghindari Fenomena Message Regret

Meskipun menyesal mengirim pesan adalah hal yang manusiawi, kita bisa meminimalkan kemungkinan terjadinya. Para pakar menyarankan beberapa trik sederhana namun efektif:

1. Terapkan “Aturan 10 Detik”

Ini adalah tips paling ampuh untuk menghindari pesan impulsif. Sebelum menekan tombol kirim, cobalah untuk:

  • Tarik napas dalam-dalam.
  • Hitung dalam hati sampai sepuluh.
  • Pertimbangkan kembali: Apakah pesan ini benar-benar perlu dikirim sekarang? Apa dampaknya nanti? Apakah ada cara yang lebih baik untuk menyampaikannya?

Langkah sederhana ini memberi otakmu jeda sejenak untuk memproses dan mengambil keputusan yang lebih rasional, bukan hanya berdasarkan emosi sesaat.

2. Jangan Chat Saat Emosi Memuncak

Jika kamu sedang sangat marah, sedih, atau frustasi, tunda dulu keinginan untuk menulis pesan penting, apalagi yang sifatnya konfrontatif. Tunggu sampai emosimu sedikit reda dan kamu bisa berpikir lebih jernih. Mungkin kamu bisa menulis draf pesan di catatan ponsel terlebih dahulu, lalu membacanya ulang saat sudah lebih tenang.

3. Periksa Kembali Penerima Pesan

Sebelum mengirim, selalu luangkan waktu sedetik untuk memastikan kamu mengirim pesan ke orang atau grup yang tepat. Kesalahan kecil ini bisa berujung pada chat yang disesali karena informasi salah kirim atau konteks yang melenceng.

Kesimpulan

Fenomena ‘message regret’ adalah bagian tak terpisahkan dari komunikasi digital kita. Hampir setiap orang pernah merasakan betapa tidak nyamannya menyesal setelah mengirim pesan. Namun, dengan sedikit kesadaran dan menerapkan “aturan 10 detik” sebelum menekan tombol kirim, kita bisa lebih bijak dalam berkomunikasi. Ingatlah, kata-kata yang sudah terkirim, sama seperti anak panah yang melesat dari busurnya, sulit untuk ditarik kembali. Jadi, mari berlatih untuk selalu berpikir sebelum mengetik, agar komunikasi kita lebih efektif dan minim penyesalan!