Waspada! **Leptospirosis di Kulonprogo 2025** Terdeteksi 34 Kasus, 5 Nyawa Petani Melayang

Dipublikasikan 24 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar duka datang dari Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama tahun 2025 ini, kasus leptospirosis ditemukan di Kulonprogo mencapai angka yang cukup mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan ada 34 kasus positif, dan yang lebih memprihatinkan, lima orang di antaranya meninggal dunia. Mayoritas korban leptospirosis di Kulonprogo adalah para petani, sebuah fakta yang perlu kita perhatikan bersama.

Waspada! **Leptospirosis di Kulonprogo 2025** Terdeteksi 34 Kasus, 5 Nyawa Petani Melayang

Waspada penyebaran leptospirosis di Kulonprogo, 34 kasus terdeteksi sepanjang 2025, merenggut 5 nyawa petani, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan.

Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai sebaran kasus, penyebab utama, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa kita lakukan. Yuk, simak agar kita semua lebih waspada dan terlindungi dari penyakit kencing tikus ini!

Lonjakan Kasus Leptospirosis: Siapa Paling Rentan?

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo melaporkan bahwa dari 12 kapanewon yang ada, hanya Kapanewon Lendah yang tidak ditemukan kasus leptospirosis. Artinya, hampir seluruh wilayah Kulonprogo berisiko.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Perlindungan Penyakit Dinkes Kulonprogo, Arief Musthofa, wilayah dengan temuan kasus tertinggi adalah Kapanewon Nanggulan dengan 10 kasus, diikuti Girimulyo dengan sembilan kasus.

Data Kasus dan Kematian Leptospirosis di Kulonprogo (Per Juli 2025)

Kapanewon Terkena Jumlah Kasus Kematian
Nanggulan 10 2
Girimulyo 9 1
Panjatan (termasuk 34 total) 1
Wates (termasuk 34 total) 1
Total Kulonprogo 34 5

*Data berdasarkan laporan Dinkes Kulonprogo per 24 Juli 2025.

“Paling rentan kena leptospirosis petani,” ujar Arief Musthofa. Ia menambahkan bahwa Nanggulan dan Girimulyo merupakan satu kesatuan fokus epidemiologi leptospirosis karena sangat erat kaitannya dengan aktivitas para petani di sawah. Kecenderungan ini diperkuat karena pada Februari lalu, Kulonprogo memasuki masa panen yang dilanjutkan dengan penanaman padi, membuat petani lebih sering berinteraksi dengan lingkungan yang berisiko.

Menariknya, kasus ini lebih dominan menyerang laki-laki, mencapai 76 persen, dibandingkan perempuan yang hanya 24 persen. Hal ini mungkin berkaitan dengan dominasi laki-laki dalam pekerjaan di sektor pertanian.

Mengenal Leptospirosis: Gejala dan Penularan

Leptospirosis, atau yang sering disebut penyakit kencing tikus, adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini umumnya ditularkan melalui urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus.

Bagaimana Bakteri Ini Menyerang?

Bayangkan saja, tikus yang terinfeksi buang air kecil di area persawahan atau genangan air yang kotor. Nah, bakteri Leptospira ini kemudian terbawa dalam air atau tanah yang tercemar. Jika kita memiliki luka terbuka di kulit (sekecil apa pun) atau bakteri masuk melalui selaput lendir (mata, hidung, mulut) saat bersentuhan dengan air atau tanah yang terkontaminasi, maka infeksi bisa terjadi.

Gejala awal leptospirosis seringkali mirip dengan penyakit flu biasa, yaitu diawali dengan demam tinggi dan sakit di bagian betis. Ini yang seringkali membuat banyak orang terlambat menyadari bahwa mereka terinfeksi. Padahal, jika tidak ditangani dengan cepat, leptospirosis bisa menyerang organ vital seperti ginjal dan pembuluh saraf paru-paru, bahkan bisa berujung pada kematian.

Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo, Sri Budi Utami, menjelaskan bahwa tingkat fatalitas kasus leptospirosis tergolong tinggi. Meskipun demikian, Pemkab Kulonprogo belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). “Kami tidak menetapkan KLB, tetapi kewaspadaan perlu ditingkatkan,” ungkapnya, menjelaskan bahwa lima kasus kematian tersebut terindikasi terpapar leptospirosis namun juga memiliki riwayat penyakit lainnya.

Langkah Pencegahan untuk Masyarakat

Meskipun kasus leptospirosis di Kulonprogo 2025 ini cukup mengkhawatirkan, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah penularannya. Pencegahan adalah kunci!

  1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD): Bagi para petani atau siapa pun yang sering beraktivitas di sawah atau tempat becek, sangat disarankan untuk menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. Terutama jika ada luka di tangan atau kaki, jangan pernah menunda memakai pelindung!
  2. Jaga Kebersihan Lingkungan: Pastikan rumah dan lingkungan sekitar bebas dari tikus. Simpan makanan dan minuman dalam wadah tertutup rapat. Kelola sampah rumah tangga dengan baik dan higienis agar tidak menjadi sarang tikus.
  3. Hati-hati Saat Beraktivitas di Area Lembap: Jika harus beraktivitas di tempat basah atau becek, seperti saat membersihkan selokan, setelah banjir, atau memancing di kali, selalu gunakan alas kaki dan cuci tangan serta kaki dengan sabun setelahnya.
  4. Segera Periksa ke Fasilitas Kesehatan: Jika merasakan gejala seperti demam tinggi yang tidak kunjung reda, nyeri otot (terutama betis), sakit kepala, atau mata menguning, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Gejala yang tidak spesifik seringkali membuat penanganan terlambat, padahal deteksi dini sangat krusial.

“Untuk menghindari leptospirosis bagi para petani datang ke sawah agak siang agar bakteri leptospirosis berkurang. Kalau ada luka di tangan atau kaki jangan ke sawah ketika harus ke sawah dengan luka harus pakai alat pelindung diri,” saran Arief Musthofa.

Kesimpulan: Mari Bersama Tingkatkan Kewaspadaan

Meningkatnya kasus leptospirosis di Kulonprogo selama 2025 ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Penyakit ini memang berbahaya, apalagi jika terlambat ditangani, namun sangat bisa dicegah dengan langkah-langkah sederhana.

Mari kita tingkatkan kewaspadaan, sebarkan informasi ini kepada keluarga dan tetangga, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi seperti para petani. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama melindungi diri dan komunitas dari ancaman leptospirosis. Kesehatan kita, tanggung jawab kita!

FAQ

Tanya: Apa itu leptospirosis dan bagaimana cara penularannya?
Jawab: Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menyebar melalui kontak dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus.

Tanya: Mengapa petani lebih rentan terkena leptospirosis di Kulonprogo?
Jawab: Petani lebih rentan karena sering beraktivitas di sawah atau lingkungan yang berpotensi terkontaminasi urine tikus, yang merupakan sumber utama penularan penyakit ini.

Tanya: Apa saja gejala leptospirosis yang perlu diwaspadai?
Jawab: Gejala leptospirosis meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mata merah, hingga penyakit kuning dan gagal ginjal pada kasus yang parah.

Tanya: Bagaimana cara mencegah penularan leptospirosis di Kulonprogo?
Jawab: Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi, menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan alas kaki saat beraktivitas di luar ruangan, dan mengendalikan populasi tikus.