Kisah Haru Bunda Avi: Bagaimana Ia **Baru Tahu Alami Kanker Serviks** Setelah Bertahun-tahun Abaikan Gejala

Dipublikasikan 19 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kesehatan adalah harta paling berharga, namun seringkali kita baru menyadarinya setelah sesuatu yang serius terjadi. Kisah Bunda Avi, seorang ibu yang baru tahu alami kanker serviks setelah mengalami keguguran, menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua. Ceritanya bukan hanya tentang perjuangan melawan penyakit, tapi juga tentang pentingnya mendengarkan tubuh dan tidak menunda pemeriksaan kesehatan. Mari kita selami perjalanan Avi, pelajaran berharga apa yang bisa kita petik agar kita bisa lebih peka terhadap sinyal tubuh dan mengambil tindakan pencegahan sejak dini.

Kisah Haru Bunda Avi: Bagaimana Ia **Baru Tahu Alami Kanker Serviks** Setelah Bertahun-tahun Abaikan Gejala

Bunda Avi baru mengetahui alami kanker serviks setelah bertahun-tahun mengabaikan gejala, menegaskan pentingnya kesadaran kesehatan dan pemeriksaan rutin.

Awal Mula Gejala yang Terabaikan

Avi Grant-Noonan, nama yang mungkin belum familiar bagi sebagian dari kita, kini berbagi kisahnya untuk meningkatkan kesadaran akan kanker serviks. Perjalanan panjangnya dimulai jauh sebelum diagnosis. Setelah melahirkan putrinya di tahun 2007, Avi menyadari ada yang tidak biasa pada siklus tubuhnya. Ia tidak lagi mengalami menstruasi selama berbulan-bulan. Namun, yang lebih mengkhawatirkan, ia justru mengalami perdarahan abnormal yang terjadi terus-menerus. Gejala ini berlangsung selama bertahun-tahun.

Ia sempat memeriksakan diri ke dokter kandungan, namun saat itu sang dokter mengatakan bahwa ia tidak perlu khawatir. Dengan putrinya yang berkebutuhan khusus dan membutuhkan perhatian ekstra, Avi pun memilih untuk mengesampingkan masalah kesehatannya sendiri. Ia bahkan melewatkan beberapa pemeriksaan Pap smear rutin yang seharusnya dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks. Gejala ini berlangsung selama bertahun-tahun, menjadi ‘pembunuh diam-diam’ yang perlahan menggerogoti tubuhnya tanpa disadari.

Titik Balik Setelah Keguguran dan Diagnosis Mengejutkan

Tahun 2019 menjadi titik balik bagi Avi. Ia mengalami keguguran, sebuah peristiwa yang mengguncang dan akhirnya mendorongnya untuk lebih memprioritaskan kesehatan diri. “Tubuh saya seperti memberi tahu saya, untuk mencari tahu apa yang terjadi,” kenang Avi. Perasaan tidak enak badan semakin kuat, ia merasa ada yang salah dan menyadari telah mengabaikan banyak gejala.

Pencarian jawaban pun dimulai. Pada tahun 2020, Avi sempat menjalani dua kali pemeriksaan Pap smear, namun hasilnya menunjukkan negatif kanker serviks. Ini adalah contoh betapa sulitnya mendeteksi penyakit ini hanya dengan satu metode. Barulah pada tahun 2021, setelah dokter melakukan kolposkopi—yaitu pemeriksaan vagina dengan alat pembesar untuk menemukan area sel yang mencurigakan—diagnosis kanker serviks akhirnya terungkap. Avi, di usia 34 tahun, atau 14 tahun setelah gejala perdarahan abnormal pertama muncul, divonis kanker serviks stadium tiga.

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV) yang dapat menyebar melalui hubungan seks. Proses perkembangan sel menjadi kanker bisa memakan waktu hingga 10-15 tahun, dan selama itu seringkali tanpa gejala mencolok. Inilah mengapa skrining serviks sangat krusial untuk mengidentifikasi sel-sel prakanker sejak dini.

Perjuangan Melawan Kanker Serviks Stadium Tiga

Setelah diagnosis yang mengejutkan, Avi segera berkonsultasi dengan dokter kandungan onkologi. Prosesnya berjalan sangat cepat, serangkaian pemeriksaan mendalam seperti pemindaian PET, MRI, dan CT Scan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kanker telah menyebar. “Awalnya, dokter mengira itu stadium satu. Tapi ternyata, saya sudah stadium tiga,” ujar Avi.

Kanker serviks stadium tiga berarti sel kanker telah menyebar ke jaringan di sekitar serviks, vagina, bahkan dinding panggul. Ini tentu menjadi pukulan berat. Salah satu dampak paling menyakitkan bagi Avi adalah kenyataan bahwa pengobatan yang harus ia jalani membuatnya tidak dapat menyimpan sel telurnya, yang berarti kehilangan kesuburan di usia 35 tahun. “Mengetahui kalau saya akan kehilangan kesuburan di usia 35 tahun benar-benar pukulan berat bagi saya,” katanya.

Dalam waktu tiga bulan yang intens, Avi menjalani serangkaian pengobatan berat, meliputi:

  • Empat putaran kemoterapi
  • 52 putaran radiasi eksternal
  • Lima putaran radiasi internal (brakiterapi)

Pengobatan ini berakhir pada 5 November 2021. Kabar baiknya, pada Januari 2022, dokter tidak menemukan tanda-tanda adanya penyakit di dalam tubuh Avi, dan ia dinyatakan dalam masa remisi selama dua tahun.

Pelajaran Penting dari Kisah Bunda Avi

Kisah perjalanan Bunda Avi yang baru tahu alami kanker serviks ini adalah pengingat yang sangat kuat bagi kita semua. Ada beberapa poin penting yang bisa kita petik:

  • Jangan Abaikan Gejala Sekecil Apapun: Perdarahan abnormal di luar siklus menstruasi, kelelahan berlebihan, atau nyeri yang tidak biasa adalah sinyal tubuh yang harus diperhatikan. Seperti yang dialami Avi, gejala bisa terabaikan bertahun-tahun.
  • Pentingnya Skrining Rutin: Meskipun Pap smear Avi sempat negatif, kolposkopi akhirnya mengungkap kebenaran. Jangan lewatkan Pap smear rutin atau pemeriksaan deteksi dini lainnya, terutama jika Anda memiliki faktor risiko.
  • Vaksinasi HPV: Infeksi HPV adalah penyebab utama kanker serviks. Vaksinasi HPV adalah langkah pencegahan yang sangat efektif dan dianjurkan untuk melindungi diri dari virus ini.
  • Advokasi Diri Sendiri: Jika Anda merasa ada yang tidak beres dengan tubuh Anda dan jawaban dokter pertama tidak memuaskan, jangan ragu untuk mencari opini kedua atau ketiga. Anda mengenal tubuh Anda lebih baik dari siapa pun.
  • Dukungan Keluarga dan Semangat Juang: Perjuangan melawan kanker tidaklah mudah, namun dukungan dari orang terdekat dan semangat untuk sembuh sangatlah krusial, seperti yang ditunjukkan oleh Bunda Avi.

Kesimpulan

Kisah cerita Bunda Avi baru tahu alami kanker serviks ini menggarisbawahi realitas bahwa kanker seringkali merupakan ‘pembunuh diam-diam’. Namun, dengan kesadaran, deteksi dini, dan semangat pantang menyerah, harapan untuk sembuh selalu ada. Mari jadikan pengalaman Avi sebagai motivasi untuk lebih peduli pada kesehatan diri, melakukan pemeriksaan rutin, dan tidak pernah menunda jika ada gejala yang mencurigakan. Ingat, kesehatan Anda adalah prioritas utama. Jangan biarkan kisah serupa terulang pada diri Anda atau orang-orang yang Anda sayangi.