Kanker Ovarium: ‘Pembunuh Senyap’ yang Jadi Penyebab Kematian Tertinggi pada Wanita

Dipublikasikan 24 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Bagi para wanita, menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting. Namun, ada satu ancaman serius yang seringkali datang tanpa disadari: kanker ovarium. Penyakit ini sering dijuluki “pembunuh senyap” karena gejalanya yang samar di awal, dan sayangnya, ia telah dinobatkan sebagai penyebab kematian tertinggi di antara seluruh jenis kanker ginekologi.

Kanker Ovarium: 'Pembunuh Senyap' yang Jadi Penyebab Kematian Tertinggi pada Wanita

Kanker ovarium, dijuluki ‘pembunuh senyap’, menjadi penyebab kematian tertinggi pada wanita di Indonesia akibat diagnosis stadium lanjut dan tingkat kekambuhan yang tinggi.

Situasi di Indonesia pun tak kalah mencemaskan. Data dari World Cancer Research Fund menunjukkan bahwa negara kita masuk dalam 10 besar dunia untuk kasus kanker ovarium, dengan lebih dari 15.000 kasus baru terdeteksi setiap tahunnya. Ini artinya, kesadaran dan pemahaman tentang penyakit ini menjadi sangat krusial. Mari kita selami lebih dalam mengapa kanker ovarium begitu mematikan dan bagaimana kita bisa menghadapinya.

Mengapa Kanker Ovarium Begitu Mematikan?

Salah satu alasan utama mengapa kanker ovarium sangat berbahaya adalah sifatnya yang “licik”. Gejala awal penyakit ini cenderung tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai keluhan biasa, seperti kembung atau gangguan pencernaan ringan. Akibatnya, mayoritas pasien baru terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut, yaitu stadium tiga atau empat.

“Kebanyakan pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium akhir, sehingga penanganan yang diperlukan sudah melibatkan operasi besar atau kemoterapi,” ungkap dr. Muhammad Yusuf, Sp. OG (K) Onk, seorang dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Onkologi.

Bahkan setelah menjalani kemoterapi awal, ancaman kekambuhan penyakit ini terbilang sangat tinggi, bisa mencapai 70 persen dalam tiga tahun pertama. Kondisi ini membuat perjuangan melawan kanker ovarium stadium lanjut menjadi lebih kompleks dan memerlukan perhatian ekstra.

Mengenali Tanda-tanda Awal yang Sering Terabaikan

Meskipun gejalanya samar, ada beberapa tanda yang perlu Anda waspadai, terutama jika berlangsung terus-menerus selama lebih dari dua minggu:

  • Kembung atau perut terasa penuh
  • Nyeri panggul atau nyeri perut bagian bawah
  • Sering buang air kecil
  • Perubahan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
  • Perubahan siklus haid
  • Penurunan berat badan tanpa sebab jelas

Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini adalah kunci untuk meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.

Siapa Saja yang Berisiko? Pahami Faktor-faktornya

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ovarium. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu Anda lebih waspada:

  • Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama di atas 50 tahun.
  • Riwayat Keluarga: Memiliki kerabat tingkat pertama (ibu, saudari, anak perempuan) yang menderita kanker ovarium atau kanker payudara.
  • Mutasi Gen: Adanya mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2.
  • Riwayat Reproduksi: Wanita yang tidak pernah hamil, memulai menstruasi pada usia dini, atau mengalami menopause terlambat.
  • Kondisi Medis Lain: Memiliki riwayat endometriosis atau penggunaan terapi hormon jangka panjang.

Pentingnya Deteksi Dini dan Langkah Diagnostik

Karena gejalanya yang seringkali tidak spesifik, deteksi dini kanker ovarium menjadi tantangan. Namun, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan jika dokter mencurigai adanya kelainan:

  • USG Transvaginal: Untuk melihat struktur ovarium dan mendeteksi adanya massa atau kista mencurigakan.
  • Tes Penanda Tumor (CA-125): Mengukur kadar protein tertentu yang sering meningkat pada pasien kanker ovarium. Namun, tes ini bukan satu-satunya penentu diagnosis.
  • CT Scan atau MRI: Digunakan untuk melihat sejauh mana penyebaran kanker di dalam rongga perut atau organ lain.
  • Biopsi: Pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan di laboratorium adalah cara paling akurat untuk mengonfirmasi diagnosis dan menentukan jenis kanker.

Jika Anda memiliki faktor risiko atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan ke dokter spesialis kandungan. Pemeriksaan rutin, terutama bagi wanita usia di atas 40 tahun atau yang berisiko tinggi, sangat disarankan.

Perjalanan Pengobatan Kanker Ovarium

Pengobatan kanker ovarium umumnya sangat intensif, terutama jika terdeteksi pada stadium lanjut. Langkah utama yang sering diambil adalah pembedahan besar untuk mengangkat satu atau kedua ovarium, tuba falopi, rahim, serta semua jaringan kanker yang terlihat. Prosedur ini dikenal sebagai bedah sitoreduktif, bertujuan untuk menghilangkan sebanyak mungkin sel kanker.

Setelah operasi, pasien biasanya masih harus menjalani kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa. Dalam beberapa kasus, terapi target mungkin juga diberikan setelah kemoterapi, tergantung pada hasil pemeriksaan dokter.

Dr. Freddy, Direktur Medis Astrazeneca Indonesia, menekankan pentingnya perawatan yang terpersonalisasi. “Antisipasi terhadap kekambuhan memberikan peluang hidup yang lebih baik bagi pasien kanker ovarium,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa upaya berkelanjutan untuk mencegah kekambuhan sangat vital dalam menjaga kualitas hidup pasien. Dokter Spesialis Onkologi dari RSUP Persahabatan dr. Oni Khonsa, Sp.OG, Subsp. Onk, juga menjelaskan bahwa kanker, seperti penyakit kronis lainnya, dapat dikendalikan meskipun tidak selalu bisa “sembuh” total. Kekambuhan sangat erat kaitannya dengan stadium, jenis kanker, kondisi pasien, dan bagaimana pasien menjaga pola hidup yang baik.

Kesimpulan

Kanker ovarium adalah ancaman serius yang menuntut kewaspadaan tinggi dari setiap wanita. Statusnya sebagai penyebab kematian tertinggi di kategori kanker ginekologi harus menjadi pengingat bagi kita semua. Meskipun sering disebut “pembunuh senyap” karena gejalanya yang samar dan kecenderungan terdiagnosis pada stadium lanjut, bukan berarti kita tidak berdaya.

Dengan meningkatkan kesadaran akan gejala, memahami faktor risiko, dan segera melakukan pemeriksaan jika ada kecurigaan, peluang deteksi dini dan keberhasilan pengobatan dapat meningkat secara signifikan. Jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter. Kesehatan Anda adalah prioritas utama. Mari bersama-sama berjuang melawan kanker ovarium dengan informasi dan tindakan yang tepat.

FAQ

Tanya: Mengapa kanker ovarium disebut sebagai “pembunuh senyap”?
Jawab: Kanker ovarium disebut “pembunuh senyap” karena gejalanya di awal sangat samar dan sering disalahartikan sebagai keluhan biasa, sehingga diagnosis seringkali terlambat.

Tanya: Apa saja gejala awal kanker ovarium yang perlu diwaspadai?
Jawab: Gejala awal yang perlu diwaspadai meliputi kembung, nyeri panggul atau perut, kesulitan makan, dan sering buang air kecil.

Tanya: Kapan biasanya kanker ovarium terdeteksi?
Jawab: Mayoritas kasus kanker ovarium baru terdeteksi pada stadium lanjut, yaitu stadium tiga atau empat, karena gejala awalnya tidak spesifik.

Tanya: Seberapa umum kanker ovarium di Indonesia?
Jawab: Indonesia masuk dalam 10 besar dunia untuk kasus kanker ovarium, dengan lebih dari 15.000 kasus baru terdeteksi setiap tahunnya.