Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola seringkali penuh dengan kejutan, dan salah satu yang paling mencengangkan baru-baru ini adalah bagaimana masa jabatan Erik ten Hag di Bayer Leverkusen berakhir dengan begitu cepat. Bayangkan saja, seorang pelatih yang pernah sukses besar di Ajax dan memimpin Manchester United, tiba-tiba harus angkat kaki dari klub Bundesliga hanya dalam hitungan minggu. Ini bukan sekadar pergantian pelatih biasa, melainkan sebuah saga yang meninggalkan banyak pertanyaan dan menjadi rekor tersendiri.
Erik ten Hag hanya menjabat sebagai pelatih Bayer Leverkusen selama dua bulan, menimbulkan pertanyaan mengenai alasan di balik pemecatan mendadaknya pasca-menggantikan Xabi Alonso yang sukses.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami apa saja yang terjadi di balik layar, mengapa Erik ten Hag dipecat Bayer Leverkusen secepat kilat, dan pelajaran apa yang bisa kita petik dari episode singkat ini. Siap-siap, ceritanya lebih rumit dari sekadar hasil pertandingan di lapangan!
Awal yang Penuh Harapan, Berakhir Penuh Tanda Tanya
Ketika Erik ten Hag ditunjuk sebagai suksesor Xabi Alonso di Bayer Leverkusen pada Mei 2025, banyak harapan disematkan di pundaknya. Bagaimana tidak, ia datang menggantikan seorang pelatih yang baru saja menorehkan sejarah gemilang, membawa Leverkusen juara Bundesliga 2023-2024 tanpa terkalahkan.
Menggantikan Legenda, Memikul Beban Berat
Xabi Alonso, dengan gaya sepak bolanya yang menyerang dan karismanya yang kuat, telah mengangkat Bayer Leverkusen ke puncak kejayaan. Kepindahannya ke Real Madrid meninggalkan lubang besar yang harus diisi. Erik ten Hag yang dikontrak hingga 2027, dianggap memiliki profil dan pengalaman untuk melanjutkan estafet kesuksesan tersebut, apalagi setelah sebelumnya ia juga pernah menukangi klub-klub besar. Namun, tantangan yang dihadapinya jauh lebih berat dari yang dibayangkan.
Start Bundesliga yang Pahit
Masa jabatan Erik ten Hag di Bayer Leverkusen secara resmi dimulai pada 1 Juli 2025. Sebelum liga dimulai, ia sempat membawa tim meraih kemenangan meyakinkan 4-0 di ajang DFB-Pokal melawan tim kasta keempat, SG Sonnenhof Grossaspach. Namun, di panggung Bundesliga, cerita berubah drastis:
- Laga Perdana: Bayer Leverkusen dipermalukan di kandang sendiri, BayArena, dengan kalah 1-2 dari Hoffenheim.
- Laga Kedua: Tim berjuluk Die Schwarzroten ini ditahan imbang 3-3 oleh Werder Bremen, padahal sempat unggul dua gol dan bermain melawan 10 pemain lawan.
Dua hasil mengecewakan ini, ditambah serangkaian hasil minor di pramusim (termasuk kekalahan telak 1-5 dari Flamengo U-20), menjadi pemicu utama. Pada Senin, 1 September 2025, hanya setelah dua pertandingan liga, Bayer Leverkusen secara resmi mengumumkan pemecatan Erik ten Hag. Ini menjadikannya pelatih dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Liga Jerman, hanya sekitar 62 hari atau kurang dari sembilan minggu.
Badai di Balik Layar: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Keputusan kilat ini tentu bukan hanya karena dua hasil buruk di awal musim. Ada banyak faktor lain yang berkontribusi pada keretakan hubungan antara Erik ten Hag dan manajemen Bayer Leverkusen.
Eksodus Pemain Kunci dan Tantangan Rekrutmen
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Ten Hag adalah eksodus pemain kunci. Delapan pemain inti yang menjadi tulang punggung kesuksesan Xabi Alonso musim lalu meninggalkan klub, termasuk nama-nama besar seperti Florian Wirtz, Granit Xhaka, Jonathan Tah, Jeremie Frimpong, Odilon Kossounou, Amine Adli, Lukas Hradecky, dan Piero Hincapie.
Bayer Leverkusen memang menghabiskan sekitar 170 juta euro untuk mendatangkan lebih dari selusin pemain baru, termasuk beberapa pemain termahal dalam sejarah klub seperti Malik Tillman, Jarell Quansah, Eliesse Ben Seghir, dan Ezequiel Fernandez. Namun, Ten Hag merasa tidak sepenuhnya dilibatkan dalam proses rekrutmen ini. Contohnya, ia tidak diikutsertakan dalam negosiasi perekrutan Lucas Vazquez. Ia juga berselisih dengan klub mengenai keputusan melepas Granit Xhaka, yang menurutnya seharusnya dipertahankan.
Gesekan Internal dan Hilangnya Kepercayaan Ruang Ganti
Media Jerman melaporkan bahwa Erik ten Hag dengan cepat kehilangan kepercayaan internal dan tidak memiliki hubungan pribadi yang baik dengan para pemain. Beberapa insiden menyoroti hal ini:
- Perubahan Jadwal Pramusim: Ia tiba-tiba mengubah jadwal laga persahabatan melawan Flamengo U-20 empat hari lebih awal, yang berujung pada kekalahan telak 1-5.
- Kritik Kondisi Fisik Pemain: Ten Hag secara terbuka mengkritik kondisi fisik skuad, padahal ia sendiri yang memimpin pramusim. Hal ini justru dianggap kontraproduktif.
- Krisis Komunikasi: Kapten tim, Robert Andrich, setelah pertandingan melawan Werder Bremen, mempertanyakan komitmen dan kerja sama rekan setimnya, menyatakan “semua orang bermain untuk diri mereka sendiri.” Ten Hag sendiri kesal dengan perselisihan soal eksekusi penalti, menunjukkan para pemain tak mau menaati instruksinya.
- Minim Karisma: Dibandingkan Xabi Alonso yang berusaha keras memperbaiki bahasa Jermannya dan membangun wibawa, Ten Hag dianggap kesulitan meyakinkan pemain dengan ide-idenya, bahkan ceramah jelang laga disebut datar.
Direktur Olahraga Simon Rolfes bahkan mengakui bahwa di bawah Ten Hag, tim kurang mendapat kejelasan dan arahan.
Reaksi dan Penyesalan dari Kedua Belah Pihak
Pemecatan Erik ten Hag ini tentu saja menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak, baik dari sang pelatih maupun manajemen klub.
Kekecewaan Erik ten Hag
Erik ten Hag mengaku sangat terkejut dan sakit hati atas keputusan ini. Ia merasa dijadikan “kambing hitam” atas keterpurukan tim dan tidak diberi waktu serta kepercayaan yang cukup.
“Berpisah dengan pelatih setelah hanya dua pertandingan liga adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ten Hag melalui agensinya, SEG Football. “Keputusan itu adalah kejutan luar biasa bagi saya.”
Ia menambahkan, “Seorang pelatih baru berhak mendapatkan kebebasan untuk menerapkan visinya, menetapkan standar, membentuk tim, dan memberikan sentuhan pribadinya pada gaya bermain.”
Mengingat rekam jejaknya di Ajax Amsterdam dan Manchester United, Ten Hag menegaskan, “Klub-klub yang menaruh kepercayaan kepada saya telah diganjar dengan kesuksesan dan gelar.” Ia juga sempat berujar bahwa ia “bukan penyihir seperti Harry Potter” yang bisa langsung mengubah segalanya tanpa waktu.
Penjelasan Manajemen Leverkusen
Di sisi lain, manajemen Bayer Leverkusen juga merasa berat mengambil keputusan ini. Direktur Olahraga Simon Rolfes dan CEO Fernando Carro menegaskan bahwa langkah ini diperlukan demi masa depan klub.
“Keputusan ini tidak mudah bagi kami. Tak seorang pun ingin mengambil langkah ini,” ujar Simon Rolfes. “Namun, beberapa minggu terakhir menunjukkan bahwa membangun tim baru yang sukses dengan formasi ini tidak dapat dicapai secara efektif. Kami sangat yakin dengan kualitas tim kami dan sekarang akan melakukan segala yang kami bisa untuk melangkah lebih jauh.”
Fernando Carro menambahkan, “Perpisahan di awal musim ini memang menyakitkan, tetapi kami merasa itu perlu. Kami tetap berkomitmen untuk mencapai target kami musim ini — dan untuk itu, kami membutuhkan kondisi terbaik di semua level dan di seluruh tim utama.”
Mereka secara tidak langsung mengakui telah membuat kesalahan dalam merekrut Ten Hag, meskipun ia datang dengan optimisme penuh setelah masa jabatannya di Manchester United berakhir pada Oktober 2024.
Sebuah Rekor Singkat yang Penuh Pelajaran
Masa jabatan Erik ten Hag di Bayer Leverkusen yang hanya berlangsung 62 hari ini menjadi rekor terpendek di Bundesliga. Ini adalah pengingat betapa kejamnya dunia sepak bola modern, di mana kesabaran seringkali menjadi barang langka. Bagi Ten Hag, ini adalah pukulan telak yang kedua dalam waktu kurang dari setahun, setelah sebelumnya juga dipecat oleh Manchester United.
Kisah ini juga menyoroti kompleksitas transisi kepelatihan, terutama saat seorang pelatih harus menggantikan sosok legendaris dan menghadapi eksodus pemain kunci. Bayer Leverkusen kini menghadapi tugas besar untuk segera menemukan pengganti yang tepat agar target musim ini tidak melayang, sementara Ten Hag harus kembali merenungkan langkah selanjutnya dalam kariernya.
Kesimpulan
Masa jabatan Erik ten Hag di Bayer Leverkusen memang singkat, namun sarat akan pelajaran. Dari eksodus pemain, keretakan di ruang ganti, hingga hilangnya kepercayaan manajemen, semua faktor ini berkontribusi pada keputusan pemecatan Erik ten Hag yang mengejutkan. Ini bukan hanya tentang hasil di lapangan, tetapi juga tentang chemistry, visi, dan dinamika internal yang harus selaras.
Semoga kisah ini bisa menjadi cerminan bagi klub dan pelatih di masa depan. Kita tunggu saja, babak baru seperti apa yang akan dijalani oleh Erik ten Hag dan bagaimana Bayer Leverkusen akan bangkit dari episode singkat ini.