Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar mengenai peningkatan kasus campak di Kabupaten Sumenep belakangan ini memang cukup mengkhawatirkan. Penyakit yang disebabkan oleh virus rubela ini telah merenggut belasan nyawa, sebagian besar menimpa anak-anak di bawah usia lima tahun. Namun, di tengah situasi yang menantang ini, ada secercah harapan: Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep pastikan stok vaksin campak aman dan siap untuk program imunisasi massal.
Dinkes Sumenep tegaskan stok vaksin campak aman jelang imunisasi massal untuk tangkal wabah yang telah memakan korban jiwa.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa campak kembali merebak di Sumenep, serta langkah cepat apa yang diambil pemerintah daerah, termasuk jaminan ketersediaan vaksin campak dan pelaksanaan imunisasi massal yang akan segera dimulai. Mari kita pahami bersama agar bisa melindungi keluarga dan komunitas kita dari ancaman penyakit ini.
Sumenep dalam Bayangan Campak: Angka Kasus yang Mengkhawatirkan
Situasi campak di Sumenep memang sedang tidak baik-baik saja. Pemerintah Kabupaten Sumenep bahkan telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB campak) sejak Agustus 2025. Data menunjukkan peningkatan yang signifikan:
- Pada pekan pertama Agustus 2025, tercatat 1.548 kasus campak.
- Angka ini melonjak menjadi 2.035 kasus pada pekan kedua Agustus 2025, artinya ada penambahan hampir 500 kasus dalam waktu kurang dari seminggu.
- Secara keseluruhan, sejak Januari hingga Agustus 2025, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep mencatat 1.944 kasus, dengan 12 anak meninggal dunia.
Mayoritas penderita adalah anak-anak usia di bawah lima tahun, kelompok yang memang paling rentan terhadap infeksi virus ini. Campak bukan penyakit ringan; jika terlambat ditangani, bisa memicu komplikasi serius seperti pneumonia, diare berat, hingga kerusakan otak yang berujung fatal.
Akar Masalah: Mengapa Campak Kembali Merebak?
Lonjakan kasus ini tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang turut berperan, di antaranya:
- Cakupan Imunisasi Belum Merata: Banyak anak yang melewatkan jadwal vaksinasi campak selama pandemi COVID-19 karena pembatasan kegiatan posyandu. Akibatnya, anak-anak usia 3-5 tahun saat ini tidak memiliki kekebalan yang cukup.
- Penolakan dan Persepsi Salah: Masih ada sebagian masyarakat yang menolak imunisasi karena anggapan anak akan rewel, sakit, atau bahkan isu kehalalan yang tidak berdasar.
- Kurangnya Kesadaran: Sebagian warga masih menganggap campak sebagai penyakit biasa, sehingga sering menunda pencarian pertolongan medis.
- Faktor Lingkungan: Kondisi cuaca “kemarau basah” juga disebut turut mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh anak-anak, membuat mereka lebih rentan terinfeksi.
Kabar Baik dari Dinkes Sumenep: Stok Vaksin Campak Aman Terkendali!
Di tengah tantangan ini, Dinkes P2KB Sumenep memberikan kabar baik yang menenangkan. Mereka pastikan stok vaksin campak aman untuk kebutuhan program pencegahan yang masif.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, menegaskan bahwa informasi ketersediaan vaksin sudah didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi. Tim dari Sumenep bahkan sudah bergerak cepat menjemput pasokan vaksin ke Surabaya.
“Alhamdulillah, kemarin kami sudah dapat informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi bahwa stok vaksin campak untuk pelaksanaan ORI sudah tersedia,” ujar Syamsuri. Ia menambahkan, jumlah vaksin yang diterima mencapai sekitar 18 ribu vial, yang setara dengan lebih dari 80 ribu dosis. Jumlah ini sudah disesuaikan dengan target sasaran imunisasi massal di Sumenep.
Strategi “Bom Air” Imunisasi: ORI Campak di Sumenep Siap Digulirkan
Untuk memutus mata rantai penyebaran campak, Dinkes Sumenep akan menggelar program Outbreak Response Immunization (ORI) atau yang diibaratkan sebagai “pemadam kebakaran” untuk merespons wabah.
Program imunisasi massal ini akan dilaksanakan serentak pada 25 Agustus 2025 dan berlangsung selama tiga pekan. Targetnya mencakup sekitar 78.590 anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Vaksinasi akan dilakukan di 26 puskesmas yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan Sumenep.
Achmad Syamsuri juga meyakinkan bahwa persiapan teknis, mulai dari pemetaan lokasi hingga perencanaan mikro, sudah dilakukan secara matang. “Teman-teman tenaga kesehatan persiapannya sudah matang, tinggal pelaksanaannya saja,” katanya. Penting juga untuk diketahui, anak-anak yang terlewat jadwal vaksinasi selama ORI akan tetap menjadi sasaran dan akan disisir kembali oleh petugas kesehatan.
Kolaborasi dan Edukasi: Kunci Lawan Campak Bersama
Upaya penanggulangan campak ini tidak bisa hanya diemban oleh satu pihak. Dinkes P2KB Sumenep telah menjalin koordinasi erat dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Jawa Timur, WHO, dan UNICEF. Bahkan, Kementerian Kesehatan berencana mengirimkan tim untuk penyelidikan epidemiologi dan mendampingi pelaksanaan survei cepat.
Edukasi kepada masyarakat juga menjadi sangat krusial. Tokoh masyarakat, seperti KH Naqib Hasan dari Pondok Pesantren Annuqayah, menekankan bahwa imunisasi saja tidak cukup. Pemahaman masyarakat tentang penyakit campak, gejala, dan cara pengobatan yang tepat harus ditingkatkan untuk menghilangkan stigma dan penolakan terhadap imunisasi.
Pemerintah mengimbau seluruh masyarakat untuk segera membawa anak-anak mereka ke posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi campak dan mencegah penyebaran virus lebih luas. Jangan tunda pengobatan jika muncul gejala campak pada anak.
Kesimpulan
Situasi KLB campak di Sumenep memang menjadi perhatian serius, namun dengan kepastian stok vaksin campak aman dan kesiapan Dinkes Sumenep menggelar imunisasi massal melalui program ORI, diharapkan kasus dapat ditekan secara signifikan. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang terpenting, partisipasi aktif orang tua, adalah kunci untuk melindungi anak-anak kita dari ancaman campak. Mari bersama-sama sukseskan program imunisasi ini demi Sumenep yang lebih sehat!