Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda bertanya-tanya, apa sih rahasia di balik senyum ceria anak-anak yang tumbuh sehat dan aktif? Salah satu jawabannya ada pada perlindungan awal yang seringkali luput dari perhatian: imunisasi dasar lengkap. Di tengah hiruk pikuk informasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Besar kembali menegaskan betapa krusialnya program ini untuk melindungi buah hati kita dari berbagai penyakit menular yang berbahaya.
Dinkes Aceh Besar menekankan pentingnya imunisasi dasar lengkap sebagai benteng perlindungan masa depan anak dari penyakit yang dapat dicegah, walau masih ada tantangan dalam pencapaian cakupan optimal.
Artikel ini akan mengajak Anda menyelami mengapa imunisasi dasar sangat penting, tantangan apa saja yang dihadapi di lapangan, dan bagaimana Dinkes Aceh Besar berjuang keras memastikan setiap anak di bumi Serambi Mekkah ini mendapatkan haknya untuk sehat. Yuk, simak sampai tuntas agar kita semua makin paham dan bisa jadi bagian dari solusi!
Imunisasi: Perisai Awal untuk Masa Depan Anak Aceh Besar
Bayangkan imunisasi sebagai sebuah perisai tak terlihat yang melindungi anak-anak kita dari serangan musuh tak kasat mata, yaitu virus dan bakteri penyebab penyakit. Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Besar, Neli Ulfiati SKM MPH, menegaskan bahwa imunisasi bukan sekadar program biasa, melainkan hak dasar setiap anak. “Imunisasi adalah bentuk perlindungan jangka panjang terhadap anak-anak kita dari penyakit berbahaya seperti polio, campak, TBC, hepatitis, dan difteri,” ujarnya.
Lebih dari sekadar perlindungan individu, imunisasi juga membentuk kekebalan komunitas atau herd immunity. Artinya, jika sebagian besar masyarakat sudah kebal, penyebaran penyakit akan sangat sulit terjadi, sehingga turut melindungi mereka yang tidak bisa diimunisasi karena kondisi medis tertentu. Ini adalah wujud gotong royong kita dalam menjaga kesehatan bersama.
Tantangan di Lapangan: Mengapa Cakupan Imunisasi Belum Optimal?
Meskipun manfaatnya luar biasa, perjalanan program imunisasi di Aceh Besar tidak selalu mulus. Data menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap di Aceh Besar masih di bawah target nasional. Pada tahun 2024, capaian baru menyentuh angka 25 persen, dan hingga pertengahan tahun 2025, angka ini baru mencapai 14 persen dari target 80 persen hingga akhir tahun. Angka ini tentu menjadi perhatian serius.
Lalu, apa saja kendalanya? Neli Ulfiati menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman masyarakat serta beredarnya hoaks dan informasi keliru tentang vaksin. “Masih ada masyarakat yang ragu karena informasi yang tidak benar. Inilah pentingnya edukasi dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama agar masyarakat tidak termakan hoaks,” tegasnya.
Kurangnya imunisasi juga berisiko meningkatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti polio, difteri, dan campak. Bahkan, imunisasi yang tidak lengkap juga bisa meningkatkan risiko stunting pada anak, karena penyakit infeksi dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting untuk pertumbuhan optimal.
Mengenal Lebih Dekat Vaksin dan Keamanannya
Mungkin ada di antara kita yang masih ragu soal keamanan vaksin. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Besar, Ns Rina Karmila SKep MKep, menjamin bahwa seluruh vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional telah melalui uji klinis ketat dan mendapatkan izin dari lembaga kredibel seperti WHO dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Semua vaksin yang diberikan dalam program ini aman dan sudah terbukti efektif. Jangan ragu. Justru dengan imunisasi, kita mencegah munculnya wabah dan bisa menyelamatkan banyak nyawa,” tegas Rina.
Imunisasi dasar lengkap terdiri dari beberapa jenis vaksin yang diberikan secara bertahap sesuai usia anak. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Hepatitis B (HB0): Diberikan segera setelah lahir, mencegah kerusakan hati serius.
- BCG: Mencegah penyakit tuberkulosis (TBC).
- DPT-HB-Hib: Kombinasi vaksin untuk mencegah Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia dan Meningitis akibat kuman Hib.
- Polio (tetes dan suntik): Mencegah lumpuh layu.
- Campak-Rubella (MR): Mencegah campak yang bisa menyebabkan komplikasi berat, dan rubella yang berbahaya bagi ibu hamil.
Pemberian vaksin ini dimulai sejak bayi baru lahir hingga usia dua tahun, ditambah dengan imunisasi booster untuk menjaga daya tahan tubuh tetap optimal. “Imunisasi harus lengkap dan tepat waktu. Tidak cukup hanya satu atau dua jenis vaksin. Kombinasi dan jadwal yang tepat adalah yang memberikan perlindungan maksimal,” jelas Rina.
Strategi Dinkes Aceh Besar: Merangkul Masyarakat hingga Pelosok
Dinkes Aceh Besar tidak tinggal diam menghadapi tantangan ini. Berbagai strategi percepatan telah disusun untuk menjangkau masyarakat, bahkan hingga ke pelosok gampong. Salah satunya adalah program imunisasi jemput bola dan sweeping imunisasi. “Kami turun langsung ke lapangan, mengunjungi rumah-rumah warga bersama tim puskesmas dan kader. Dengan cara ini, anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi bisa segera dilayani tanpa harus menunggu datang ke fasilitas kesehatan,” papar Neli.
Selain itu, kolaborasi lintas sektor juga diperkuat. Dinkes menggandeng puskesmas, posyandu, aparatur gampong, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga sekolah dan PAUD/TK untuk menjadi agen edukasi. Sosialisasi intensif dilakukan melalui berbagai media dan pendekatan door-to-door. “Dengan kerja sama semua pihak, insyaAllah kita bisa mencapai target cakupan. Ini adalah kerja bersama, bukan hanya tugas dinas kesehatan semata,” imbuh Neli.
Dukungan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sangat penting. Berdasarkan Fatwa MUI Nomor 04 Tahun 2016, imunisasi diperbolehkan (mubah) sebagai upaya membangun kekebalan tubuh, bahkan bisa menjadi wajib jika tidak imunisasi menyebabkan risiko kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen. Ini menegaskan bahwa imunisasi sejalan dengan prinsip Islam yang mengutamakan kemaslahatan dan pencegahan bahaya.
Ajakan untuk Generasi Aceh Besar yang Sehat dan Tangguh
Imunisasi adalah investasi tak ternilai untuk masa depan anak-anak kita. Dengan melindungi mereka dari penyakit berbahaya, kita sedang membangun generasi yang lebih sehat, cerdas, dan tangguh. Ini adalah fondasi penting untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
Neli Ulfiati mengajak seluruh masyarakat Aceh Besar untuk berperan aktif dalam menyukseskan program imunisasi ini. “Anak-anak adalah aset masa depan. Mari kita jaga mereka dari ancaman penyakit yang bisa dicegah. Imunisasi bukan pilihan, tapi keharusan demi generasi Aceh Besar yang sehat, cerdas, dan tangguh,” pungkasnya penuh harap.
Mari bersama-sama wujudkan Aceh Besar yang sehat dengan memastikan setiap anak mendapatkan hak imunisasi dasarnya. Dengan begitu, kita tidak hanya melindungi satu anak, tapi seluruh komunitas, dan pada akhirnya, masa depan bangsa.
FAQ
Tanya: Apa saja penyakit berbahaya yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar lengkap?
Jawab: Imunisasi dasar lengkap dapat melindungi anak dari penyakit berbahaya seperti polio, campak, TBC, hepatitis, dan difteri.
Tanya: Mengapa imunisasi dasar lengkap disebut sebagai “hak dasar setiap anak”?
Jawab: Imunisasi dasar lengkap merupakan hak dasar karena memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kesehatan anak dari ancaman penyakit menular.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan “kekebalan komunitas” atau herd immunity terkait imunisasi?
Jawab: Kekebalan komunitas terbentuk ketika sebagian besar masyarakat sudah diimunisasi, sehingga dapat melindungi mereka yang tidak bisa diimunisasi sekalipun.