Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar baik datang dari Kabupaten Lebak, Banten, terkait penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak mencatat penurunan signifikan jumlah kasus DBD dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, kewaspadaan tetap harus tinggi, terutama di beberapa wilayah yang masih menjadi penyumbang kasus terbanyak.
Meskipun kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lebak dilaporkan menurun, lima puskesmas ini tetap menjadi fokus utama kewaspadaan pemerintah daerah.
Artikel ini akan mengupas tuntas kondisi terkini DBD di Lebak, lima puskesmas yang mencatat kasus tertinggi, serta langkah-langkah pencegahan efektif yang bisa kita lakukan bersama. Mari kita simak agar kita semua bisa terhindar dari penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti ini.
Lebak Berhasil Menurunkan Angka Kasus DBD, Tapi Kewaspadaan Tetap Penting
Tahun 2025 membawa angin segar bagi Kabupaten Lebak dalam upaya pengendalian DBD. Data dari Dinkes Lebak menunjukkan, dari Januari hingga Agustus 2025, tercatat 543 kasus DBD dengan satu korban meninggal dunia. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2024 yang mencapai 3.038 kasus dan merenggut 10 nyawa. Penurunan ini adalah hasil kerja keras Dinkes dan masyarakat dalam mengantisipasi penyebaran penyakit.
Meski begitu, Plt Kepala Dinkes Lebak, Endang Komarudin, mengingatkan bahwa ancaman DBD belum sepenuhnya sirna. Musim kemarau basah yang berpotensi memicu lonjakan kasus baru memerlukan kewaspadaan ekstra. Oleh karena itu, Dinkes Lebak telah menginstruksikan seluruh 43 puskesmas di wilayahnya untuk siaga dan terus mengintensifkan upaya pencegahan.
Lima Puskesmas dengan Kasus DBD Tertinggi di Lebak
Dari total 543 kasus yang tercatat hingga Agustus 2025, ada lima puskesmas yang mendominasi jumlah pasien DBD. Wilayah-wilayah ini menjadi fokus perhatian karena kepadatan penduduk dan potensi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang lebih tinggi.
Berikut adalah lima puskesmas di Lebak yang mencatat kasus DBD tertinggi:
No. | Puskesmas | Jumlah Kasus (Jan-Agustus 2025) |
---|---|---|
1 | Rangkasbitung | 63 |
2 | Malingping | 42 |
3 | Bayah | 39 |
4 | Maja | 36 |
5 | Cimarga | 34 |
Puskesmas Rangkasbitung, yang merupakan wilayah perkotaan dan endemis, menempati urutan pertama dengan 63 kasus. Ini menunjukkan bahwa wilayah padat penduduk memang lebih berisiko tinggi terhadap penularan. Berbanding terbalik, ada juga empat puskesmas yang berhasil mencatat nol kasus DBD, yaitu Puskesmas Cisimeut, Cirinten, Cigemblong, dan Cilograng. Ini bisa menjadi contoh baik dalam penerapan upaya pencegahan yang optimal.
Kunci Pencegahan: Gerakan 3M Plus dan Peran Aktif Masyarakat
Mencegah DBD sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan, asalkan kita konsisten dan bekerja sama. Dinkes Lebak tak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk aktif melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin.
Kepala Seksi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Lebak, Rohmat Puji Raharjo, menekankan pentingnya gotong royong. “Kami meyakini kegiatan gotong royong dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan mengubur, menimbun, serta menutup (3M) barang bekas serta pemberian abate di bak mandi akan mampu memutus mata rantai penularan kasus DBD,” ujarnya.
Gerakan 3M Plus adalah langkah efektif yang meliputi:
- Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi, tandon air, atau vas bunga setidaknya seminggu sekali.
- Menutup rapat semua wadah penampungan air.
- Mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air hujan dan menjadi sarang nyamuk.
- Plus langkah tambahan seperti menggunakan losion anti nyamuk, menaburkan larvasida (abate) di tempat penampungan air yang sulit dikuras, memelihara ikan pemakan jentik, serta memasang kawat kasa di ventilasi rumah.
Dinkes juga mendorong program “Satu Rumah Satu Jumantik” agar setiap keluarga memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk memeriksa serta membersihkan lingkungan rumah dari jentik nyamuk. Dengan begitu, kita bisa memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti sejak dini.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Curiga Terkena DBD?
Mengenali gejala DBD sejak awal sangat penting untuk penanganan yang cepat. Jika Anda atau anggota keluarga mengalami demam tinggi lebih dari tiga hari yang disertai bintik-bintik merah, segera periksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Penanganan medis yang tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius dan menyelamatkan nyawa.
Mari Bersama Jaga Lebak Bebas DBD!
Meskipun kasus DBD di Lebak menunjukkan tren penurunan, kita tidak boleh lengah. Ancaman nyamuk Aedes aegypti selalu ada, terutama dengan perubahan cuaca yang tidak menentu. Dengan menerapkan 3M Plus secara rutin, membudayakan PHBS, dan aktif berpartisipasi dalam gotong royong membersihkan lingkungan, kita bisa melindungi diri dan keluarga dari bahaya DBD. Mari bersama-sama wujudkan Lebak yang lebih sehat, bersih, dan bebas dari DBD!