Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda membayangkan langit di atas kita penuh dengan “sampah”? Kedengarannya seperti adegan film fiksi ilmiah, tapi ini adalah isu nyata yang semakin mendesak. Dengan semakin padatnya orbit Bumi oleh berbagai objek buatan manusia, risiko tabrakan dan ancaman terhadap satelit aktif kian meningkat. Untungnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia tidak tinggal diam. Mereka justru membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak internasional untuk mengatasi masalah sampah antariksa ini.
Artikel ini akan membawa Anda memahami mengapa sampah antariksa adalah isu serius, bagaimana BRIN berupaya mengatasinya melalui kolaborasi, dan apa saja inovasi yang sedang dikembangkan untuk menjaga keamanan ruang angkasa kita.
Kemitraan Strategis BRIN dan RISH Jepang
Salah satu langkah konkret yang diambil BRIN adalah menjajaki kemitraan strategis dengan Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) dari Kyoto University, Jepang, bersama Space Weather Company (SWxC). Delegasi RISH bahkan sudah bertandang ke Pusat Riset Antariksa (PRA) BRIN untuk mendiskusikan rencana kerja sama ini. Tujuannya jelas: mengembangkan ‘sistem pemantau dan mitigasi risiko sampah antariksa’ yang canggih.
Director of RISH, Mamoru Yamamoto, bahkan secara langsung menyatakan kesiapannya untuk berkolaborasi. Beliau berharap diskusi ini bisa menjadi awal pengembangan sistem yang inovatif bersama para peneliti BRIN.
Teknologi Canggih untuk Pemantauan Akurat
Mamoru Yamamoto menawarkan solusi inovatif berupa radar berkinerja super tinggi. Radar ini bukan sembarang radar; ia punya sensitivitas dan akurasi luar biasa untuk mendeteksi puing-puing antariksa yang bahkan orbitnya belum teridentifikasi.
Yamamoto menjelaskan bahwa teknologi ini dikenal sebagai Space Situational Awareness (SSA), yang bekerja dengan mendeteksi dan melacak sampah antariksa serta satelit di orbit menggunakan radar atau teleskop dari darat. Bayangkan, dengan teknologi ini, kita bisa “melihat” objek sekecil apa pun yang melayang di angkasa, bahkan yang selama ini tak kasat mata!
Memperkuat Ekosistem Antariksa Nasional dan Internasional
Inisiatif kolaborasi BRIN ini tidak hanya berhenti pada kerja sama bilateral. Kepala PRA BRIN, Emmanuel Sungging Mumpuni, menyambut baik tawaran RISH, menegaskan bahwa riset pemantauan sampah antariksa adalah prioritas nasional, terutama karena Orbit Rendah Bumi (LEO) semakin padat. “Pemantauan dan mitigasi ini tidak hanya untuk kepentingan nasional, tetapi juga menjadi bagian dari kerja sama internasional dalam mengatasi risiko sampah antariksa terhadap sistem teknologi dan keamanan ruang angkasa global,” ujar Sungging.
Peran Observatorium dan Teknologi Lokal
Indonesia sendiri terus membangun kapasitasnya. BRIN tengah merampungkan pembangunan teleskop raksasa berdiameter 3,8 meter di Observatorium Nasional Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Teleskop ini akan menjadi ujung tombak dalam pengamatan satelit dan sampah antariksa. Para periset BRIN bahkan sudah melakukan pengamatan satelit sejak tahun 2022 untuk menentukan orbit dan karakteristik satelit yang sudah menjadi sampah.
Selain itu, perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Sumatera (Itera) juga turut berkontribusi dengan instrumen observasi seperti Teleskop OZT-ALTS dan Itera Robotic Telescope V2.5, serta pengembangan jejaring Sky Patrol. Kolaborasi antara akademisi dan pemerintah ini penting untuk mengembangkan ekosistem keantariksaan nasional yang berkelanjutan.
Kebijakan Komprehensif dan Visi Masa Depan
Mengingat kompleksitas masalah sampah antariksa, BRIN juga mendorong perumusan kebijakan nasional yang komprehensif. Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menekankan pentingnya melibatkan semua pihak: pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat. “Adanya kebijakan dan peraturan yang jelas akan memberikan perlindungan, keamanan, dan keselamatan, serta mendukung perkembangan antariksa,” jelas Mego.
Indonesia bahkan memimpin ASEAN Ministerial Meeting on Science, Technology and Innovation (AMMSTI) dan ASEAN Committee on Science, Technology and Innovation (Costi) 2025, membuka peluang luas untuk kolaborasi riset lintas negara di bidang teknologi antariksa. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa forum ini bertujuan memperkuat kerja sama riset antarnegara ASEAN dan mitra strategis internasional dalam membangun ekosistem sains, teknologi, dan inovasi yang kolektif dan inklusif.
Pelajari lebih lanjut tentang BRIN dan Jepang Jajaki Kerja Sama Kembangkan Inovasi Strategis untuk Masa Depan Indonesia di sini: BRIN dan Jepang Jajaki Kerja Sama Kembangkan Inovasi Strategis untuk Masa Depan Indonesia.
Tidak hanya di Asia Tenggara, BRIN juga menjajaki kerja sama dengan EU Copernicus, lembaga pengamatan bumi Uni Eropa, untuk pemanfaatan penginderaan jauh yang bisa mendukung mitigasi bencana dan isu lingkungan, termasuk yang terkait dengan sampah antariksa.
Mengapa Sampah Antariksa Menjadi Isu Mendesak?
Mungkin terdengar sepele, namun sampah antariksa adalah bom waktu di orbit. Bayangkan, ada sekitar 24.000 objek sampah antariksa yang sudah tercatat, dan diperkirakan ratusan juta objek berukuran lebih kecil yang belum teridentifikasi! Objek-objek ini, terutama yang berukuran lebih dari 10 sentimeter, berpotensi membahayakan satelit aktif dan bahkan bisa jatuh kembali ke Bumi.
Indonesia, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, sangat rentan terhadap potensi jatuhnya benda-benda antariksa ini. Meskipun riset menunjukkan potensi jatuhnya ke wilayah Indonesia relatif kecil (kurang dari 1%), mitigasi dan pemantauan terus-menerus tetap krusial untuk keamanan nasional dan global. Peningkatan jumlah peluncuran satelit, baik untuk komunikasi, penginderaan jauh, maupun eksplorasi, semakin memperparah kondisi ini.
Kesimpulan
Inisiatif BRIN dalam membuka peluang kolaborasi untuk mengatasi sampah antariksa adalah langkah maju yang patut diapresiasi. Dengan menggandeng mitra internasional seperti Jepang, serta memperkuat kapasitas riset dan teknologi di dalam negeri melalui observatorium dan perguruan tinggi, Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menjaga keberlanjutan ruang angkasa. Isu sampah antariksa memang kompleks, namun dengan semangat kolaborasi dan inovasi, kita bisa memastikan langit tetap bersih dan aman untuk generasi mendatang. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Bumi dan kemajuan teknologi kita.
FAQ
Tanya: Apa itu sampah antariksa dan mengapa menjadi masalah serius?
Jawab: Sampah antariksa adalah objek buatan manusia yang tidak lagi berfungsi di orbit Bumi, yang dapat menimbulkan risiko tabrakan dengan satelit aktif dan membahayakan misi luar angkasa.
Tanya: Bagaimana BRIN berkolaborasi dengan pihak internasional untuk mengatasi sampah antariksa?
Jawab: BRIN menjajaki kemitraan strategis dengan institusi seperti RISH Jepang untuk mengembangkan sistem pemantau dan mitigasi risiko sampah antariksa.
Tanya: Apa tujuan utama dari kemitraan BRIN dengan RISH Jepang?
Jawab: Tujuannya adalah untuk mengembangkan sistem pemantau dan mitigasi risiko sampah antariksa yang canggih dan inovatif.