Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim baru belum genap berjalan, namun Old Trafford sudah kembali dilanda gejolak. Para penggemar Manchester United kini ramai-ramai menyuarakan tuntutan pemecatan Ruben Amorim dari kursi pelatih, menyusul serangkaian hasil mengecewakan dan strategi yang dianggap membingungkan. Apa sebenarnya yang memicu kemarahan fan Setan Merah kali ini? Mari kita selami lebih dalam krisis yang melanda klub raksasa Inggris ini.
Kekecewaan fans Manchester United memuncak, tuntut pemecatan Ruben Amorim akibat strategi membingungkan yang berdampak pada hasil buruk di Old Trafford.
Artikel ini akan mengupas tuntas alasan di balik tuntutan fan terhadap Ruben Amorim, menyoroti keputusan-keputusan taktisnya, hingga bagaimana masa depan Manchester United di bawah kepemimpinannya kini berada di ujung tanduk.
Awal Musim Penuh Badai: Kegagalan Amorim di Liga Inggris
Start musim 2025/2026 menjadi mimpi buruk bagi Manchester United di bawah asuhan Ruben Amorim. Setelah kekalahan di laga pembuka Liga Inggris dari Arsenal, Setan Merah hanya mampu bermain imbang 1-1 saat bertandang ke markas Fulham pada Sabtu, 24 Agustus 2025. Sempat unggul melalui gol bunuh diri, keunggulan tersebut sirna setelah Fulham menyamakan kedudukan.
Ini berarti, hingga pekan kedua, Manchester United belum juga meraih kemenangan perdana mereka di musim ini. Hasil buruk ini tentu saja memicu kekecewaan besar, terutama setelah musim sebelumnya yang juga jauh dari harapan.
Sorotan Tajam Fan: Mengapa Amorim Harus Pergi?
Kekecewaan fan Manchester United bukan hanya karena hasil imbang, melainkan lebih dalam lagi menyangkut strategi dan keputusan Ruben Amorim dalam pemilihan pemain. Banyak yang menilai ada pola aneh yang terus berulang dan merugikan tim.
Kontroversi Cadangan: Mainoo dan Sesko Terpinggirkan
Salah satu pemicu utama kemarahan fan adalah perlakuan terhadap gelandang muda berbakat, Kobbie Mainoo. Meskipun tim kesulitan menguasai lini tengah, Amorim memilih untuk menurunkan Manuel Ugarte menggantikan Casemiro, sementara Mainoo tetap duduk di bangku cadangan tanpa diberi kesempatan bermain.
Seorang penggemar dikutip The Sun bahkan menyoroti, “Kobbie Mainoo diperlakukan seperti gelandang keempat terbaik United, ini sungguh mengejutkan.” Ini menunjukkan betapa frustrasinya fan melihat talenta muda mereka diabaikan.
Tidak hanya Mainoo, rekrutan anyar senilai £74 juta, Benjamin Sesko, juga kerap dicadangkan. Ia baru dimasukkan di babak kedua saat melawan Fulham dan Arsenal. Andy Gray, mantan striker Skotlandia, menyebut keputusan ini “mengejutkan” dan “tidak masuk akal” mengingat kualitas dan harga sang pemain.
Strategi yang Membingungkan: Pergantian Pemain yang Dipertanyakan
Ruben Amorim juga dikritik tajam karena strategi pergantian pemainnya yang dianggap tidak tepat. Saat Manchester United membutuhkan gol untuk meraih kemenangan, ia justru memasukkan bek seperti Harry Maguire dan Diogo Dalot di menit-menit akhir. Padahal, pemain menyerang seperti Joshua Zirkzee dan Kobbie Mainoo masih berada di bangku cadangan.
Kondisi ini membuat fan bingung dan bertanya-tanya. “Saya tidak bisa membela seorang manajer yang mengganti Amad dengan Dalot, memainkan Mount di pivot sebelum Mainoo, selalu memasukkan Ugarte padahal performanya buruk, dan memasukkan dua bek saat kita butuh menang, sementara Mainoo dan Zirkzee duduk di bangku cadangan,” ujar seorang penggemar.
Selain itu, performa Bruno Fernandes juga menjadi sorotan. Ia sering bermain penuh 90 menit meski tampil di bawah standar. “Bruno, lagi-lagi bermain penuh 90 menit tanpa diganti. Ketidakmampuannya untuk diganti adalah alasan kenapa Amorim akan dipecat,” kritik fan. Banyak yang merasa Amorim tidak memiliki rencana jelas dan tidak ada kemajuan berarti dalam tim.
Dari Harapan ke Kekecewaan: Rekam Jejak Amorim di Old Trafford
Ruben Amorim ditunjuk sebagai pelatih Manchester United pada November 2024, menggantikan Erik ten Hag. Kedatangannya disambut dengan harapan besar, mengingat reputasinya yang sukses membangkitkan Sporting CP dan memenangkan dua gelar liga Portugal. Pelatih berusia 39 tahun ini dikenal dengan filosofi sepak bola menyerang dan formasi 3-4-3 yang atraktif.
Namun, harapan itu perlahan memudar. Musim 2024/2025 yang baru saja berlalu berakhir mengecewakan. Manchester United hanya mampu finis di posisi ke-15 klasemen Premier League dan gagal meraih gelar apa pun. Puncaknya adalah kekalahan memalukan 1-0 dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa pada Mei 2025. Jamie O’Hara, eks pemain Tottenham, bahkan menilai Amorim tidak cocok menangani klub sebesar Manchester United karena dianggap “tidak punya ide” dalam laga krusial.
Amorim sendiri sempat menyatakan kesiapannya untuk mundur tanpa kompensasi jika klub dan penggemar merasa ia bukan orang yang tepat. Hal ini disampaikan setelah kekalahan di final Liga Europa.
Akhir Cerita: Amorim Resmi Dipecat Manchester United
Tekanan dan tuntutan fan yang terus meningkat, ditambah dengan serangkaian hasil buruk yang tak kunjung membaik, akhirnya mencapai puncaknya. Manajemen Manchester United mengambil langkah tegas dengan memecat Ruben Amorim dari kursi pelatih.
Pemecatan ini terjadi setelah kekalahan memalukan 1-4 dari Newcastle United dalam lanjutan Liga Inggris 2024/2025 pada Minggu, 13 April. Hasil tersebut menjadi titik terendah, menempatkan Manchester United di peringkat ke-14 klasemen sementara, posisi terburuk dalam dua dekade terakhir. Krisis performa yang tak kunjung usai, ditambah pudarnya kepercayaan pemain terhadap taktik Amorim, membuat keputusan ini tak terelakkan.
Kesimpulan: Mencari Arah Baru di Old Trafford
Perjalanan Ruben Amorim sebagai pelatih Manchester United memang penuh gejolak. Dari awal yang penuh harapan hingga berakhirnya dengan tuntutan pemecatan fan dan akhirnya dipecat, kisah ini menjadi cerminan betapa beratnya kursi pelatih di Old Trafford. Kegagalan strategi dan hasil buruk di awal musim 2025/2026 menjadi pukulan telak yang mempercepat kepergiannya.
Kini, Manchester United kembali berada di persimpangan jalan, mencari sosok yang tepat untuk mengembalikan kejayaan Setan Merah. Tantangan besar menanti siapa pun yang akan mengisi kursi pelatih berikutnya, untuk membangun kembali fondasi tim dan mengembalikan senyum di wajah para fan. Mari kita nantikan, siapa yang akan berani mengambil alih kemudi kapal besar ini dan membawa Manchester United kembali ke jalur kemenangan.