Anemia Bukan Sekadar Lelah: Ancaman Nyata bagi Memori dan Prestasi Belajar Anak

Dipublikasikan 31 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Seringkali kita menganggap rasa lelah atau lesu sebagai hal biasa, mungkin karena kurang tidur atau aktivitas padat. Namun, bagaimana jika itu adalah tanda dari sesuatu yang lebih serius, seperti anemia? Kondisi kurang darah ini seringkali diremehkan, padahal dampaknya bisa sangat luas, terutama pada fungsi otak dan kemampuan belajar anak-anak. Jika si kecil sering terlihat lesu, sulit fokus, atau bahkan nilai di sekolah menurun, mungkin sudah saatnya kita lebih waspada.

Anemia Bukan Sekadar Lelah: Ancaman Nyata bagi Memori dan Prestasi Belajar Anak

Anemia pada anak dapat memengaruhi daya ingat dan prestasi belajar secara signifikan, bukan sekadar rasa lelah biasa.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa anemia bukan sekadar lelah, melainkan kondisi yang serius dan bisa hambat memori dan prestasi anak. Kita akan selami lebih dalam dampak, gejala, hingga cara pencegahannya agar generasi penerus bangsa bisa tumbuh optimal dan berprestasi.

Anemia: Bukan Sekadar Lelah Biasa

Apa sebenarnya anemia itu? Secara sederhana, anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat, atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Sel darah merah ini punya tugas penting: membawa protein bernama hemoglobin yang kaya zat besi. Hemoglobin inilah yang bertindak seperti “taksi oksigen” yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, termasuk ke organ vital seperti otak.

Ketika kadar hemoglobin rendah, suplai oksigen ke otak pun berkurang. Bayangkan saja, otak kita butuh pasokan oksigen yang cukup untuk bekerja maksimal. Jika kekurangan, tentu saja fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir, berkonsentrasi, dan mengingat, jadi terganggu. Ini menjelaskan mengapa anemia bisa bikin seseorang merasa sangat lemas, pucat, dan bahkan pusing.

Apa Itu Anemia dan Mengapa Otak Terpengaruh?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 25% anak usia sekolah di seluruh dunia mengalami anemia. Yang mengejutkan, hampir 50% kasus anemia ini disebabkan oleh defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi ini menghambat produksi hemoglobin, sehingga mengurangi pasokan oksigen ke otak dan berujung pada gangguan fungsi kognitif. Inilah mengapa anemia defisiensi zat besi menjadi perhatian utama dalam konteks perkembangan anak.

Dampak Anemia pada Memori dan Prestasi Belajar Anak

Dampak anemia terhadap memori dan prestasi anak bukanlah isapan jempol belaka. Berbagai studi ilmiah telah membuktikannya.

Studi Mengejutkan: Anemia Hambat Fungsi Kognitif Anak Sekolah

Sebuah studi yang dilakukan oleh Indonesian Health Development Center (IHDC) di Jakarta melibatkan 335 anak usia sekolah dasar. Hasilnya cukup mencengangkan:

  • Sekitar 19,7% anak mengalami anemia.
  • 22,1% anak memiliki gangguan memori kerja.

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, menjelaskan bahwa anak dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah secara signifikan menunjukkan performa memori kerja yang lebih buruk. “Ini menunjukkan bahwa anemia bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak nyata pada fungsi kognitif dan kemampuan belajar anak,” tegasnya. Artinya, anemia benar-benar bisa hambat memori dan prestasi anak di sekolah.

Kaitan Anemia, Stunting, dan Daya Ingat

Selain anemia, Dr. Ray juga menyoroti kaitan antara stunting (kondisi gagal tumbuh akibat gizi buruk kronis) dan gangguan memori kerja. Anak yang mengalami stunting memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengalami gangguan kognitif. Rendahnya asupan protein dan lemak juga memperburuk dampak anemia terhadap perkembangan otak. Ini menunjukkan betapa pentingnya intervensi gizi yang komprehensif, tidak hanya fokus pada zat besi, tetapi juga protein dan lemak untuk mendukung perkembangan otak anak secara menyeluruh.

Gejala Anemia yang Sering Terabaikan

Mengenali gejala anemia sejak dini sangat penting agar penanganan bisa segera dilakukan. Selain rasa lelah yang sering disebut, ada beberapa tanda lain yang perlu diwaspadai:

  • Sering Kelelahan dan Lesu: Ini adalah gejala paling umum, namun sering diabaikan.
  • Kulit Pucat: Terutama di bagian kelopak mata bagian bawah atau kuku.
  • Kepala Kliyengan atau Pusing: Terjadi karena kurangnya oksigen ke otak.
  • Sesak Napas: Terutama setelah aktivitas fisik ringan.
  • Rambut Rontok: Menjadi salah satu indikator kekurangan nutrisi.
  • Kelesuan (Kurangnya Energi): Membuat anak kurang aktif dan bersemangat.
  • Perubahan Indra Perasa: Misalnya, lidah terasa sakit atau mati rasa.
  • Pica: Keinginan untuk makan benda yang bukan makanan, seperti es atau tanah liat.
  • Kuku Mudah Patah: Tanda lain dari defisiensi zat besi.
  • Penurunan Konsentrasi dan Produktivitas: Langsung berdampak pada prestasi belajar.
  • Penurunan Imunitas: Anak jadi lebih sering sakit.

Pada remaja putri, anemia juga dapat memperbesar risiko komplikasi saat melahirkan di kemudian hari, seperti bayi lahir prematur atau berat badan bayi rendah.

Pencegahan Anemia: Kunci Mengoptimalkan Potensi Anak

Melihat dampak seriusnya, pencegahan anemia menjadi sangat krusial. Ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga peran serta lingkungan sekolah dan pemerintah.

Asupan Gizi Seimbang: Pahlawan Zat Besi dan Nutrisi Lain

Kunci utama mencegah anemia adalah memastikan asupan gizi yang seimbang, terutama makanan kaya zat besi. Beberapa makanan yang bisa menjadi pilihan:

  • Daging Merah dan Hati Ayam/Sapi: Sumber zat besi heme yang mudah diserap tubuh.
  • Sayuran Berdaun Hijau Gelap: Seperti bayam, kangkung, dan brokoli.
  • Kacang-kacangan dan Biji-bijian Utuh: Lentil, kacang merah, beras merah, sereal yang diperkaya zat besi.
  • Buah-buahan Kering: Aprikot, plum, kismis.
  • Vitamin C: Membantu penyerapan zat besi. Konsumsi buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, dan stroberi.
  • Vitamin B12 dan Asam Folat: Penting untuk produksi sel darah merah sehat. Ditemukan pada telur, susu, dan sayuran hijau.

WHO bahkan merekomendasikan suplementasi zat besi oral setiap hari dengan 30mg hingga 60mg zat besi elemental untuk wanita dewasa guna mencegah anemia.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Selain nutrisi, pemeriksaan kesehatan rutin juga tidak kalah penting. Deteksi dini anemia melalui tes darah lengkap (CBC) dapat membantu mengetahui kadar hemoglobin dan mengambil langkah intervensi segera. Edukasi tentang pentingnya zat besi dan nutrisi lainnya juga perlu terus digalakkan di sekolah dan keluarga. Dengan begitu, kita bisa memastikan anak-anak mendapatkan dukungan penuh untuk tumbuh kembang optimal, memiliki memori yang tajam, dan meraih prestasi gemilang.

Kesimpulan

Jadi, jelas sudah bahwa anemia bukan sekadar lelah biasa. Kondisi ini memiliki dampak serius yang bisa hambat memori dan prestasi anak, bahkan memengaruhi fungsi kognitif jangka panjang. Dengan memahami pentingnya zat besi dan nutrisi seimbang, serta melakukan pencegahan anemia melalui asupan gizi yang tepat dan pemeriksaan rutin, kita bisa membantu anak-anak tumbuh menjadi generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berprestasi. Jangan biarkan anemia mencuri potensi terbaik mereka!

FAQ

Tanya: Apa saja gejala anemia pada anak selain rasa lelah?
Jawab: Gejala lain anemia pada anak bisa meliputi sulit fokus, penurunan prestasi belajar, pucat pada kulit atau selaput lendir, dan mudah marah.

Tanya: Mengapa anemia bisa menghambat memori dan prestasi belajar anak?
Jawab: Anemia mengurangi suplai oksigen ke otak, yang penting untuk fungsi kognitif seperti memori, konsentrasi, dan kemampuan berpikir.

Tanya: Bagaimana cara mencegah anemia pada anak?
Jawab: Pencegahan anemia pada anak meliputi memastikan asupan zat besi yang cukup melalui makanan bergizi dan, jika perlu, konsultasi dengan dokter mengenai suplemen zat besi.